-[13]- The Fair Game

23.8K 1.5K 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaak

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AZHEVADINO memegang tangan mungil itu memasuki restoran tempat janji temunya dengan salah satu rekan bisnisnya. Ya. Karena Yovan tidak bisa mewakilinya dan rekan bisnisnya yang satu ini sangat repot mau tidak mau Azhevadino lah yang menanganinya langsung.

Yovan yang sedari tadi gugup karena ia tahu jika sahabatnya Amare berada di kota ini mulai mencari – cari sosok Amare. Mungkin saja Tuhan berkehendak menjodohkan Amare dan Azhevadino dan mereka pun berakhir bertemu secara kebetulan dari perbandingan 0,000000001 persen.

"Bundaaaaaa!"

Sepasang mata hitam legam milik Yovan terbelalak saat mendapati sosok Amare. Anehnya juga Bos Besarnya juga langsung mengikuti Rhinvero. Tunggu dulu, Inver tadi bilang Bunda kan? Shit, identitas lo terbongkar juga, Me, batin Yovan. Yovan dengan tergopoh – gopoh mengikuti Bos Besarnya yang anehnya melangkah dengan langkah panjang dan cepat juga seperti orang yang dikejar – kejar setan.

"Bunda, Inver kangen sama Bunda. Bunda kemana aja?"

Amare tidak bisa berkutik sama sekali. Gadis itu terlalu kaget dan syok dengan keadaan yang tidak terduga ini. Kenapa Inver dan Azhe di sini, pikir Amare.

"Iya, sayang. Kenapa kamu di sini dan bersama laki – laki lain?" ujar Azhevadino dengan nada dingin dan datar.

Amare mengerjap – ngerjapkan kedua matanya untuk memastikan apa yang dikatakan Aazhevadino hanya ilusi atau bukan. Seakan tersengat lebah, Amare sadar dengan keadaan yang menimpanya.

"Maaf, Pak. Tap-"

"Kita kan sudah berjanji, Sayang. Ini di luar kantor dan kita sudah sepakat untuk memanggil nama kesayangan kita."

Amare menghela napas panjang dan memijat kedua pelipisnya yang tiba – tiba terasa pusing. Belum lagi mendengar rengekan Rhinvero yang minta untuk digendong. Aaaaah, otak Amare seperti dihantam palu besar. Yovan sialan, umpat Amare dalam hati.

"Mereka siapa, Ame? Anak dan suami rahasiamu?" tanya Andreas.

Anak dan suami? Menikah aja belum.

"Bukan. Nanti akan saya jelaskan. Be-"

"Tidak ada penjelasan apa pun. Kamu sekarang ikut aku, Sayang." Tuntut Azhevadino.

Amare bergidik ngeri saat kedua telinganya mendengar nada tuntutan dari Azhevadino yang dingin dan menusuk. Azhevadino merengkuh pundak Amare dan membawa slingbag gadis itu lalu ia pun pergi meninggalkan Andreas begitu saja.

Andreas memerhatikan kepergian keempat orang itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Well, Amare gadis yang sangat menarik. Dia tidak sabar untuk meminangnya.


Amare's POV

Gue langsung menjauhkan diri gue dari Azhe dan apa – apaan laki – laki ini. Seenaknya saja meluk gue sembarangan dan gue sekarang nggak peduli dengan statusnya sebagai bos gue.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang