-[55]- Tenseness

9.2K 513 3
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AMARE menatap Azhevadino dalam diam. Laki – laki yang ada di hadapannya saat ini nampak sangat rapuh. Gadis itu menghela napasnya lalu ia berdiri dan langsung merengkuh tubuh Azhevadino ke dalam pelukannya.

"Kamu sudah bekerja keras, sekarang tinggal aku yang akan membantumu. Maka dari itu, jangan kamu simpan semuanya sendirian ya? Mari kita berjuang bersama – sama." bisik Amare.

Azhevadino memeluk erat Amare, malam itu setelah menceritakan kisah masa lalunya yang kelam ia merasa sedih, marah, namun ia sangat lega setelah menceritakan semuanya pada Amare. Aroma tubuh Amare yang seperti mint dan raspberry ini selalu menenangkannya. Entah mengapa, aroma Amare sekarang menjadi candu baginya.


Azhevadino's POV

Gue melirik Ame yang sesekali bersenandung senang. Sepertinya rencana kencan yang sudah gue rencanakan berhasil yhaa walau ada acara tangis menangis. Saat ini gue mengendarai mobilnya untuk kembali pulang.

"Ada yang belum aku ceritakan kepadamu?"

"Memangnya ada rahasia lagi?"

Gue terdiam. Akhirnya gue memarkirkan mobil yang gue kendarai di bahu jalan dan memasang lampu sign dua sisi. Daripada nanti terjadi hal – hal yang nggak bis ague prediksi. Gue melihat Ame yang menatap gue dengan ekspresi penasaran dan bingung.

"Keluargamu sudah mengetahui soal Inver."

Sepasang mata kelabu itu membulat sempurna.

"Semuanya?" tanya Ame dengan nada sedikit tinggi.

"Ng-nggak. Cuma tau kalo Inver bukan anak kandungku."

Gue melihat Ame yang menghela napas panjang sambil memijat pangkal hidungnya.

"Makanya Bunda sama Ayah dan juga Bang Aro langsung merestui kita karena mereka sudah tau."

"Maafkan aku, Sweetheart. Aku harus melakukan apa saja demi mendapatkanmu."

Gue memejamkan kedua mata gue dan bersiap untuk menerima amukan Ame. Gue langsung membuka kedua mata gue saat sebuah tangan mungil mengelus lembut pipi kanan gue. Gue melihat Ame yang tersenyum ke gue.

"Sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah selesai jadi sekarang kita nikmati saja."

Gue tersenyum. Gue benar – benar beruntung sekali mendapati pasangan seperti Ame. Pasangan yang mengerti pasangannya dan berhati tegar dan baik. Gue jadi bersyukur ke Vino karena Vino meninggalkan Ame dan gue jadi bisa memilikinya.

"Terima kasih, Sweetheart."

"Anything for you, Darl."

Gue pun melajukan mobil kembali setelah mematikan lampu sign dan melanjutkan perjalanan kami.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang