Jilid 23

2.2K 34 0
                                    

Gadis itu menurut. Dia telah duduk bersemedhi.

"Nah, sekarang kau dengar baik-baik!" Kata Bun Ong Hoat-ong sambil mendekati pembaringan itu. "Selanjutnya engkau harus memejamkan matamu rapat-rapat. Dan apapun yang terjadi, engkau tidak boleh membuka matamu. Engkau tidak boleh bergerak. Sekali saja kau bergerak, akan matilah dan tamat riwayatmu. Mengertikah kau?"

"Mengerti........!" Menyahuti Siu Lie ketakutan dan malu sekali.

Dengan memejamkan matanya, maka rasa malunya agak berkurang. Dia juga jadi heran entah apa maksudnya Bun Ong Hoat-ong dengan perintah kepadanya duduk bersemedhi seperti itu. Ong-yanya tadi telah memberitahukan kepadanya bahwa dia harus menemani Bun Ong Hoat-ong tidur!

Tapi melihat kelakuan Bun Ong Hoat-ong, tampaknya memang bukan bermaksud untuk mengajak si gadis tidur. Melainkan ada sesuatu yang ingin dilakukannya.

Dengan mata terpejam dan dalam keadaan duduk bersemedhi seperti itu, si gadis terus juga menduga-duga entah apa yang ingin dilakukan oleh Bun Ong Hoat-ong. Juga keadaan sangat sepi! Dia tidak tahu, entah Bun Ong Hoat-ong tengah melakukan apa di saat itu, karena tidak terdengar suaranya, dan sepi sekali.

Tapi gadis ini, juga tidak berani membuka matanya karena dia teringat akan pesan Bun Ong Hoat-ong apa pun yang terjadi tidak boleh membuka matanya dan jika ketahuan Bun Ong Hoat-ong niscaya dia akan dibinasakan. Karena dari itu dengan air mata masih juga mengucur terus dia terus pula memejamkan matanya.

Di kala itu Bun Ong Hoat-ong telah menghampiri pembaringan. Tidak ada yang dilakukannya. Dan cuma berdiri sambil mengusap-usap jenggotnya mengawasi si gadis.

Setelah mengawasi sekian lama, barulah Bun Ong Hoat-ong menghampiri pembaringan lebih dekat, dia telah mengulurkan tangannya, tahu-tahu pundak si gadis telah dipegang!

Hati Siu Lie kaget, tapi dia tidak berani membuka matanya, dia cuma merasakan jantungnya tergoncang sangat keras sekali, seperti juga jantungnya itu akan copot.

Kemudian dia merasakan sakit bukan main, dia telah ingin menjerit, namun dia berusaha menahannya, sangat sakit dan pedih sekali.

Tapi tidak lama kemudian, rasa sakit itu telah berkurang.

"Nah, selesai!" kata Bun Ong Hoat-ong. "Kau boleh membuka matamu!"

Siu Lie membuka matanya.

Dia melihat mengalir darah yang cukup banyak, hampir saja dia pingsan.

Kemudian tampak Bun Ong Hoat-ong duduk menghadapi tembok. Dan kedua tangannya itu didorongkan pada tembok. Perlahan-lahan, dia berdiam diri dengan duduk bersemedhi menghadapi tembok buat beberapa saat lamanya.

Rupanya Bun Ong Hoat-ong telah melatih tenaga dalamnya. Ia memang memiliki cara berlatih diri yang tersendiri.

Sedangkan Su Lie, yang merasakan kembali sakit, membuat dia meringis. Dia mengawasi pendeta itu yang tengah berlatih diri.

Siu Lie tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya, karena si pendeta itu belum perintahkan dia meninggalkan kamar tersebut. Karenanya, si gadis cuma duduk di tepi pembaringan, dengan air mata menitik turun deras sekali.

Dan ia heran, mengapa Bun Ong Hoat-ong menginginkan seorang gadis? Dia juga tidak tahu, entah ilmu apa yang tengah dilatih oleh Bun Ong Hoat-ong. Dan si gadis mau menduga, apakah pendeta itu bukan tengah melatih dari ilmu gaib dan ilmu hitam?

Lama juga Bun Ong Hoat-ong dengan sikapnya seperti itu. Tampak dari kepalanya yang botak lanang itu mengepulkan uap yang tipis, semakin lama semakin tebal. Uap putih yang seperti juga asap itu. Dan semakin lama tubuh si pendeta telah dibanjiri oleh keringat yang sangat deras.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang