-[28]- Another World

14K 686 4
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading AMAZHE's Loverssss

.

.

.

.

.

.

.

AMARE menghela napas panjang. Kemarin Eaton baru saja memberikan kabar jika dia tidak bisa ikut ke Bandung karena ada pertemuan penting dengan kliennya. Amare pun menarik kopernya menuju lobby setelah mengunci pintu apartemennya. Baru saja Yovan telah mengiriminya pesan jika ia dan Mervina sudah sampai di parkiran apartemennya. Amare keluar dari gedung apartemen saat pesan Yovan kembali masuk dan mobil mereka sudah berada parkiran. Gadis itu menarik koper kecilnya lalu ia menyadari mobil Yovan yang terpakir tidak jauh dari lobby apartemen.

Yap. Kedua sahabatnya memutuskan ikut ke Bandung karena ajakan dari Rhine dan Skylar. Senyumnya mengembang saat melihat Yovan dan Mervina yang melambai padanya. Namun senyum itu langsung hilang dalam sekejab saat sosok itu berdiri menjulang di belakang Yovan. Amare terdiam dan mencoba berpikir tentang situasi yang sedang ia alami sekarang. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali – kali, namun sosok itu tidak kunjung menghilang. Wait a minute, kenapa Bosnya ada di sini, pikir Amare.

Amare kira ia sedang berhalusinasi karena selama beberapa hari ini bayangan sosok itu memenuhi pikirannya. Mervina yang menyadari keterkejutan Amare langsung menghampiri Amare. Amare tidak menyadari jika Mervina menarik kopernya dan menarik dirinya untuk mendekat ke mobil Yovan. Suara bagasi yang tertutup lumayan keras akhirnya menyadarkan keterkejutan Amare. Amare yang terkejut merasa tangannya kosong padahal tadi dia membawa kopernya. Ia melihat tangannya yang sudah tidak memegang koper lalu ia mencari ke sana kemari untuk mencari kopernya.

"Koper lo sudah gue masukkan, Ame." Ujar Mervina.

"Apa? Kapan?"

"Barusan. Lo sih terlalu lama berdiam diri di sana, akhirnya gue menghampiri lo dan masukin koper lo ke bagasi."

"Ah, benarkah? Gue nggak sadar kayaknya. Anyway, thanks, Vin."

"Sama – sama. Lo duduk di samping bangku kemudi ya. Lo kan yang tau jalannya."

"Oke. No problem."

"Gue sama Yovan duduk di belakang."


Amare's POV

"Gue sama Yovan duduk di belakang."

What? Pardon? Gue menatap bingung Vina. Gue nggak salah dengar kan, batin gue.

"Azhe yang mengajukan diri sebagai sopir." Ujar Yovan.

Hell no. Ogah gue duduk di samping Azhe. Yang ada jantung gue terus – terus an berdetak nggak normal.

"Tapi gu-"

"Udahlah, keburu macet nih. Soalnya kan sekarang weekend, semakin lama kita mendebatkan hal ini semakin siang juga kita berangkat dan jalanan kalo semakin siang juga semakin macet." Ujar Yovan.

Sahabat laknat lo, Van, rutuk gue dalam hati.

Mau nggak mau gue pun masuk ke dalam mobil dan duduk di samping bangku kemudi. Aish, kenapa juga dia harus ikut, rutuk gue dalam hati. Gue melihat semuanya sudah duduk di tempat masing – masing dengan tenang dan nyaman dan gue melihat Azhe yang mulai melajukan mobilnya perlahan – lahan.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang