Jilid 103

1.7K 28 0
                                    

"Kalau dibandingkan antara perlu dan tidaknya Giok-sie ada di permukaan dunia ini, sebetulnya memang kita harus mengakui bahwa tanpa adanya Giok-sie manusia di dunia inipun tidak akan rugi apa-apa........ Malah ada untungnya, yaitu dapat bernapas dengan aman sebab tidak akan terjatuh korban-korban yang tidak perlu lagi yang hanya disebabkan memperebutkan Giok-sie! Bukankah begitu nona?"

Muka Coa Mei Ling merah padam, dia mendengus beberapa kali mengejek si pendeta.

"Jika memang Siauw-lim-sie bermaksud untuk mencari Giok-sie dan memusnahkannya, pergilah! Aku tidak berhak untuk melarangnya!

"Tapi apa hubungannya antara keinginan Siauw-lim-sie memusnahkan Giok-sie itu dengan kedatangan Taysu ke mari?!" Waktu bertanya pada kata-kata yang terakhir. Terdengarnya ketus dan pedas sekali.

Sabar bukan main Tang-ting Hweshio, karena dia telah bilang dengan sabar, "Sebetulnya, kedatangan pinceng ke mari pun memiliki hubungan yang erat dengan masalah Giok-sie itu.......!"

"Hemmm, aku tidak sangkut apapun dengan Giok-sie dan tidak mau Siauw-lim-sie melibatkan Hek-pek-kauw dalam pencarian Giok-sie! Kalian pihak Siauw-lim-sie boleh berusaha sendiri dengan jalan kalian.......!"

Tang-ting Hweshio tetap saja tidak gusar malah tersenyum lembut.

"Dengar dulu nona.......! Jika tak salah nona adalah Kauw-cu dari Hek-pek-kauw yang bergelar sebagai Giok-tiauw Sian-lie, bukan?"

"Tidak salah! Namaku Coa Mei Ling! Kalian dengar, namaku Coa Mei Ling!"

Setelah berkata begitu, Giok-tiauw Sian lie melirik kepada Hui-houw-to yang berdiri di sisi si pendeta, sikapnya sangat sinis sekali.

"Hemm...... dan kau...... kau masih tidak kapok dan bermaksud untuk mencari urusan denganku? Apakah hantamanku beberapa saat yang lalu belum cukup buat kau?"

Muka Hui-houw-to berobah merah padam, dia gusar sekali, malah dia telah membentak dengan suara yang penuh kemarahan, "Perempuan iblis!"

"Apakah kau bilang?" Meluap darah Giok-tiauw Sian-lie, malah Kauw-cu dari Hek-pek-kauw ini sudah bersiap-siap akan menerjang Hui-houw-to untuk menyerang lagi.

Namun Tang-ting Hweshio cepat menghadang di depannya. Dia bilang dengan suara yang nyaring: "Dengar dulu Kouw-nio....... sabar....... ada yang Pinceng perlu sampaikan!"

Mata Coa Mei Ling mendelik.

"Apa yang ingin kau katakan lagi?!"

"Masih menyangkut urusan Giok-sie!"

"Katakanlah!"

"Menurut keterangan Khang Siecu, bahwa Kouwnio telah meminjam surat dari ketua Khong-tong-pay, yang di dalamnya menjelaskan di mana beradanya si nelayan, yang kabarnya sudah berhasil menemukan Giok-sie. Bukankah begitu?!"

Muka perempuan itu berobah merah padam. Dia mengawasi mendelik pada Hui-houw-to, barulah kemudian dia bilang:

"Ya. Memang benar. Jika kau ingin mencampurinya!"

Si pendeta menggeleng.

"Bukan! Bukan begitu!"

"Bukan begitu bagaimana? Dengan kedatanganmu ke mari, engkau ingin mencampuri urusan itu, bukan?!" Bengis waktu Coa Mei Ling berkata seperti itu.

Tang-ting Hweshio tersenyum sabar.

"Pinceng bukan hendak mencampuri urusan tersebut, hanya saja Pinceng ingin menanyakan kepada kouwnio. Apakah kouwnio bersedia memberitahukan di mana sebenarnya letak berdiamnya si nelayan, agar nanti Pinceng dapat mengurusnya sendiri.......!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang