-[56]- The Weirdos

8.9K 518 0
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"AYAH merestui hubungan kalian."

Amare terdiam. Well, gadis itu sebenarnya sudah tau jika keluarganya pasti merestui dia dengan Azhevadino.

"Ayah, Bunda, dan Aro akan menyetujui pernikahan kalian tapi dengan satu syarat."

Amare mulai menatap was – was Skylar. Syarat?

"Tentang pembatalan pertunanganmu. Itu bukan kemauanmu kan? Sekarang jelaskan semuanya." Ujar Skylar tegas.

Amare menatap kaget Skylar. Tidak mungkin kan mereka mengetahuinya? Gue sudah menutup rapat – rapat rahasia ini, batin Amare.

"Aku sudah menceritakan semuanya, Yah." Ujar Amare tegas agar bisa menutupi kegugupannya.

"Jangan membohongi Ayah, Amare."

Amare menghela napas panjang. Jika Skylar sudah menyebut lengkap nama depannya itu adalah peringatan dari Skylar.

"Sampai sejauh mana Ayah mengetahuinya? Ayah pasti menyewa detektif kan?"

"Ayah tidak akan bicara sebelum kamu mengakui semuanya."

Amare menatap lekat – lekat Skylar, lalu pandangannya beralih pada Rhine, Bundanya yang sekarang sedang memandangnya dengan wajah sembab.

"Vino selingkuh dariku karena itu aku langsung membatalkan pertunangan kami. Seperti yang kalian tahu, aku tidak suka laki – laki yang selingkuh dari pasangannya."

"Kenapa kamu tidak bilang pada kami?" tanya Rhine.


Amare's POV

"Kenapa kamu tidak bilang pada kami?"

Bilang ya? Gue aja nggak bisa berpikir jernih waktu itu. Belum lagi gue yang sudah tau siapa siapa selingkuhannya Vino, membuat gue nggak bisa berpikir jernih. Ternyata memang yaa keluarga bisa menjadi musuh sendiri.

"Aku nggak mau merepotkan kalian. Seperti yang kalian tahu. Sejak kecil bila ada masalah aku selalu menyelesaikan sendiri tanpa bantuan kalian maupun Mama dan Papa."

Emang dari dulu gue seperti itu. Menyelesaikan semuanya sendiri. Bahkan Vina sama Yovan pun nggak ikut campur.

"Sekarang bisa ceritakan padaku. Bagaimana Ayah tahu?"

Gue melihat Ayah yang menghela napas panjang. Gue memerhatikan lekat – lekat wajah Ayah. Setelah dipikir – pikir ternyata wajah kami serupa.

"Dua minggu yang lalu Ayah ketemu dengan Yovan secara tidak sengaja lalu Ayah ajak makan siang sama – sama sekalian reuni gitu. Ayah sudah lama tidak bertemu dengan Yovan. Saat itu lah Yovan tidak sengaja menceritakan cerita sebenarnya soal pembatalan pernikahanmu."

Yovan?

Gue mendengus kasar. Memang ya, sahabatnya yang satu itu selalu ember. Dasar kutu kupreet, sahabat siaaaalan paling reseeeeek, rutuk gue dalam hati. Awas aja kalau gue ketemu sama dia, habis sudah dia di tangan gue, batin gue.

"Yovan udah cerita sejauh apa?"

"Dia bilang bukan salah kamu yang membatalkan pernikahanmu tapi justru itu langkah yang paling bagus. Ayah yang bingung dengan pernyataannya tentu saja dong menanyakan alasannya. Dan Yovan akhirnya bilang kalau kamu diselingkuhi Vino selama tiga bulan. Awalnya kamu memaklumi sikap Vino dan selama tiga bulan itu kamu ingin membangun kembali hubungan kalian tapi saat pertemuan kalian yang terahir kali itu, Vino malah bilang untuk mengakhiri pertunangan kalian dan tidak jadi menikah bahkan dia bilang ingin mengejar cinta pertamanya. Apakah itu benar Amare?"

Gue menghela napas panjang saat mendengar Ayah masih memanggil lengkap nama depan gue. Sepertinya Ayah benar – benar marah besar.

"Ya, Ayah. Semuanya benar bahkan itu sangat detail." Ujar gue.

Bisa – bisanya Yovan cerita ke Ayah sedetail itu. Dasar ember kutu kupreeet.

"Bisa – bisa nya kamu mengaku membatalkan pernikahan kalian karena Vino kurang tampan? Apa kamu tahu keluarga Keynes selalu menghina dan mencerca kita, keluarga Marvolo."

"Ayah sudahlah. Ini kan su-"

"Aku sudah mengumpulkan bukti kalau Vino memang selingkuh dan kabur untuk mengejar cinta pertamanya, Om. Kalau Om mau aku bisa membantu memulihkan nama besar Marvolo." Ujar Azhe.

Wait, sejak kapan dia di sini dan mendengar semua percakapan kami?

"Sejak kapan kamu disini?"

"Bagus, Adik Ipar. Kita tinggal membungkam mulut tuh si Keynes tua bangka. Biar tau kalo Marvolo masih berkuasa." Ujar Bang Aro dengan nada sinis.

"Bunda juga setuju. Bunda juga dicerca habis – habisan di arisan mingguan kemarin." Ujar Bunda dengan menggebu – gebu.

Heiii, tidak ada yang menggubris perkataan gue kah? Kok gue lama – lama kayak orang nggak kasat mata.

"Tu-tunggu, kalian tidak kasihan dengan Vina? Vina kan selalu membelaku."

"Tenang saja. Aku sudah mendapat izin dari Vina kok, Sayang. Dia bahkan mendukungku 100 % penuh." Ujar Azhe sambil tersenyum bangga.

Gue mengusap kasar wajah gue. Kok orang – orang yang ada di sekitar gue nggak ada yang normal sih? Durhaka nggak yaa ngatai orangtua sendiri nggak normal? Sepertinya hanya gue sama Inver yang normal deh, batin gue.

"Kalau begitu kita laksanakan rencana ini mulai besok." Ujar Skylar

Gue melihat Bunda, Ayah, Bang Aro, dan Azhe yang bertos grup seperti para Musketer dengan moto mereka 'All for one and one for all'. Dasar orang – orang aneh, rutuk gue dalam hati. Sepertinya percuma aja gue tadi mengkhawatirkan hubungan kami yang nggak direstui sama Ayah.




TBC...


AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang