-[72]- Amare's Past Part 1

8.2K 429 0
                                        

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"JADI, bagaimana bisa Leon menjadi mantan kekasihmu?"

Amare memandang Azhevadino dengan wajah jenakanya. Sedangkan, Rhinvero sudah tertidur dalam pangkuan Amare sejak mereka pergi meninggalkan Trans Studio di kota yang terkenal dengan Gedung Sate.

"Cinta pertamaku?"

CKIT. Azhevadino menginjak rem secara tiba – tiba. Amare dengan sigap melindungi Rhinvero agar dia tidak terjedot kaca depan mobil.

"Azhe! Astagaaa. Jangan ngerem mendadak dong. Bisa bahaya tau." Omel Amare sambil memeriksa belakang mobil mereka.

Untung saja jalan tol sepi dan tidak ada mobil di belakang mereka. Azhevadino menjalankan mobil mereka dan menepikan mobil mereka di bahu jalan tol dalam diam. Setelah kejadian yang membuat laki – laki seperti Azhevadino mengerem mendadak, Amare tidak luput untuk mengawasi segala gerak gerik Azhevadino.

"Really, Amare? Dan kamu baru memberitahuku sekarang?"

Tunggu dulu. Memberitahu apa sih, pikir Amare. Seakan tersengat lebah, Amare menyadari sesuatu.

"Jangan bilang gara – gara aku baru saja bilang kalo Leon cinta pertamaku, kamu mengerem mendadak seperti itu? Yang benar saja, kita udah dewasa Azhe dan kamu lebih tua lima tahun dariku."

"5 tahun? Bukannya kamu seangkatan sama Yovan dan Vina ya?"

"Hahahaha, memang. Tapi aku sebenarnya selisih 5 tahun dengan mereka. Aku masuk sekolah dasar lebih dini terus mengikuti akselerasi saat SMP dan SMA. Kuliah pun aku kuliah lebih cepat dari mereka. Alhasil aku lebih punya jabatan dulu kalo dibandingkan dengan Yovan dan Vina. Kenapa? Kamu nggak terima?"

"Nggak kok. Mana ada sih laki – laki yang punya calon istri yang lebih muda udah gitu cantik terus seksi juga."

"Azhe, nggak usah ketularan mesum deh."

"Memang kenyataan lho. Aku sudah lama menahan diri Amare, karena itu aku ingin kita cepat – cepat menikah."

"Ya ya ya. Soal pernikahan. Lusa gimana kalo kita fitting baju?"

"Kamu udah menghubungi desainer kenalanmu?"

"Yap. Dan dia mengabulkan permintaanku walaupun awalnya dia emosi nggak jelas gitu."

"Masa cuma sebulan doang baju pengantin nggak bisa jadi sih."

"Jelas nggak mungkin lah. Kalau pun mungkin sih, desainnya kadang kurang memuaskan."

"Terus gimana ceritanya desainermu itu menyetujuinya?"

"Hahaha, karena aku sudah ada desain baju pengantin jadi dia tinggal buat jadi doang."

"Kamu juga kuliah desaigner?"

Azhevadino berdecak kagum lagi karena bakat yang dimiliki Amare. Hari ini benar – benar banyak kejutan.

"Nggak. Cuma hobi aja."

"Yaudah lusa kita fitting baju pengantin. Kamu mulai hari ini jadi tinggal di Surabaya?"

"Ngga deh. Nggak mungkin lah aku bolak balik Surabaya – Jakarta."

"Terus?"

"Yhaa, Ayah, Bunda, dan Bang Aro pindah ke Jakarta lagi. Mereka udah kembali nempatin rumah di daerah Depok. Oh ya, nanti Bang Aro yang jemput aku ke rumah kamu."

Azhevadino mengangguk – anggukkan kepalanya. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal.

"Ame, kamu tidak sengaja mengalihkan topik untuk menghindari pembicaraan kita tentang Leon kan?"

Amare tersenyum kikuk. Ketahuan banget ya, batin Amare.

"Nggak lah, Darl."

"Yaudah, selain Leon dan Vino kamu tidak punya mantan lagi kan?"

Amare terdiam. Sebenarnya masih ada satu lagi sih, tapi apa harus gue bilang ke Azhe, gumam Amare dalam hati.

"Masih ada."

"Apa?!"

"Tenang dulu Azhe, aku sudah lama melupakannya lagian aku sudah tidak tau dimana keberadaannya."

"Hah, kok bisa?"

"Ya begitulah. Jauh sebelum aku bertemu dengan Vino aku pernah menjalin hubungan bersamanya. Bahkan kami sudah akan menikah. Tapi dia kabur waktu hari H pernikahan dan menghilang begitu saja. Bahkan ada kabar kalau dia sudah meninggal. Mungkin nasibku memang begitu ya? Selalu ditinggalkan."

Azhevadino terdiam. Ia lalu membelai lembut punggung Amare.

"Tenang saja. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Amare tersenyum getir. Azhevadino pun melanjutkan perjalanan mereka. Suasana mobil menjadi tenang hanya denguran halus Rhinvero dan alunan lagu yang terdengar dalam mobil. Ame pasti akan mengantuk dengan suasana yang nyaman dan damai ini, batin Azhevadino. Azhevadino hendak mengatakan sesuatu namun saat ia melirik Amare kekasihnya itu sudah tertidur dengan pulas, laki – laki itu mengurungkan niatnya. Azhevadino tersenyum lembut saat melihat wajah tenang Amare saat gadis itu tertidur. Wajah tenang dan polosnya itu seakan – akan menunjukkan jika gadis itu seperti tidak memiliki beban apa pun. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Amareku, janji Azhevadino pada dirinya sendiri.



TBC...




AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang