-[49]- He's Still Absurd

10.2K 597 5
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AMARE menopang dagunya dengan wajah malas sambil memandang Azhevadino, kekasihnya yang duduk di sofa ruang kerjanya dengan santai sambil membaca koran hari ini.

"Kamu kapan mau mengurus surat kartu keluargamu?" tanya Azhe.

Amare menghela napas panjang. Yap. Hasil sidang menyatakan Gerard kalah telak dan setelah selesai Rhine dan Skylar langsung menjadwalkan hari untuk mengurus perubahan kartu keluarga mereka.

"Entahlah, tapi sepertinya Ayah dan Bunda yang membereskannya deh. Aku sudah tidak bisa ambil cuti lagi. Seperti yang kamu lihat." Ujar Amare sambil menunjukkan berbagai macam berkas – berkas yang menumpuk di meja kerja kantornya.

"Berarti kamu nggak bisa pulang awal dong?"

Amare menggeleng tegas sambil menulis sesuatu di atas berkas yang saat ini dia pegang.

"Yhaa padahal sekarang hari Jumat, kan kamu bisa nginep di rumahku. Inver udah rindu berat sama kamu."

"Inver atau kamunya?"

"Aku juga sih. Kamumu sih nyueki aku padahal aku udah sering ke ruang kantormu."

"Ini juga salahmu karena terlalu sering mengajakku liburan and voila, kerjaanku menumpuk."

"Berarti kamu lembur?"

"Iya, Darl. Sudah berapa kali aku harus menjawab pertanyaanmu itu? Ini sudah pertanyaan samamu yang entah keberapa kalinya"

"Hah, jangan perhatiin berkas itu terus dong. Perhatiin aku juga, Sweetheart."

Amare menghela napasnya secara kasar. Heran deh. Tadi Mervina yang merengek padanya, sekarang ganti Azhevadino yang merengek dan menjadi manja seperti ini. Amare pun meletakkan berkas dan juga penanya lalu ia menatap Azhevadino tajam.

"Bagaimana kalau begini, kamu pulang saja sekarang bermain sepuasnya dengan Inver lalu besok kalian bisa ke rumahku. Ayah mengundang kalian untuk makan malam siang bersama."

"Benarkah? Berarti keluargamu merestui hubungan kita dong."

"Kita lihat saja besok. Sekarang bisa kah keluar dari ruangan saya Bapak Azhevadino Kaleigh Müller Yang Terhormat?"

Azhevadino memasang wajah cemberut. Walau enggan dia harus meninggalkan ruang kerja itu karena kalo Amare tidak juga selesai waktu berkencan mereka akan berkurang. Haiiish, kalo Amare sudah menjadi Nyonya Müller dia nggak akan gue biarkan keluar dari mansion gue, batin Azhevadino.

"Oke deh. Eh, tapi nanti kamu pulangnya bagaimana?"

"Aku bisa minta tolong Bang Aro buat jemput aku."

"Jangan, biar aku antar aja. Aku temani kamu aja sekalian mengerjakan kerjaan yang belum diberesi Yovan."

Amare menaikkan kedua bahunya. Ia pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Azhevadino yang awalnya ingin beranjak pergi akhirnya duduk kembali sambil mengeluarkan macbook miliknya dan ia sudah mulai meresapi kegiatannya yang sedang berselancar di dalam macbook miliknya. Kedua pasangan itu terdiam dengan kesibukan masing – masing, hanya gesekan pena, gesekan kertas yang dibolak balik dan ketikan keyboard yang terdengar di ruangan itu.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang