Jilid 88

1.8K 35 0
                                    

Pu San Hoat-ong kaget tidak terkira, ia mengeluarkan jeritan kaget, tubuhnya segera melompat ke belakang, dan dia segera juga meneriaki kawan-kawannya, buat membantu dia.

Empat orang anak buahnya segera menyerbu kepada Giok Hoa. Mereka menyerang dengan gencar.

Dalam keadaan seperti itu Giok Hoa memutar pedangnya, dia telah mengamuk hebat sekali. Setiap gerakan pedangnya, selalu mengancam lawannya dengan hebat.

Kim Lo dan Kim Cie Sin-kay jadi girang melihat datangnya Ko Tie dengan Giok Hoa.

Kim Lo masih mengenali kedua orang itu, malah ia masih ingat, betapa senjata yang dipergunakannya sekarang ini, yaitu seruling, adalah hadiah pemberian Ko Tie, karena dari itu, ia bilang berseru: "Ko Tie Peh-hu! Giok Hoa Peh-bo!"

Giok Hoa heran, ia menoleh. Ia melihat orang yang berseru itu adalah seorang yang mukanya ditutup oleh sehelai kain putih. Ia tidak tahu entah siapa orang itu.

Tapi mata Giok Hoa tajam sekali, segera ia melihat senjata yang ada di tangan orang yaitu sebatang seruling yang berkilauan kuning, indah sekali.

Seketika Giok Hoa teringat kepada seseorang.

"Apakah dia.......?" pikir Giok Hoa.

Karena tengah berpikir begitu, perhatiannya jadi terpecah. Pu San Hoat-ong melihat kesempatan tersebut, sambil membentak nyaring sekali tubuhnya telah melesat akan menghantam dada Giok Hoa.

Angin pukulan itu sangat cepat dan kuat sekali tiba, dan hampir saja menghantam telak pada dada Giok Hoa, kalau saja Giok Hoa tidak cepat-cepat menghindarkan diri. Dia telah terkejut waktu tersadar akan keadaannya, namun dia tidak gugup. Dia telah menjengkangkan tubuhnya, dengan demikian dia tidak sampai terserang.

Malah dalam keadaan terjengkang seperti itu Giok Hoa tidak berdiri saja, melainkan pedangnya telah menikam.

"Cepppp!" Tepat sekali mata pedang itu menancap di paha si pendeta.

Pu San Hoat-ong kesakitan. Dia melesat ke belakang dengan muka yang pucat.

Dia tidak menyangka bahwa kepandaian yang dimiliki Giok Hoa demikian tinggi, malah diapun tidak berani sembarangan buat menyerbu lagi. Dia malah telah membiarkan anak buahnya yang menghadapi. Dia sendiri telah memutar tubuh, untuk menghilang di dalam gedung Wie-sung Taijin.

Sekarang dalam keadaan kakinya terluka seperti itu, jelas semakin sulit buat menghadapi Giok Hoa, karena tadi saja dalam keadaan tidak terluka, dia sudah tidak berdaya apa-apa. Dan sebagai seorang yang licik, dia berpikir untuk menyelamatkan dirinya dulu, barulah dia nanti akan mengadakan perhitungan.

Diwaktu itu, Kim Cie Sin-kay telah berseru nyaring. Ia berhasil merubuhkan dua orang lawannya. Dan segera Kim Cie Sin-kay mengamuk terus.

Kim Lo juga jadi terbangun semangatnya, tidak hentinya dia menyerang lawannya dengan serulingnya itu. Apa yang dilakukannya membuat lawannya jadi kalang kabut, karena seruling Kim Lo jadi berobah seakan juga semakin liehay.

Demikianlah, pihak Pu San Hoat-ong telah dibikin kucar kacir.

Akhirnya, sisanya yang belum terluka atau terluka ringan, cepat-cepat memutar tubuh, untuk menyembunyikan ekor di dalam gedung Wie-sung Taijin.

Kim Lo ingin mengejar, namun Giok Hoa telah menahannya.

"Jangan!" cegahnya.

Kim Cie Sin-kay juga membatalkan maksudnya untuk menerobos masuk ke dalam gedung itu.

"Mari kita lihat keadaan temanmu itu!" Kata Giok Hoa kepada Kim Lo.

Kim Lo cepat-cepat menghampiri, ia memberi hormat: "Peh-bo! Apakah Peh-bo dalam keadaan sehat-sehat saja selama ini? Kim Lo memberi hormat!"

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang