-[87]- Annoyance

11.2K 479 3
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AZHEVADINO menatap Amare dengan wajah bahagianya. Hari ini cerah dan mereka berdua berhasil menitipkan Rhinvero pada Sherefina. Amare menatap Azhevadino yang tersenyum – senyum sendiri. Suaminya ini kalau sudah kelewat senang tidak peduli dengan manner cool dan juteknya.

"Kasihan Sher."

"Biarin. Biar dia menjadi Tante yang berguna."

"Dia baru kemarin sampai dan kamu menyuruhnya menjaga Inver? Kakak sepupu yang sangat kejam."

"Ohhh, kamu salah, Sweetheart. Aku adalah kakak sepupu yang baik. Karena kita menitipkan Inver, Sher tidak akan bisa memikirkan masalahnya."

"Dia ada masalah?"

"Biasanya begitu. Dia tinggal di Paris dengan keluarganya. Kalau ke Indonesia berarti dia sudah tidak ada tempat untuk melarikan diri."

"Memangnya ada masalah apa dia?"

"Rumit. Tentang hubungan pria dan wanita."

"Serumit itu?"

"Dia lagi dikejar – kejar sama sahabat yang baru menyatakan cinta pada Sher padahal sahabatnya itu sudah mau menikah, terus mantan tunangannya kembali padanya, belum lagi mendapatkan pernyataan cinta dari rekan kerjanya."

"Wow, tiga pria sekaligus?"

Azhevadino mengangguk – anggukan kepalanya saat ia mengingat kembali bagaimana sosok Sherefina yang bercerita padanya soal hubungan rumitnya itu sebulan yang lalu.

"Sudahlah, jangan bahas Sher lagi. Sekarang kita nikmati kencan kita."

Amare tersenyum geli saat suaminya itu merangkul pinggangnya dengan posesif dan sesekali menyandarkan kepalanya di pundak Amare dengan manja. Dasar Big Baby, rutuk Amare dalam hati.


Amare's POV

Aku menatap ponselku yang bergetar dan aku sama sekali nggak mengenali nomor yang tertera di sana. Dengan ragu aku pun mengangkat panggilan dari nomor asing itu.

"Halo?"

"Kak Ame, ini aku Kak. Ini Sher."

Aku tersenyum geli saat mendengar suara Sherefina yang merdu sekali itu, adik sepupu iparku yang sudah membuatku jatuh cinta dengan kepribadiannya.

"Kakak ada di mana?"

"Kenapa?"

"Mau lunch bareng. Aku sama Inver baru dari Timezone, Kak."

"Yaudah, kakak ada di restoran Italia yang dekat perusahaan Kakakmu itu."

"Okay, aku berangka ya, Kak. Jangan bilang ke Kak Azhe ya, Kak."

"Siap."

"See ya."

"See ya."

Aku melihat Azhe yang sudah kembali dari kamar mandi tepat saat aku selesai bercakap ria dengan Sher.

"Kenapa kamu senyum – senyum?" tanya Azhe, suamiku.

"Nggak papa. Oh, iya. Nanti ada dua temen aku ke sini. Kita makan bareng nggak papa kan?"

"Temen yang mana?"

"Ada deh."

Aku terkekeh geli saat memerhatikan sikap lucu suamiku yang sedang mengiyakan permintaanku yang mengangguk – anggukkan kepalanya dengan ragu.


Sherefina's POV

Gue pun memasuki restoran Italia itu dengan langkah ringan gue sambil menggendong Inver di belakang punggung gue. Masa bodo lah sama tatapan para pengunjung yang melihat tingkah nggak elegan gue. Asal keponakan tersayang gue senang, gue rela kok ngerendahi harga diri gue.

"Aunty Sher, kita jadi makan spageti kan?"

"Oh jelas dong. Hayo coba tebak kita mau makan sama siapa?"

"Inver kan makan sama Aunty."

"Nonono, ada lagi. Itu siapa?"

Tunjuk gue di salah satu meja makan yang ada paling pojok dekat sama jendela restoran.

"Bundaaaaaa!"

Gue terkekeh geli saat melihat wajah Kak Azhe yang berubah cengo dan membeku. Gue memerhatikan Inver yang berlari menuju Kak Ame, kakak ipar tersayang gue setelah gue menurunkan malaikat kecil itu. Gue mengekori Inver dengan langkah santai ala gue. Emang enak kencan digangguin. Rasain lo. Ini balasan gue buat lo, Kak.

Gue pun menempati tempat duduk yang berhadapan sama Kak Ame, Kak Azhe, dan Inver. Tentu aja, gadis itu tidak ingin getah dari Azhe. Tentu saja gue milih tempat duduk yang jauh Kak Azhe lah, biar nggak kena semprot.

"Apa yang kamu lakuin di sini?" tanya Kak Azhe penuh selidik.

"Apa? Aku tadi telponan sama Kak Ame terus ngajak lunch bareng. Kak Ame bilang nggak papa kok."

"Udah lah, Zhe. Kita makan bareng aja. Lagian aku kan kangen sama Inver." Ujar Kak Ame sambil menenangkan Kak Azhe.

Gue bersiul ria saat melihat seorang Kak Azhe yang suka emosian dengan tampang jutek langsung jinak saat Kak Ame di sisinya. Gilaaaaa, makin cinta gue sama Kak Ame, udah gitu akhirnya gue ada sekutu yang bisa belain gue dari sikap tengilnya Kak Azhe. Thanks God, I'm not alone anymore untuk mengahadapi seseorang bernama Azhe. Gue hanya nyengir kuda saat Azhe menatap gue dengan tatapan tajamnya. Sorry to say, tatapan lo nggak mempan, Kakak Sepupuku yang Tengil. Gue pun memanggil pelayan untuk menambah pesanan kami. Mumpung ada Kak Azhe, gue bisa pesan banyak course nih. Lumayan gue bisa menghemat.

"Inver mau spageti apa? Bolognes? Barbeque? Carbonara?" tanya gue.

"Booologneeesss, Aunty."

"Oke, ma boy."

Gue pun segera memesankan pesanan gue dan juga Inver. Gue pun menopang dagu gue sambil menatap kembali Kak Ame dan Kak Azhe yang sangat mesra plus terasa seperti keluarga bahagia dengan dilengkapi Inver. Iri? Nggak juga, karena gue percaya, jodoh pasti akan datang dengan sendirinya. Contohnya? Udah ada di depan gue nih contohnya. Jadi gue santai aja.

"Kak, besok gue kembali ke New York." Ujar gue.

Gue memerhatikan Kak Ame dan Kak Azhe yang menatap gue dengan kaget lalu berubah menjadi ekspresi yang penuh dengan tanda tanya.

"Kok cepet banget?" tanya Kak Ame.

"William tadi nemui gue. Lokasi gue sudah terbongkar."




TBC...

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang