Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian ya guyss
Happy reading ^_^
.
.
.
.
.
.
.
AZHEVADINO mendengus kesal entah sudah keberepa sekian kalinya. Yovan hanya menggeleng – gelengkan kepalanya melihat sohibnya yang nggak fokus – fokus sama film yang mereka tonton.
"Lo masih mau nonton atau di sini?" tanya Azhevadino dengan nada lirih karena tidak ingin mengganggu penonton yang lain.
Yovan tidak mendengar pertanyaan Azhevadino karena terlalu terhanyut dengan film yang ada di layar bioskop itu. Azhevadino mendengus kesal, tanpa babibu lagi Azhevadino beranjak dari tempatnya. Yovan tersentak kaget saat kursi Azhevadino bergerak dan laki – laki menggerutu kesal tapi tetap aja mengekori Azhevadino.
Yovan berhasil menyusul langkah lebar – lebar Azhevadino dengan berlari kecil. Kedua laki – laki itu sekarang sedang berjalan beriringan. Mereka tidak sadar karena menarik perhatian kaum hawa, Azhevadino yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Yovan yang sibuk menggerutui Azhevadino.
"Belum ada setengah jalan tuh film udah keluar aja. Mau kemana sih?"
"Nyari Inver." Ujar Azhevadino singkat.
"Ngapain dicari? Inver udah aman sama Ame."
"Terus kenapa? Wajar dong gue khawatir sama Inver, ana gue sendiri apalagi ada orang asing."
"Ame kan bukan orang asing, Dodol."
"Bukan Ame."
Azhevadino menjeda sebentar, sedangkan Yovan sudah penasaran apa yang ingin Azhevadino katakan selanjutnya.
"Ituh, cowok yang sama Ame." Tambah Azhevadino.
"Aro? Aro itu perhatian dan baik. Inver pasti aman lah sama Ame dan Aro. Buktinya aja si Inver nggak merengek kan nyariin elo?"
Azhevadino menatap tajam Yovan. Entah kenapa fakta yang dinyatakan oleh Yovan mengusik emosi batinnya dan sekarang dia bertambah kesal dengan fakta bahwa Rhinvero tidak merengek mencarinya.
Bayangan liarnya tiba – tiba aja melalangbuana ke dalam pikirannya. Rhinvero yang sedang bersenang – senang dengan Amare dan cowok asing mesum itu. Membayangkan mereka bertiga tertawa bersama dengan senang sungguh membuatnya kesal setengah mati.
"Yang penting gue mau cari Inver."
"Mereka lagi makan. Kita makan juga ya?" ujar Yovan santai langsung ngacir ke Sushi Tei.
Dengan enggan Azhevadino mengikuti Yovan karena hanya Yovan yang tahu dimana Rhnvero dan juga Amare. Selesai makan, Azhevadino juga yang harus terpaksa membayar karena kalo nggak dibayari, Yovan nggak mau ngasih tau keberadaan Rhinvero dan juga Amare. (Poor Azhe, batin Author wkwkwk)
"Dimana mereka?" tanya Azhevadino sinis.
"Tuh." Ujar Yovan sambil menunjuk sebuah outlet berlogo huruf G besar yang berwarna warni.
Tanpa babibu lagi, Azhevadino memasuki outlet terkenal itu dengan Yovan yang mengekori di belakangnya.
"Yaudah deh nggak papa, Bang. Ikut aja. Mumpung ada promo nih sekalian Inver bisa punya koleksi ensiklopedia yang lengkap."
Azhevadino menoleh dan wajahnya sangat lega walau dia tidak menyadarinya saat melihat sosok perempuan yang ia kenal sedang menggendong Rhinvero. Langkahnya berhenti saat perempuan itu mendekatkan tubuhnya pada cowok mesum asing yang ia temui di dalam bioskop tadi.
Kenapa mereka masih berduaan sih? Nih cowok ngintilin Ame terus deh, batin Azhevadino yang kesal setengah mati.
Kedua bola mata Azhevadino hampir keluar saat cowok mesum itu mendekati Amare dengan lihainya bahkan lengannya dengan mudah merengkuh pinggang langsing milik Amare. Kurang ajar, batin Azhevadino.
Azhevadino segera menghampiri mereka bertiga. Laki – laki itu tidak peduli dengan keadaan sekitar. Yovan yang menyaksikan tingkah aneh Azhevadino mulai dari kemarin hanya menggeleng – gelengkan kepalanya saja. Yovan yakin jika Azhevadino sudah jatuh cinta terlalu dalam pada Amare dan dia hanya bisa berdoa, semoga Azhevadino tidak melakukan kesalahan seinci pun di hadapan Amaro. Karena, kalo mau menjadikan Amare sebagai miliknya, Azhevadino harus melewati tembok yang lebih besar daripada tembok Cina raksasa bernama Amaro.
Amare's POV
Gue tercekat saat melihat dengan jelas siapa cowok kurang ajar yang berdiri seenaknya di depan gue saat gue, Bang Aro, dan Inver lagi berpose untuk difoto.
"Iiiiih, minggir. Inver mau foto nih. Minggir dulu."
Gue melihat Inver dengan tatapan kaget. Malaikat kecil itu mendorong Azhe dengan tangan mungilnya agar pria itu minggir. Ini nggak salah apa? Bukannya Inver harus ngajak Azhe buat foto. Lha kenapa disuruh minggir?
"Iiiiih, minggir. Inver mau difoto. Huaaaa, Bunda. Inver nggak bisa difoto."
Gue panik saat melihat Inver tiba – tiba aja nangis. Bang Aro pun dengan cekatan menggendong Inver dan menenangkannya dan syukurlah malaikat kecil itu berhenti menangis walau wajahnya masih sembab.
"Ehem. Permisi, Pak. Bapak bisa menepi sebentar? Keluarga Ibu ini ingin berfoto untuk acara kami. Kami takut jika anak ini menangis lagi dan bisa mengganggu pengunjung yang lain." Tegur mas kasir tadi yang ternyata udah keluar dari meja kasirnya.
Gue melihat Azhe yang sangat kesal? Kenapa pula dia kesal? Tapi untungnya dia minggir juga. Seakan tersengat lebah, gue baru ingat kalo Inver habis nangis. Gue pun segera mengambil tisu kering yang ada di tas selempang gue namun sebuah lengan mencegah aktivitas gue.
"Udah aman terkendali." Ujar Bang Aro.
Gue pun melihat wajah Inver yang bersih dari bekas tangisannya dan pandangan gue beralih pada genggaman tangan kanan Bang Aro yang lagi menggenggam tisu bekas bersihkan muka Inver.
"Baik, kita mulai lagi ya Bu Pak." Ujar fotografer itu lagi.
"Cheese!"
Gue sempat melirik Inver lucunya anak kecil itu ikut tertawa seolah – olah kejadian tadi nggak pernah terjadi.
"Okey, terimakasih atas partisipasi dari Bapak dan Ibu. Ini paket lengkap ensiklopedianya. Mau dibayar tunai atau bagaimana?" tanya mas kasir itu.
"Pakai ini saja ya." Ujar Bang Aro sambil mengeluarkan black card miliknya.
"Wiiih, keluar juga tuh." Goda gue.
"Nggak usah bawel."
Setelah proses bayar membayar selesai, gue, Bang Aro, dan Inver keluar dari Gramedia. Gue melihat Yovan dan Azhe yang sedang menunggu di luar outlet sambil bersandar pada pagar pembatas.
"Kenapa keluar?" tanya gue ke Yovan.
Yovan hanya mengedikkan bahunya sambil menunjuk Azhe dengan dagunya. Gue menoleh dan mendapati Azhe dan Bang Aro saling berhadapan dan errr... juga adu tatap? Ini kenapa ya? Salah Abang gue ke Azhe apa coba? Beraninya natap tajam Abang gue.
TBC...
![](https://img.wattpad.com/cover/184307452-288-k203697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMAZHE
ЧиклитTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #1st SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since March 2019 "Bundaaaaa!" Ame hampir terjengkang saat seorang malaikat mungil nan imut menghambur ke arahnya dan memelukn...