Jilid 115

1.4K 30 0
                                    

Di waktu itu, tampak Wang Hu bergerak ke sana ke mari dengan tubuh yang ringan sekali seakan juga tengah terbang melayang ke sana ke mari tubuhnya seperti melayang di tengah udara dan sepasang kakinya seperti tidak menginjak tanah. Dia bergerak begitu cepat dan sepasang tangannya pun sebat bukan main.

Seketika terdengar suara jeritan di antara belasan orang itu. Malah Thio Sam Nio berdua dengan Hoan Cie Sun pun tidak tinggal diam. Mereka telah merubuhkan beberapa orang Hek-pek-kauw.

Malah yang luar biasa, setiap kali Thio Sam Nio, Hoan Cie Sun, maupun Wang Hu berhasil merubuhkan salah seorang lawannya itu akan rubuh terbinasa dan terluka parah? Tidak seorangpun di antara mereka diberikan kesempatan buat melarikan diri.

Memang Thio Sam Nio sudah memutuskan buat menumpas semua musuh mereka. Karena Thio Sam Nio yakin, jika seorang saja dibiarkan lolos, niscaya akan membuat orang itu sempat meminta bantuan kepada Hek-pek-kauw dan mengadu yang tidak-tidak.

Kalau memang semua orang Hek-pek-kauw itu terbinasa tentu tidak ada saksi.

Sedangkan kepada Kauw-cu dari Hek-pek-kauw nanti mereka bisa saja mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa belasan orang itu adalah orang-orang Hek-pek-kauw. Karena memutuskan begitu, Thio Sam Nio sudah mempergunakan kata-kata sandi, menganjurkan Hoan Cie Sun dan Wang Hu membasmi semua orang-orang itu.

Demikianlah, dalam waktu yang singkat, mereka telah melukai dan membinasakan sehagian besar dari lawan-lawan mereka. Tinggal delapan orang yang mati-matian memberikan perlawanan.

Ke delapan orang ini memang yang memiliki kepandaian tertinggi di antara kawan-kawan mereka yang sudah rubuh itu. Karenanya juga, mereka sudah dapat bertahan terus, dan melakukan perlawanan dengan gigih.

Dua orang di antara mereka sudah terluka namun mereka mengempos lweekang mereka, buat mengadakan perlawanan terus.

Thio Sam Nio dalam suatu kesempatan telah berhasil menancapkan jari-jari tangan besinya di punggung salah seorang lawannya. Dia menarik tangan kuat sekali, tubuh orang itu, terpental ke atas dan melambung ke tengah udara terbanting.

Dia tidak bisa segera bangun berdiri karena racun sudah bekerja. Dia merasakan tubuhnya jadi kaku. Mukanya pucat pias, meringis menahan sakit yang luar biasa.

Di waktu itu, Hoan Cie Sun pun sudah berhasil menghantam dada seorang lawannya dengan telapak tangannya yang kanan. Telapak tangan itu telak sekali mengenai sasarannya sehingga tulang dadanya remuk melesak sampai ke dalam.

Tubuh orang itu terhuyung mundur ke belakang, mukanya juga meringis, mulutnya terbuka. Dia memuntahkan darah segar, dan terguling, lalu napasnya terhenti....... Topengnya sudah terbuka.

Wang Hu pun tidak mau ketinggalan, dia melompat ke dekat seorang lawannya. Dia mencengkeram jalan darah Phang-su-hiat di lengan orang itu. Mencekalnya sangat kuat sekali.

Orang itu lemas tidak, bertenaga. Tangan Wang Hu yang satunya sudah menghantam batok kepala orang itu.

"Prakk!" Batok kepala lawan Wang Hu hancur remuk ketika cekalan tangan Wang Hu dilepaskan. Ia rubuh dengan napas yang siang-siang sudah putus.

Tiga orang anak buah Hek-pek-kauw sudah melompat ke tembok pekarangan, mereka hendak melarikan diri.

"Mau kabur ke mana kalian?" sambil membentak begitu Thio Sam Nio menimpuk. Seketika tiga batang paku menancap di tubuh ke tiga orang itu, mereka rubuh berkelejetan, kemudian putus napas, karena mereka keracunan oleh racun yang bekerja keras sekali.

Sisanya yang dua orang lagi berdiri mematung, kemudian saking ketakutan mereka menekuk ke dua kaki mereka meminta pengampunan, mereka mengangguk-anggukan kepala mereka.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang