Jilid 56

1.8K 40 0
                                    

Setelah berkata begitu, ia berpaling pada Yu An dan Tiang Su, ia bilang lagi. "Dan jie-wie locianpwe, sebetulnya tadi boanpwe pun tak bermaksud untuk mencelakai jiewie, karena boanpwe hanya berusaha membela diri dengan jalan lunak, yaitu membuat jiewie menjadi lemas belaka dan urusan itu harap jiewe tidak ambil di hati.......!"

Tapi karena Tiang Su dan Yu An masih sengit, mereka cuma mendengus saja. Mereka tidak bilang apapun juga. Benar-benar mereka penasaran sekali, tadi telah dirubuhkan seperti itu oleh orang berpakaian serba putih ini.

"Jika memang tidak salah," kata Yang Tiam kemudian. "Melihat dari ilmu silat yang tuan mainkan, tentunya tuan masih memiliki hubungan dengan Oey locianpwe, tocu dari Tho-hoa-to?"

Kim Lo sangsi sejenak, namun akhirnya ia mengangguk.

"Benar!" Akhirnya ia membenarkan juga, "Sesungguhnya Oey locianpwe yang dimaksudkan oleh anda adalah Kong-kongku!"

"Kong-kong tuan?" Tanya Yang Tiam. "Oey locianpwe Kong-kong tuan? Apakah..... apakah itu benar?" suara Yang Tiam ragu-ragu dan tidak mempercayainya.

Kim Lo mengangguk.

"Ya, tocu pulau Tho-hoa-to memang Kong-kong ku.......!" Kata Kim Lo lagi.

"Kalau begitu....., kalau begitu tentunya tuan adalah putera dari Oey Yong pangcu? Karena Oey locianpwe cuma memiliki seorang puteri saja, yaitu Oey Yong pangcu yang pernah menjadi Pangcu Kay-pang kami!" kata Yang Tiam.

Ia masih memandang tidak mempercayai karena ia mengetahui siapa-siapa anak Oey Yong yang diperoleh dari hasil perkawinannya dengan Kwee Ceng.

Kim Lo menggeleng.

"Bukan! Bukan! Aku bukan putera Oey Pehbo!" katanya kemudian dengan suara ragu-ragu. "Aku cuma mengetahui bahwa tokoh pulau Tho-hoa-to adalah Kong-kongku, dan maaf, belum bisa aku menjelaskan secara terang keseluruhannya!"

Yang Tiam menghela napas.

"Pantas kami tidak berdaya menghadapi tuan.......!" Katanya sambil melirik mengawasi tajam pada muka Kim Lo. Tapi kain putih yang menutupi muka Kim Lo membuat ia tidak bisa melihat muka Kim Lo.

Dan ia melirik seakan juga sinar matanya ingin menembusi kain putih itu untuk dapat melihat muka orang. Jika ia telah melihat muka orang yang terselubung kain putih ini, ia tentu tak akan penasaran seperti itu, ia tentu bisa mengetahui siapa orang ini.

Justeru Kim Lo telah tertawa, ia bilang, "Maaf, jika memang locianpwe tak keberatan, aku ingin pergi beristirahat, tak bisa menemani locianpwe sekalian lebih lama lagi!"

Setelah berkata begitu Kim Lo merangkapkan ke dua tangannya memberi hormat, ia telah membungkukkan tubuhnya juga. Ia memang sengaja hendak cepat-cepat menghindarkan diri dari libatan tiga orang pengemis itu, agar ia tidak menerima pertanyaan-pertanyaan lebih jauh.

Rupanya Yang Tiam masih belum puas, ia bilang: "Tuan bisakah kami melihat muka tuan sejenak saja?"

Kim Lo terdiam.

"Untuk ini....... ini.......!"

Melihat Kim Lo ragu-ragu seperti itu, Yang Tiam bilang: "Jangan kuatir tuan, kami cuma ingin mengetahui muka tuan, agar kelak kami bisa mengenali jika kita bertemu di tengah perjalanan.

"Siapa tahu kelak kita akan berjumpa lagi? Bukankah dengan demikian kami tidak mengetahui siapa tuan sebenarnya, jika melihat wajah tuan?"

Kim Lo ragu-ragu sejenak, barulah kemudian ia menghela napas dalam-dalam.

"Baiklah!" Ia mengangguk. "Tapi tuan-tuan harus berjanji akan merahasiakan apa yang telah tuan-tuan lihat!"

Yang Tiam, bertiga mengangguk. Malah Yang Tiam telah bilang, "Percayalah kepada kami, tuan....... Kami bukannya sebangsa manusia yang mulutnya panjang.......!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang