Jilid 14

2.9K 41 0
                                    

 Khuluk Khan tertawa, dia meletakkan Giok-sie di atas meja kayu cendana. Katanya, "Kalian jangan berkata seperti itu, tanpa adanya kalian tokh Giok-sie tak akan berada di tanganku! Maka jasa kalianpun sangat besar. Nanti akan kubicarakan kepada Hong-siang agar kalian sedikitnya dinaikkan tingkat, dan kedudukkan empat tingkat. Mungkin kalian akan menjadi Gubernur di sebuah kota. Dan jika demikian, hidup kalian tentu senang, bukan?"

Senang hati Bun Siu Thang dan kawan-kawannya, mereka menjura dalam-dalam menyatakan terima kasihnya.

"Sekarang yang terpenting ialah kita harus mengatur pengiriman Giok-sie ke kota raja sebaik mungkin, agar hal ini tidak tersiar di dalam rimba persilatan! Sekali saja tersiar, berarti kita akan menghadapi rintangan, yang tidak kecil, tentu banyak tokoh rimba persilatan yang akan turut memperebutkan Giok-sie, mereka berusaha merampas Giok-sie, dan kita pasti harus berusaha lebih giat lagi melindunginya.

"Karenanya, jalan yang terbaik ialah merahasiakan rapat-rapat perihal jatuhnya Giok-sie ke tangan kita. Nah, Bun Siu Thang, apakah kau memiliki usul untuk rencana pengiriman Giok-sie ke kota raja?"

Bun Siu Thang segera menjura: "Percayalah pada hamba, Ong-ya, tentu hamba dengan kawan-kawan lainnya berusaha untuk membawa Giok-sie tiba di kota raja dengan selamat! Walaupun harus mengorbankan jiwa, hamha sekalian tentu akan mempertahankan Giok-sie dari incaran...... Hei!"

Belum lagi Bun Siu Thang selesai berkata-kata, ia telah berseru kaget, dibarengi dengan tangan kanannya bergerak menghantam ke atas langit-langit.

"Bukk!" Terdengar tenaga dalam Bun Siu Thang menghantam langit-langit ruangan tersebut, menyusul dengan mana juga terdengar suara orang-orang tertawa geli, seperti juga mengejek.

Khuluk Khan terkejut mengetahui ada musuh, dan ia kagum untuk tajamnya pendengaran Bun Siu Thang, karena ia mengetahui kedatangan tamu tak diundang itu. Segera juga tangannya meraih Giok-sie, dan memasukkan ke dalam sakunya.

Beberapa orang pahlawan kerajaan juga telah melompat ke samping Khuluk Khan, untuk melindunginya dari segala kemungkinan.

"Tikus mana yang berani lancang datang ke mari? Cepat perlihatkan diri!" bentak Bun Siu Thang sambil menjejakkan kakinya, tubuhnya ingin melompat ke langit-langit ruangan yang telah berlobang akibat hantamannya itu.

Tapi waktu tubuhnya baru melayang dua tombak lebih dari lantai, dari atas telah meluncur turun sesosok tubuh. Gerakan orang itu lincah dan tangannya sebat. Sinar kuning berkelebat menyambar ke arah muka Bun Siu Thang.

Terkesiap Bun Siu Thang menerima serangan seperti itu, tidak berayal lagi ia mencabut pedangnya, mengibaskan untuk menangkis sambatan senjata lawan.

"Tranggg.......!" terdengar benturan dua senjata itu, Bun Siu Thang mempergunakan kesempatan tersebut buat meluncur turun, dan lalu hinggap di lantai tanpa kurang sesuatu.

Masih bagus Bun Siu Thang memiliki kepandaian yang tinggi, jika memang tidak, jangan harap ia bisa meloloskan diri dari serangan setengah membongkong dari orang yang tengah meluncur turun itu. Diam-diam Bun Siu Thang mengucurkan keringat dingin, sebab ia membentur pedangnya dengan senjata lawan, menyebab kan telapak tangannya pedih dan sakit.

Orang yang meluncur turun dari atas langkan itu, telah hinggap ringan di lantai tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Itulah gin-kang yang terlatih mahir. Menyusul dengan orang itu segera melompat turun dua orang lainnya.

Ternyata orang yang turun pertama adalah seorang lelaki berusia hampir enampuluh tahun, di tangannya tercekal seruling emas dan digerak-gerakannya berulang kali, sikapnya angkuh sekali. Ia memiliki potongan muka kuaci, dan matanya sipit seperti mata tikus. Dan telinganya lebar sebelah kanan, dibandingkan dengan sebelah kirinya. Lebarnya daun telinga yang kanan melebihi dari daun telinga yang wajar.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang