Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca
Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗
Bagi yang masih di bawah 18 tahun harap bijak. Dosa ditanggung sendiri bukan Vey yang nanggung
Happy reading all ^_^
.
.
.
.
.
.
.
AMARE merasa pinggangnya terasa berat dan hal itu mengganggu tidurnya. Gadis itu pun membuka kedua matanya karena ia merasakan sebuah lengan yang kekar memeluknya dengan erat. Tapi siapa? Rhinvero? Malaikat kecil yang saat ini ditatapnya masih tertidur pulas. Amare lalu membalikkan tubuhnya dan hampir memekik kaget saat tahu siapa dalangnya. Amare mendengus kesal saat melihat siapa pelakunya. Bisa – bisanya laki – laki ini seenaknya saja main peluk. Amare berusaha memindahkan lengan kekar kekasihnya itu, bukannya lepas lengan itu semakin mengeratkan pelukannya hingga membawa Amare semakin mendekat ke Azhevadino. Wajah Amare sangat dekat pada wajah Azhevadino saat ini karena posisi mereka saling berhadapan dan berpelukan. Sebenarnya Azhevadino sudah bangun dari tadi semenjak Amare bergerak – gerak terus dalam rengkuhannya tapi sepertinya seru juga menggoda kekasihnya itu.
"Azhe lepas. Aku yakin kamu sudah bangun." Ujar Amare tegas.
Azhevadino membuka kedua matanya sambil tersenyum lebar. Ia langsung menghujani wajah Amare dengan ciumannya. Mulai dari kedua pipi Amare lalu merambat ke atas ke kedua matanya lalu kening Amare dan yang terakhir Azhevadino melumat lembut bibir berwarna soft pink itu.
Amare pun membalas ciuman Azhevadino karena terhanyut dengan perlakuan manis yang Azhevadino berikan. Mereka berdua berciuman semakin panas bahkan tidak sadar jika hanya mereka berdua yang ada di kamar. Sosok malaikat kecil yang berumur hampir tiga tahun itu merasa terganggu tidurnya karena ia merasakan adanya guncangan di kasur. Rhinvero membuka kedua matanya yang jernih dan polos itu. Anehnya ia melihat Bundanya dan Ayahnya saling berhadapan.
"Bundaaaaa."
Amare yang terkesiap langsung melepaskan ciuman mereka secara sepihak dan tidak sengaja mendorong Azhevadino terlalu kuat hingga laki – laki itu terjatuh di lantai, lalu gadis itu segera menghadapkan tubuhnya pada Rhinvero. Azhevadino mendesah kesal saat ciuman mereka terlepas sambil memegang pantatnya yang lumayan sakit. Laki – laki itu lupa jika mereka ada di dalam dnegan Rhinvero, seharusnya Azhevadino membawa Amare ke kamarnya.
Amare masih berusaha menetralkan detak jantungnya lalu ia bangun dari posisi tidurnya. Ia duduk di atas kasur sambil membawa Rhinvero dalam pangkuannya. Gadis itu menciumi wajah Rhinvero bertubi – tubi. Malaikat kecil itu tertawa lepas karena merasakan wajahnya geli akibat perlakuan Amare itu. Setelah Amare puas menciumi wajah Rhinvero gadis itu membelai lembut rambut Rhinvero.
"Selamat pagi, Inver."
"Pagi, Bunda."
"Inver tidur nyenyak?"
"Nyenyak, Bunda." Ujar Rhinvero sambil bergelayut manja dalam pelukan Amare.
"Ayah nggak diucapi selamat pagi?" tanya Azhevadino yang sudah duduk di samping Amare.
"Hmmmm, nggak. Inver kan maunya sama Bunda. Ayah kenapa di sini?"
"Nggak boleh?"
"Boleh. Bunda tadi ngapain sama Ayah?" tanya Rhinvero dengan wajah polosnya.
Azhevadino tersenyum, sedangkan Amare diam membeku saat mendengar pertanyaan Rhinvero. Harusnya tadi aku nggak terbawa suasana, Inver lihat nggak ya, pikir Amare.
"Bunda sama Ayah tadi mau buat adik untuk Inver, tapi Inver ganggu deh. Adiknya nggak jadi dibuat." Ujar Azhevadino enteng.
Amare menatap tajam Azhevadino sedangkan yang ditatap hanya nyengir lebar sambil menyembunyikan wajahnya pada tengkuk lehernya.
"Yhaaaa, kok nggak jadi. Inver kan mau punya adik. Kalau gitu Bunda sama Ayah lanjutin aja, biar Inver sama Eyang aja."
"Lho Inver katanya mau dimandikan Bunda?" tanya Amare yang mulai panik sehingga ia mengalihkan topik.
"Nggak usah Bunda. Kan Inver udah sering dimandikan Bunda, sekarang Inver biar sama Eyang. Jadi Bunda sama Ayah buat adik buat Inver yaaa. Dadaaah Bunda, dadah Ayah. Kalo udah selesai buat adiknya nanti main sama Inver ya."
Amare hanya menatap Rhinvero yang beranjak dari tempatnya dengan wajah melongonya. Amare mengalami syok saat mendengar celotehan Rhinvero tadi.
"Jadi Sayang, seperti katanya Inver tadi. Ayo kita buatkan adik untuknya." Ujar Azhvadinoe sambil menciumi leher Amare lalu beralih ke pundak Amare.
Amare menatap tajam Azhevadino. Ia langsung menimpuk Azhevadino dengan bantal lalu gadis itu meninggalkan Azhevadino begitu saja dengan wajah syoknya. Ini nggak terjadi kan? Tidak mungkin seorang Azhevadino ditolak oleh perempuan?
TBC...

KAMU SEDANG MEMBACA
AMAZHE
Romanzi rosa / ChickLitTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #1st SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since March 2019 "Bundaaaaa!" Ame hampir terjengkang saat seorang malaikat mungil nan imut menghambur ke arahnya dan memelukn...