Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT yaaa
Happy reading all ^_^
.
.
.
.
.
.
.
AZHEVADINO menatap malas kedua insan yang sangat bahagia tapi sangat membuatnya kesal setengah mati. Bagaimana tidak? Di saat Azhevadino bersantai dan sudah mulai memasuki alam mimpinya. Rhinvero dengan semangat membangunkannya dengan cara yang tidak elit, perutnya ditindih oleh tubuh mungil itu. Itu semua terjadi karena hasutan dari Yovan yang mengompori – ngompori Rhinvero untuk keluar dan nonton film bersama di bioskop.
Azhevadino yang Iqnya lebih dari 200 berhasil diakali Yovan yang Iqnya hanya 150 untu membeli tiket film. Sedangkan Yovan sudah bersenang – senang dengan Rhinvero untuk memilih camilan menggunakan black card miliknya tentu saja. Lucunya Azhevadino nggak bisa menolak ajakan Yovan dan selalu berakhir di dalam permainan akal bulus Yovan.
Azhevadino segera menyusul Yovan dan Rhinvero setelah mendapatkan tiket. Keningnya berkerut semakin dalam saat ada sosok yang ia kenal. Sosok itu berjalan tidak jauh di depannya dengan seorang pria yang merangkul mesra pundaknya. Mesra???? Dan siapa pula cowok itu, kenapa gue asing sekali dengannya, pikir Azhevadino.
Kejadian itu terjadi begitu cepat. Rhinvero tiba – tiba saja melepaskan gandengannya dari Azhevadino dan langsung berlari ke depan dengan gesitnya membuat Yovan hampir kelimpungan menyelamatkan camilan yang ia bawa saat tubuh kecil itu menyenggol badan Yovan yang sedang berjalan terlebih dahulu.
Kedua bola mata Azhevadino membulat sempurna saat sosok yang ia kenal itu terpampang jelas dengan posisi duduk bersama pria yang tidak ia kenal dan Rhinvero yang memeluk kedua kaki sosok itu dengan wajah bahagianya. What the hell! Situasi macam apa ini?
Amare's POV
Gue hampir refleks berdiri saking kagetnya melihat dua sosok yang sangat gue kenal. Plus satu sosok mungil yang lucu dan gemes banget deh.
"Bundaaaaaa!" seru anak itu, Inver.
Gue terkekeh geli melihat wajah antusias Inver. Yap. Inver selalu antusias saat bertemu sama gue. Gue nggak berani menoleh apalagi hanya melirik Bang Aro. Gue jamin wajahnya udah kayak permen nano – nano saat tau ada seorang anak manggil gue Bunda.
"Hai, sayang." Sapa gue dengan senyum yang maksimal.
Gue selalu tulus kalo sama Inver karena emang dasarnya gue suka sama anak kecil. Karena anak kecil itu perasaannya sensitif jadi mereka tau mana orang tulus sama mereka dan mana orang yang ngga tulus sama mereka.
"Bundaaa, Inver kangen." Ujar Inver sambil merangkak naik ke pangkuan gue.
Gue tersenyum geli melihat kelakuan Inver. Fokus gue sekarang hanya sama Inver, lagipula gue juga nggak berani nengok ke Yovan apalagi ke Azhe setelah insiden penjemputan gue secara paksa.
Gue melihat Inver yang menoleh ke Bang Aro dan mau nggak mau gue ikut noleh ke Bang Aro. Nggak gue duga ternyata Abang gue welcome banget, sepertinya Abang gue lagi nahan rasa penasarannya karena masih ada anak kecil.
"Halo Inver." Sapa Bang Aro.
"Hai, Om."
"Panggil aku Ayah dong, kan kamu panggil dia Bunda." Ujar Bang Aro sambil nunjuk ke gue.
Inver langsung menggelengkan kepalanya cepat dengan wajah merengut dan wajah khas kesalnya. Lucu deh.
"No! Itu Ayah Inver." Tunjuk Inver sambil menunjuk Azhe yang duduk di sebelahnya Bang Aro persis.
"Jadi, Om bukan Ayah Inver." Ujar Inver dengan nada sedikit merajuk.
Aduh, lucu banget ih. Apa lagi pipinya yang semakin gembul kalo cemberut. Gemes banget.
"Setelah ini lo harus jelasin ke gue." Bisik Bang Aro.
"Iya, gue jelasin dari A sampai Z deh." Bisik gue balik.
Gue melirik sekilas ke sisi Bang Aro. Azhe dan Yovan sepertinya sudah larut dnegan film yang baru mulai ditayangkan dan sepertinya Azhe nggak mempermasalahkan Inver yang duduk di atas pangkuan gue dengan nyamannya sekarang. Gue fokus melihat film setelah betulin duduk Inver di atas pangkuan gue dengan nyaman. Haih, semoga kesalahpahaman yang kemarin – kemarin cepat diselesaikan sekarang, batin gue lelah.
Azhevadino's POV
"Bundaaaaaa!"
Gue kaget suer. Ame ada di sini dengan seorang cowok asing yang nggak gue kenal. Beberapa hari yang lalu gue lihat dia dengan cowok lain dan sekarang sudah ada cowok lain lagi? Entah kenapa gue kesel banget, apalagi tangan tuh cowok dengan leluasanya merangkul pinggal Ame. Hellowww, bukan mukhrim kenapa pegang – pegang sih. Mesum banget.
Mood gue buat lihat film langsung kandas dan tanpa babibu lagi gue duduk di tempat yang gue pesen tadi dan sayangnya gue duduk di sebelah cowok mesum itu. Gue melirik sekilas Ame dan Inver. Ame sedang berceloteh dengan Inver dan sialnya cowok mesum itu juga cepet akrab sama Inver.
"Panggil aku Ayah dong, kan kamu panggil dia Bunda."
Gue langsung menoleh mendelik ke cowok mesum itu. Enak aja, itu anak gue kenapa lo ngaku – ngaku jadi Ayahnya sih. Gue tersenyum tipis saat Inver nunjuk ke gue dan mengakui gue sebagai Ayahnya. Terima kasih Nak, sudah mengakuiku sebagai Ayahmu.
Lagi dan lagi, gue mendelik tajam saat gue melihat cowok mesum itu mendekat ke Ame dan sedang membisikkan sesuatu. Ame juga melakukan hal yang sama. Kenapa mereka mesra banget sih?
Gue mendengus kesal, lalu gue memastikan Inver sudah nyaman dengan Ame dan gue pun fokus ke layar bioskop karena film udah dimulai. Beberapa menit film udah berlalu, gue merasakan gerakan aneh di sebelah gue, tempat duduk si cowok mesum.
Gue menggertakan gigi gue untuk nahan emosi gue saat gue melihat Ame bersandar di dada bidang cowok mesum itu dan cowok itu dengan lihat dan santainya ngerangkul pundak Ame. Belum lagi Inver yang tiba – tiba aja pindah duduk di atas pangkuan cowok mesum itu. Mereka akrab sekali dan sangat harmonis seperti keluarga yang bahagia.
Gue mendengus kesal lalu menghela napas panjang. Sabar Azhe, setelah tontonan ini selesai, ayo bawa kabur Ame dari cowok mesum itu.
TBC
.
.
.
See yaa ^_^
Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaa ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
AMAZHE
ChickLitTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #1st SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since March 2019 "Bundaaaaa!" Ame hampir terjengkang saat seorang malaikat mungil nan imut menghambur ke arahnya dan memelukn...