Jilid 108

1.6K 29 1
                                    

Dan mengapa dia tahu-tahu datang memintanya. Seakan dia yakin Tang-ting Hweshio sudah berhasil mengambil pulang surat yang diperebutkan itu.

"Siapakah siecu?" Tanya Tang-ting Hweshio kemudian sambil menahan diri.

"Hemm, aku Pek Lojie (Orang Tua Putih), ayo cepat kau serahkan surat itu.......!" Kata orang tua itu, yang tampaknya jadi semakin tidak sabar.

"Atau memang kau hendak minta aku mengambilnya secara kekerasan? Terus terang saja kuberitahukan kepadamu, aku mau menghormati Siauw-lim-sie karena itu juga aku masih memberi muka kepadamu!"

Tang-ting Hweshio merangkapkan tangannya. Dia memberi hormat.

"Terima kasih untuk penghormatan siecu terhadap Siauw-lim-sie. Pinceng mewakili Siauw-lim-sie menyatakan terima kasih atas penghargaan siecu.

"Tapi mengenai surat yang siecu maksudkan itu, surat yang baru saja kami ambil dari Giok-tiauw Sian-lie, Coa Mei Ling. Kauw-cu dari Hek-pek-kauw, bukanlah surat milik Pinceng bukan pula milik Siauw-lim-sie!"

Rupanya Pek Lojie sudah semakin tidak sabar saja. Dia cepat-cepat memotong dengan bentakan. "Aku tidak mau tahu soal surat itu milik siapa. Cepat serahkan padaku!

"Tadi aku telah menerima laporan dari salah seorang anak buah Hek-pek-kauw bahwa surat itu akan terjatuh di tanganmu. Dan aku merasa yakin bahwa kalian sudah berhasil memperolehnya, hemm cepat serahkan surat itu padaku!"

Tang-ting Hweshio tersenyum memaksakan diri buat bersabar terus, karena hatinya sebetulnya sangat mendongkol sekali oleh sikap Pek Lojie tersebut.

"Dengar dulu siecu, surat itu milik Khang siecu!" Kata si pendeta.

"Khang siecu? Siapa dia?!" tanya orang tua berbaju putih itu, "Cepat serahkan!"

Tang-ting Hweshio tersenyum.

"Sabarlah....... dengar dulu!"

"Kau mau menyerahkan atau tidak?"

"Tunggu dulu, dengar dulu keterangan Pinceng!"

"Apa yang ingin kau beritahukan?"

"Sudah Pinceng beritahukan, surat itu bukan milik Pinceng, juga bukan milik Siauw-lim-sie. Seharusnya siecu memintanya kepada Khang siecu!"

"Siapa Khang siecu itu? Sejak tadi kau hanya menyebut Khang siecu, Khang siecu saja. Atau memang Khang siecu itu adalah engkau sendiri, pendeta gundul?"

Tang-ting Hweshio menahan sabar. Dia menunjuk kepada Khang Lam Cu Hui-houw-to, katanya: "Dialah Khang siecu!"

Waktu itu Hui-houw-to Khang Lam Cu tengah merangkak bangun. Mulutnya berdarah dan baru saja dia bisa berdiri tetap, dia gusar bukan main.

Karena dia telah diserang seperti tadi dan cara menyerang Pek Lojie seakan juga menyerang membokong belaka. Namun di balik dari rasa marahnya itu, Khang Lam Cu menyadari juga bahwa kepandaian Pek Lojie memang sangat tinggi.

Bukankah tadi dengan mudah sekali Khang Lam Cu sudah dirubuhkan oleh Pek Lojie? Bukankah jika memang Pek Lojie menghendaki jiwanya, sama mudahnya seperti dia membalikan telapak tangannya? Bukankah tangannya tadi bergerak begitu cepat, sehingga dia tidak bisa melihat gerakannya?

Hui-houw-to bilang dengan suara, yang dingin: "Surat itu sudah dimusnahkan!"

Dan ia menyusut dengan ujung bibirnya. Melihat darah di tangannya, ia jadi tambah meluap marahnya, ia berteriak: "Sekarang aku ingin minta pengajaran dari kau!"

Pek Lojie mendelik.

"Surat itu sudah dimusnahkan?!" tanyanya dan ia bertanya dengan tubuh melesat, tahu-tahu ia sudah berada di depan Khang Lam Cu, tangan kanannya bergerak, cepat bukan main. Ia sudah menjambak baju.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang