Jilid 144

1.4K 31 0
                                    

Ko Tie yang sudah penasaran sekali, mengempos semangatnya dan mengejar semakin cepat juga. Demikian pula halnya dengan Kim Lo. Mereka berdua mengejar sesosok bayangan merah itu dengan mengerahkan gin-kang mereka, maka mereka seperti juga terbang dan ke dua kaki mereka seakan juga tidak menginjak tanah.

Bayangan merah itu rupanya menyadari bahwa akhirnya dia tidak akan dapat meloloskan diri dari Kim Lo dan Ko Tie. Dia menahan langkah kakinya, mendadak sekali berhenti.

Malah ia memutar tubuhnya, menantikan kedatangan Ko Tie dan Kim Lo. Dia juga bertolak pinggang disusul dengan suaranya yang nyaring.

"Mengapa kalian terus juga mengikuti aku?"

Waktu Kim Lo telah tiba. Dia melihat sosok bayangan merah itu. Dia jadi kaget dan heran karena dia segera mengenali siapa adanya orang itu.

Dialah seorang wanita yang cantik sekali dan ia tidak lain dari Ang-hoa Liehiap.

"Hemmm, kiranya kau?" Tegur Kim Lo dengan suara yang tawar.

Ang-hoa Liehiap juga tertawa dingin.

"Benar! Memang aku! Hemm..... tidak tahunya orang yang mengejar aku adalah si kera bertubuh manusia? Pantas larinya seperti kera."

Diejek seperti itu darah Kim Lo meluap tapi ia belum lagi bisa berkata.

Ko Tie mendahuluinya: "Engkaukah yang selama ini sering melakukan pembunuhan di kampung ini, Siocia?!"

"Hemm, dia seorang iblis yang bertangan telengas sekali, paman Lie! Pasti semua pembunuh kejam itu dilakukan olehnya!" teriak Kim Lo.

Ko Tie menoleh kepada Kim Lo.

"Kau kenal padanya?"

"Dialah Ang-hoa Lehiap! Tapi seharusnya dia digelari Ang-hoa Tok-kwie (Iblis Beracun Bunga Merah)

Muka Ang-hoa Lehiap berobah merah.

"Hemm, mulutmu kurang ajar sekali! Sudah mukamu seperti kera, masih tidak tahu diri kau minta mampus rupanya?"

Kim Lo tertawa.

"Baiklah dulu kita belum lagi puas untuk main-main....... sekarang marilah kita main-main.......!"

Setelah berkata begitu, Kim Lo menjejakkan kakinya, tubuhnya segera juga melesat ke depan Ang-hoa Lehiap. Malah di tangan Kim Lo telah tercekal serulingnya, yang telah dicabutinya dengan cepat sekali.

Serangan Kim Lo dengan serulingnya memang sangat cepat karena dia tahu Ang-hoa Lehiap memiliki kepandaian tinggi, dia tidak boleh memandang remeh padanya. Dia harus menghadapinya dengan sebaik mungkin.

Waktu itu Ang-hoa Liehiap telah berkelit dengan lincah, dia tertawa dingin.

"Rupanya kau malu jika rupamu seperti kera itu diperlihatkan kepada orang lain, membuat engkau tetap saja menyelubungi mukamu dengan kain penutup itu!"

Diejek begitu, kembali Kim Lo tambah murka.

Serulingnya telah menyambar-nyambar dengan gencar kepada Ang-hoa Lehiap.

Dalam keadaan seperti ini, Ang-hoa Lehiap, wanita yang cabul ini sama sekali tidak gentar. Dia balas menyerang dengan hebat.

Di waktu itulah tampak Kim Lo juga sudah berusaha mendesaknya, mereka jadi bertempur dengan seru.

Ko Tie mengawasi saja. Dia merasa tidak pantas jika memang dia harus turun tangan mengeroyok Ang-hoa Lehiap seorang wanita. Karena dari itu, dia cuma berdiri diam saja di pinggiran, menyaksikan bagaimana ke dua orang itu tengah bertempur.

Setelah mengawasi sekian lama. Ko Tie merasa kagum sekali dengan kemajuan yang telah diperoleh Kim Lo.

Mereka berpisah belum begitu lama. Sekarang setelah bertemu kembali, kepandaian Kim Lo ternyata sudah memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang