Jilid 148

1.3K 30 0
                                    

Saat itu Yo Bie Lan sudah datang dekat.

"Kim Koko, kau belum tidur?"

"Hawa udara panas!" Menyahuti Kim Lo gugup. "Dan kau nona Yo, kau belum beristirahat?"

Yo Bie Lan tersenyum, sikapnya berbeda sekali dengan siang tadi. Jika siang tadi dia selalu cemberut dan mukanya masam, tapi sekarang justeru ramai dengan senyumnya.

Kim Lo jadi semakin berdebar hatinya melihat senyum si gadis yang begitu manis.

"Nona Yo!" Katanya dengan agak gugup.

"Ya!"

"Aku ingin meminta maaf kepadamu karena siang tadi sikapku kurang baik agak kurang ajar!" Kata Kim Lo.

Bie Lan tertawa.

"Justeru aku yang hendak meminta maaf kepada Kim Koko, sebab tadi siang aku bersikap seperti kekanak-kanakkan dan juga ngambul seperti itu, perbuatan yang seharusnya tidak terjadi dan juga tidak baik!"

Sambil berkata begitu, Bie Lan telah merangkapkan tangannya, dia memberi hormat kepada Kim Lo.

Karuan saja Kim Lo jadi bukan main, dia cepat-cepat menyingkir. Dia tidak mau menerima hormat si gadis, dia menyingkir ke pinggir.

"Nona Yo jangan, apa-apaan ini?" Tanya Kim Lo dengan suara yang agak yugup.

Bie Lan tersenyum,

"Untuk meminta maafmu. Bukankah engkau mau memaafkan aku, Kim Koko?"

"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Tidak ada yang kau lakukan sesuatu yang salah. Karena dari itu tidak ada yang perlu dimaafkannya!" Berkata Kim Lo tergesa-gesa.

Bie Lan tersenyum.

"Kalau memang demikian, kau tentunya masih tidak ikhlas memaafkan aku. Kau tidak memaafkan kesalahanku!" Kata si gadis.

"Apa yang perlu dimaafkan?"

"Tentu kelakuan dan sikapku yang tidak baik siang tadi itu!" Berkata Bie Lan.

Kim Lo menghela napas dalam-dalam.

"Baiklah kalau memang demikian kehendakmu, anggap saja berdua telah bersalah dan kita saling memaafkan."

Bie Lan tersenyum dan senang.

"Jadi kau bersedia memaafkan aku?"

"Tentu saja.......! Malah akupun perlu meminta maaf kepadamu, nona Yo?"

Dan tanpa memperdulikan beberapa orang pelayan yang tengah mengawasi kelakuan mereka berdua, Kim Lo sudah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Bie Lan.

Bie Lan tidak menyingkir, dia merangkapkan tangannya membalas hormat Kim Lo

Para pelayan itu diam-diam merasa geli di dalam hati mereka. Namun mereka tidak berani tertawa.

Di waktu itu Bie Lan bilang, "Jika memang Kim Koko belum mengantuk, maukah Kim Koko menemani aku berangin-angin dulu?"

Kim Lo girang, tapi juga gugup.

"Tentu saja mau!" sahutnya mengangguk.

Bie Lan tersenyum melihat sikap Kim Lo seperti itu, ia melangkah perlahan untuk pergi ke pekarangan belakang rumah penginapan itu.

Kim Lo mengikuti di belakangnya.

Begitulah, akhirnya di pekarangan tersebut mereka jalan berendeng, perlahan-lahan. Walaupun mereka tidak berendeng terlalu rapat, tokh hal ini membuat Kim Lo jadi tergoncang-goncang keras dengan jantung berdebar- debar.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang