Gesit sekali si gadis melompat mengambil pedangnya.
Pelayan dan para tamu yang menyaksikan semua itu jadi menguatirkan keselamatan si gadis. Mereka mengetahui siapa itu Pu San Hoat-ong. Tapi mereka tidak berdaya apa-apa!
Pu San Hoat-ong bilang: "Apakah sekarang kau mau pergi melihat-lihat kuil Loceng?"
"Jadi taysu mesih tetap akan mendesak padaku agar memberikan derma?"
"Oh, tidak. Sekarang Loceng tidak jadi meminta derma, hanya sebagai sahabat ingin memperlihatkan kuil Loceng kepada kau nona. Karena Loceng akan memperlihatkan bagaimana rencana Loceng memperbaiki kuil itu kelak."
Bie Lan berpikir di dalam hatinya: "Hemm, kau ingin menjebakku..... lihat saja nanti!"
Walaupun berpikir begitu, Bie Lan pura-pura memperlihatkan sikap gembira. Bahkan seperti seorang anak yang kegirangan memperoleh hadiah, dia melompat-lompat sambil katanya, "Sungguh menggembirakan sekali! Sungguh menggembirakan sekali!"
"Ya.......!" Pu San Hoat-ong mengangguk: "Jika memang nona bersedia ikut denganku untuk melihat-lihat kuil Loceng, betapa hal itu sangat menggembirakan sekali."
Si gadis mengangguk.
"Tentu saja aku mau pergi melihatnya!"
"Syukurlah kalau begitu! Mari sekarang kita berangkat!" Ajak si pendeta.
"Tunggu dulu, aku belum lagi membereskan pakaianku!" kata si gadis.
"Biarkan saja, bukankah kau akan kembali ke mari nona?" Kata Pu San Hoat-ong.
"Tidak! Aku bermaksud setelah melihat-lihat kuil Taysu, aku akan meneruskan perjalanan!"
"Baiklah kalau begitu."
"Tunggu sebentar taysu, aku akan segera kembali ke mari! Tapi kau jangan meninggalkan aku! Tidak lama!" Kata Bie Lan pura-pura memperlihatkan sikap girang bukan main.
Pu San Hoat-ong mengangguk.
"Ya, jangan lama-lama!"
Si gadis berlari pergi ke kamarnya.
Tapi begitu si gadis menutup pintu kamarnya seketika timbul kecurigaan di hati Pu San Hoat-ong.
"Tidakkah bisa saja terjadi si gadis melarikan diri lewat jendela kamarnya?"
Karena dari itu si pendeta cepat-cepat menghampiri pintu kamar si gadis.
Sepi sekali tidak terdengar suara apapun.
"Nona.......!" Panggilnya.
Tidak ada jawaban.
"Nona........!" panggilnya lebih keras, malah telah mengetuk pintu kamar itu.
Tetapi sama sekali tidak memperoleh jawaban.
Hati Pu San Hoat-ong semakin curiga, akhirnya telah mendorong pintu kamar itu.
Terkunci dari dalam.
Kecurigaannya semakin besar.
"Nona, mari kita berangkat!" Panggilnya lebih keras.
Tetap tidak ada jawaban. Tidak ayal lagi Pu San Hoat-ong menghantam pintu itu dengan tangan kanannya.
"Brakkk!" Daun pintu menjeblak terbuka lebar, kamar itu telah kosong.
Bukan main gusarnya si pendeta, dia melihat daun jendela terbuka. Udara menghembus masuk ke dalam kamar.
Gesit sekali tubuh si pendeta melompat ke jendela, dia sudah segera bisa menduga, gadis itu memang melarikan diri lewat jendela kamar tapi dia belum tentu pergi jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh Seruling Sakti
FantasyCinkeng ini merupakan lanjutan dari "Anak Rajawali".