-[08]- Surpriseee???

27.4K 1.7K 11
                                    

Sorry ya telat uploadnya karena kemarin jaringan agak error. Alhasil baru bisa upload sekarang

Anyway, happy reading 

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian melalui VOTE dan COMMENT kalian yaa ^_^

.

.

.

.

.

.

.

RHINVERO mengamati sosok wanita dewasa yang diam saja di hadapannya. Malaikat kecil itu berdecak kesal saat wanita dewasa itu tidak bergeming sama sekali saat dia memanggilnya. Rhinvero beranjak dari tempatnya karena wanita dewasa itu tidak juga memberikan benda yang ia butuhkan untuk menyelesaikan susunannya.

"Bundaaa!" teriak Rhinvero sambil mengguncang pundak wanita dewasa itu.

Wanita dewasa itu, Amare tersentak kaget dan pandangannya saat ini fokus kembali pada Rhinvero. Ya. Sejak tadi Amare masih memikirkan kalimat terakhir Azhevadino, ayah Rhinvero itu sejak pertemuan mereka dua bulan lalu. Amare menatap lama Rhinvero dan bayangan itu muncul lagi, bayangan dirinya yang menjadi Bunda Rhinvero.

"Bunda kenapa? Kok diem aja?" tanya Rhinvero dengan nada khawatir.

Amare tersenyum lembut saat ia menyadari kekhawatiran Rhinvero. Entahlah. Pikirannya mengatakan tidak, tapi hatinya selalu tertuju pada Rhinvero. Malaikat kecil yang beberapa minggu ini telah menyita waktu dan pikirannya. Sayang? Amare sangat menyayangi Rhinvero bahkan dia sudah menganggap Rhinvero sebagai anaknya sendiri.

Namun pikirannya tidak membolehkannya karena status Azhevadino selain itu dia tidak mencintai Azhevadino. Pertunangan yang dimulai dengan percintaan saja bisa hancur apalagi pernikahan yang dimulai tanpa percintaan. Amare tidak bisa membayangkannya.

"Bunda lelah. Kamu bisa main sendiri kan?"

Rhinvero mengangguk pelan lalu malaikat kecil itu kembali dengan aktivitasnya yang sedang menyusun puzzle. Amare kembali ke tempat duduk kerjanya lalu ia menekan tombol satu pada interkom miliknya.

"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?"

"Di, bisa minta tolong buatkan teh hijau dengan madu untuk saya?"

"Baik, Bu."

"Terima kasih."

"Sama – sama, Bu Ame."

Setelah percakapan itu, Amare menyandarkan punggung ke sandaran kursi kerjanya. Gadis itu memejamkan matanya perlahan – lahan. Suara gesekan puzzle yang disusun Rhinvero, suara AC, dan selain itu hanya kesunyian saja. Damai dan tenang. Amare merasa mengantuk dan tak berapa lama kemudian, gadis itu jatuh tertidur.


Mervina's POV

Gue melihat Diana yang berdiri di depan pintu ruang kerja Ame dengan sebuah nampan dan secangkir teh. Anehnya Diana hanya berdiri saja tidak mengetuk pintu atau masuk. Gue pun mendekatinya karena tujuan gue juga ke ruang kerja Ame.

"Kok nggak masuk, Di?" tanya gue.

"Eh, Mbak Vina. Itu, Mbak. Bu Ame lagi tidur takut ganggu."

Gue mengernyitkan kening gue. Ame tidur? Di jam kerja? Really?

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang