Jilid 51

1.9K 39 1
                                    

Ada satu faktor lainnya yang menguntungkan Kim Lo. Walaupun wajahnya tidak begitu bentuknya, dengan keadaan seperti kera! Justeru sebaliknya, ia sangat cerdik sekali.

Ia cerdas bukan main, sehingga setiap ilmu yang diwarisi Oey Yok Su ia bisa pelajari dengan baik. Ia selalu dapat mempelajarinya dengan sempurna.

Kecerdasan yang dimiliki Kim Lo seperti ini telah membuat Oey Yok Su jadi girang.

Waktu Kim Lo akan berangkat meninggalkan Tho-hoa-to, untuk mulai berkelana di dalam kalangan kang-ouw dan pergi ke Yang-cung maka Oey Yok Su masih sempat bilang kepada Kim Lo:

"Kau harus dapat menguasai diri sebaik mungkin. Jika memang melihat suatu persoalan yang bukan urusanmu, janganlah segera turun tangan. Kau baru boleh turun tangan jika urusan itu merugikan orang lain, dan kau harus menolongnya dengan sebaik mungkin!

"Dengan demikian, engkau akan dapat memperoleh apa yang kami inginkan, yaitu kelak engkau menjadi seorang besar! Selama kau mengumbar ilmumu akhirnya cuma melibatkan dirimu dalam pergolakan di dalam rimba persilatan, sehingga kesempatan untuk menjadi orang besar yang kami harapkan, akan gagal sama sekali......!"

Kim Lo waktu itu menyatakan pada Oey Yok Su bahwa ia sudah mengerti apa yang diinginkan Kong-kongnya. Iapun memahaminya bahwa Oey Yok Su telah meramalkannya, jika memang Kim Lo lebih banyak membagi perhatiannya pada dunia Kang-ouw, maka ia akan menjadi orang rimba persilatan sepenuhnya, berarti pekerjaan besar yang diberikan oleh Oey Yok Su akan gagal.

Karena itu ia harus bisa membatasi diri. Dan yang terpenting, ia memiliki kepandaian tinggi, guna melindungi dirinya dan melengkapi pekerjaan besar yang akan dilakukannya. Cuma itu saja. Karenanya tidak bisa Kim Lo sembarangan mempergunakan ilma silatnya yang memang hebat itu.

Kim Lo menghela napas lagi beberapa kali. Kemudian dia memandang lagi ke cermin. Setelah melihat bentuk mukanya beberapa saat, ia mengambil kain putih penutup wajahnya. Ia telah menutupi lagi wajahnya.

Kemudian dia pergi keluar dari kamarnya. Ia telah melangkah perlahan-lahan memandang keadaan rumah penginapan itu. Cukup ramai, karena banyak orang-orang yang tertunda perjalanannya disebabkan turunnya salju yang lebat dan juga cuaca yang begitu buruk, membuat mereka singgah di rumah penginapan tersebut. Kim Lo melangkah terus ke belakang rumah penginapan.

Di belakang rumah penginapan itu, di pekarangan yang cukup luas, telah terbungkus oleh salju. Dan keadaan di situ benar-benar cukup sepi karena hanya tampak sekali-kali saja pelayan yang berlalu lalang.

Pelayan-pelayan itu yang melihat cara berpakaian Kim Lo, yang wajahnya di tutup oleh kain putih, jadi heran bertanya-tanya di dalam hati mereka. Entah siapa orang yang diselubungi misteri ini.

Tapi Kim Lo tidak memperdulikan sikap pelayan-pelayan itu karena ia lebih mementingkan untuk melindungi wajahnya agar tidak menimbulkan kerewelan.

Lama Kim Lo berdiri di dekat pendopo di pekarangan belakang rumah penginapan tersebut menyaksikan bunga-bunga salju yang tengah turun tidak juga menjadi redah.

Tiba-tiba ia mendengar suara orang bersenandung dengan suara perlahan sekali dari tempat kejauhan:

"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis........"

Hati Kim Lo tercekat. Itulah lagu yang disenandungkan oleh So Pang, pengemis yang dirubuhkan beberapa waktu yang lalu. Dan tentunya So Pang bersenandung lagi seperti itu.

Apakah memang So-pang tetap mengikutinya sampai di rumah penginapan ini? Apakah pengemis itu penasaran dan telah membuntutinya terus? Atau memang So Pang sekarang datang bersama kawan-kawannya?

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang