-[00]- Not The End

57.8K 2.9K 17
                                    

Haiiii, kembali lagi nih dengan AMAZHE ^_^

Semoga REPOST kali ini bisa memuaskan kalian yaaa. Jangan lupa buat klik VOTE dan tinggalkan COMMENT kalian.

Khusus hari ini update 3 CHAPTER

Untuk perayaan My Bro Birthday

Happy Birthday My Bro

For readers, Happy reading ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"KITA batalkan pernikahan kita."

Amare Rivera Marvolo yang biasa disapa sebagai Ame, gadis itu tersedak vanila latte pesanannya. Ia tidak menduga pernyataan menohok meluncur begitu saja pada orang yang selama ini ia percayai dan orang yang sudah berhasil memenangkan hatinya. Amare menatap penuh luka pada laki – laki yang ada di hadapannya. Jadi, selama ini cuma gue aja yang serius dengan hubungan ini, batin Amare. Amare mengendalikan emosinya karena ia tidak ingin meledak begitu saja. Itu bukan Amare's style.

"Boleh tau alasannya?" tanya Amare.

Laki – laki itu mengusap kasar wajahnya. Ia tidak berani menatap wajah gadis yang ada di hadapannya walaupun Amare saat ini sedang menatapnya intens. Tanpa berkedip sama sekali. Memang salahnya dia menjerumuskan Amare dalam hidupnya hanya untuk pelarian saja. Tapi dia adalah pria yang memiliki motto kehidupan.

Kehidupan tanpa cinta bukanlah sebuah kehidupan yang sempurna. Karena itu, dengan teganya dan tanpa mempertimbangkan perasaan Amare, laki – laki itu menyatakan jika pertunangan mereka cukup sampai di sini dan tidak akan ada pernikahan untuk mereka.

"Gue ketemu cinta pertama gue. Gue ingin mengejar cinta pertama gue."

Amare menelan salivanya yang tiba – tiba terasa pahit dengan susah payah. Setelah ia diterjunkan ke dalam jurang, kali ini tersangka menusuknya dengan pedang karena kurang puas untuk menyakiti hatinya yang rapuh itu. Dan sekarang laki – laki itu, tunangannya sudah tidak ber-aku kamu melainkan kembali ber-lo gue. Well, sepertinya kali ini dia juga salah memilih laki – laki untuk merelakan hatinya.

"Lalu?" tanya Amare masih dalam tahap mengendalikan emosinya.

"Gue sudah mempertimbangkan secermat mungkin. Bukannya gue meremehkan pernikahan kita yang akan diselenggarakan 8 bulan lagi. Tapi gue lebih memilih mengejar cinta pertama gue. Dia bakal pergi dari Indonesia satu bulan lagi. Sedangkan pernikahan kita rencananya 8 bulan lagi tapi kita belum menyiapkannya artinya persiapan pernikahan kita masih nol. Sebelum terlanjur gue semakin menyakiti lo, gue mengambil inisiatif untuk mundur dengan cara membatalkan pernikahan kita agar gue nggak semakin menyakiti lo."

Amare tertawa hambar. Amare tidak mengira jika tunangannya, orang yang ia percayai, orang yang ia cintai sepenuh hati dengan teganya dan tanpa rasa bersalah menceritakan keluh kesahnya saat ini pada Amare. Laki – laki brengsek, rutuk Amare dalam hati.

"Terserah lo. Gue hanya berpesan. Setelah ini lo nggak usah menampakkan muka lo di hadapan gue se.la.ma.nya." ujar Amare sambil menekankan kata selamanya.

Laki – laki itu mengernyit saat menyadari nada Amare yang menjadi datar dan dingin. Ia tidak bisa menyalahkan gadis itu, karena memang dirinya lah yang bersalah. Tapi toh dia juga nggak salah – salah banget sudah memutuskan pertunangannya jauh – jauh hari. Daripada mereka cepat – cepat nikah dan berakhir dia harus menceraikan gadis yang ada di hadapannya itu. Jadi, lebih baik memutuskan pertunangan daripada bercerai bukan?

"Thanks, Ame. Gue berhutang budi sama elo"

"Nggak usah, ini bukan hutang budi lo sama gue. Anggap aja ini kado perpisahan yang gue berikan sama lo. Gue harap lo bisa menjalani kehidupan cinta yang lo mau, jadi karena lo udah milih cinta pertama lo. Jangan harap lo menampakkan diri lo di hadapan gue."

Laki – laki itu hanya mengangguk. Ia pun segera meninggalkan gadis itu tanpa menoleh sedikit pun ke belakang untuk melihat bagaimana keadaan gadis itu, mantan tunangannya, Amare. Amare meratapi kepergian laki – laki itu, Mervino, mantan tunangannya dengan tatapan penuh luka.

"Bangsat. Shit." Maki Amare pelan.

Entah mengapa dadanya sesak dan mati rasa. Ia menatap kosong pada mug yang ada di hadapannya. Air matanya tak kunjung keluar. Ia sudah lelah menerka – nerka sejak tiga bulan ke belakang. Terjawab sudah segala pertanyaan yang ia pendam. Tentang perubahan drastis Mervino tiga bulan lalu, tentang Mervino yang mulai cuek dan menjauhinya, dan tentang Mervino yang sering mengingkari janjinya. Semua sudah terjawab. Sakit sekali tapi dia juga lega karena ia mengetahui jika Mervino hanya seorang laki – laki brengsek yang egois.




TBC =>

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang