= Spin-Off Ch.3 = Queasy

14.3K 469 2
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

VARENZHIO, buah hati Amare dan juga Azhevadino menggerakkan kaki dan tangannya secara bergantian. Bayi mungil itu sudah berumur tujuh bulan dan selama tujuh bulan itu Rhinvero tidak pernah bosan menemani Renzhi, panggilan akrab Varenzhio. Menginjak usia tujuh bulan Varenzhio merangkak semakin cepat dan ke sana kemarin. Buah hati Amare dan Azhevadino itu memiliki perkembangan fisik dan motorik yang pesat bahkan kemampuannya di atas bayi seusianya.

"Renzhi, ayo waktunya makan." Ujar Amare lalu mengambil Varenzhio yang merangkak di lantai ke dalam gendongannya.

Rhinvero yang mengikuti adiknya merangkak itu mengikuti langkah Amare menuju dapur. Amare tersenyum geli melihat Rhinvero selalu mengikuti Varenzhio kemana pun. Kalo ada Varenzhio pasti ada Rhinvero.

"Abang juga mau makan?" tanya Amare.

Amare dan Azhevadino mulai menyepakati untuk memanggil Rhinvero dengan panggilan Abang. Lucunya anak pertamanya itu sangat menghayati perannya sebagai Abang.

"Yaaa, ayam kecap Bunda sama tumis kangkung."

"Oke. Bi Minah, minta tolong ambilkan makan buat Inver ya, Bi." Ujar Amare pada wanita berumur 30 tahunan yang sedang bebersih di dapur.

"Iya, Nyonya." Ujar Bi Minah.

Sejak kelahiran Varenzhio, Azhevadino mulai memperkerjakan ART yaitu Bi Minah, itu pun Bi Minah hanya kerja sampai sore saja dan tidak menginap. Awalnya Amare tidak menyetujui usulan Azhevadino karena Amare merasa masih bisa melakukannya. Tapi yang namanya Azhevadino, laki – laki dengan kekeras kepalaan yang tinggi bisa membuat Amare mengibarkan bendera putihnya. Azhevadino tidak ingin melihat istri tercintanya kelelahan. Sebelum Varenzhio lahir saja Azhevadino bisa melihat betapa lelahnya wajah istrinya yang mengurus Rhinvero yang sedang aktif – aktifnya beraktivitas dan dirinya yang ingin dilayani. And voila, muncul lah Bi Minah. Amare membawa piring yang sudah terisi dengan makanan kesukaan Rhinvero.

"Abang udah duduk yang bener?"

"Udah, Bun."

Amare pun meletakkan piring tersebut lalu mengambilkan sendok dan garpu yang ada di depan pada Rhinvero. Amare mengelus rambut Rhinvero dengan lembut lalu ia menerima mangkuk kecil yang berisi bubur bayi makanan Varenzhio. Amare pun mengambil tempat duduk bayi dan meletakkan Varenzhio di situ. Sepasang mata kelabu bayi mungil itu berbinar – binar saat Amare membawa mangkuk makanannya.

"Mammmm....mammmmmm."

"Iya, sayang. Renzhi udah nggak sabar ya?"

"Mammmm....mammmmmm."

Amare terkikik geli melihat wajah Rhinvero yang terus mengikuti mangkuk makanan itu pergi. Pipi tembamnya sungguh menggemaskan sekali saat anak itu menggumamkan kata makan.

"Hallo Everybodyyyyy."

Amare melihat suaminya menuju meja makan dengan setelan kemeja dan celana kantornya. Amare melirik jam dinding yang ada di ruang makan dan masih menunjukkan pukul 12 siang.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang