Sorry telat update karena well, beberapa hari ini lagi nggak enak badan jadi harus bed rest.
Anyway, jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalia yaa
Happy reading all ^_^
.
.
.
.
.
.
.
AZHEVADINO sudah duduk manis dengan punggung tegak dan tangan yang saling bertautan di atas pangkuan. Skylar dan Rhine menelisik pria yang ada di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. Harus mereka akui jika Azhevadino nggak kalah keren dari Eaton. Dari segi latar belakang pekerjaan dan kekayaan masih unggul Azhevadino. Soal kepribadian masih mereka selidiki.
"Jadi, bisa kamu jelaskan kenapa anak saya Ame yang belum pernah menikah bisa dipanggil Bunda sama anak kamu. Hmm?" tanya Skylar dengan nada tegas.
Azhevadino menatap Skylar dengan keberanian yang masih tersisa dalam dirinya. Sungguh, pria paruh baya yang ada di hadapannya ini sangat mengintimidasi. Setelah menghela napas panjang, mengalirlah cerita awal pertemuan Rhinvero dan Amare hingga proses kedekatan Amare, Rhinvero, dan juga dirinya. Skylar, Amaro, dan Rhine mendengarkan cerita Azhevadino dengan khitmat dan sesekali mengangguk – anggukan kepala.
"Syukurlah, kalau putri kami hanya dekat dengan anak kamu. Lebih baik kamu kurangi intensitas pertemuan Ame dengan Inver dan segeralah mencari ibu baru bagi Inver. Karena Ame sudah kami jodohkan dengan seseorang dan kamu juga sudah bertemu dengannya tadi."
Azhevadino terdiam. Dia tau siapa yang akan dijodohkan dengan Amare tapi entah kenapa hatinya sangat kesal. Aaaah, iya tinggal menjelakan rahasia itu, gue boleh mendekati Ame tentu saja karena Inver, batin Azhevadino.
"Boleh saya menguatkan alasan saya agar Ame dan Inver tidak berpisah?"
Skylar, Rhine, dan Amaro saling pandang dalam diam lalu mereka bertiga memandang Azhe lagi.
"Apa maksudmu?" tanya Skylar penuh menyelidik.
Azhevadino menarik napas lalu ia menghela napas panjang. Padahal dia sudah bersusah payah untuk menjaga rahasianya ini tapi karena keadaan mendesak dia harus mengutarakannya pada Skylar, Rhine, dan Amaro yang baru dia kenal hanya semata – mata untuk kebahagiaan Rhinvero. Bahkan rahasia yang ia sembunyikan sendiri dari Yovan, sahabatnya sendiri.
Azhevadino menatap lekat – lekat Skylar, Rhine, dan Amaro. Lalu mengalir begitu saja rahasia besar itu terungkap dari mulutnya.
Azhevadino's POV
Gue menghela napas panjang setelah menutup pintu ruang sidang dadakan itu. Ya. Gue sudah ngasih tahu rahasia terbesar gue dan mereka bertiga juga udah berjanji bakal merahasiakannya sampai gue sendiri yang bilang ke Ame. Gue berjalan menuju ke ruang keluarga dan di sana hanya seonggok ulat bernama Yovan. Emang nih anak satu kayak ulat, cuma bisa gerogoti harta orang aja sama ganggu hari – hari tenang.
"Kenapa lo sendirian?" tanya gue.
Dan si Bocil itu cuma ngedikan kedua bahunya sambil memasukkan keripik kentang yang entah dia dapat darimana plus dengan santainya dia menganggap nih rumah kayak rumahnya sendiri. Sialan nggak sih?
Gue pun menoleh ke kanan dan kiri buat nyari Inver sama Ame dan mereka nggak ada di sini ternyata. Sayup – sayup gue dengar suara dari arah dapur. Gue pun menuju dapur dan napas gue tercekat dengan apa yang gue lihat sekarang. Ketiga makhluk yang ada di dapur itu tertawa bersama bahkan Inver bisa tertawa selepas dan sebahagia itu.
Gue melihat cowok kencan buta Ame itu memegang tangan Ame dan mengusap tangan Ame yang kotor karena benda putih dengan tisu dan apa – apa an mereka itu? Kenapa mereka saling menatap dengan mesra seperti itu?
Baru juga gue melangkah dua langkah, tiba – tiba cowok itu mengusap sudut bibir Ame dengan ibu jarinya. Sialan, selain Abangnya Ame ternyata cowok ini mesum juga.
"Ehem!"
Gue berdeham dengan sangat keras. Masa bodo sama tenggorokan gue yang sakit gara – gara dehaman gue yang keras. Gue tersenyum tipis saat Ame dan cowok mesum itu menoleh ke arah gue. Satu hal yang pasti, Ame nggak boleh dekat – dekat sama cowok mesum itu. Kalo bisa nggak usah ketemuan aja, gue enek dan emosi ngelihatnya.
Amare's POV
Gue terpaku saat Kak Eaton tiba – tiba aja nyentuh sudut bibir gue dengan ibu jarinya. Anehnya jantung gue normal – normal aja nggak berdetak cepat tuh. Bukannya biasanya kalo ada adegan romantis gini jantung si cewek berdebar – debar lebih cepat ya kalo di novel atau di film romance gitu. Ini yang salah Kak Eaton yang kurang mempesona atau fungsi jantung dan sensitivitas gue yang rusak ya.
"Ehem!"
Gue menoleh ke sumber dehaman itu. Kenapa Azhe hari ini ganteng banget? What? Jantung gue kenapa dag dig dug terus sih? Jantung gue berdetak lebih cepat seiringnya Azhe yang mendekat ke arah gue. Azhe berdiri di sisi gue dan aroma tubuh Azhe yang beraroma maskulin dan mint itu membuat tubuh gue berdesir aneh.
Gue pun berusaha mengatur napas gue, barangkali jantung gue berdetak normal lagi. Tapi nihil. Kayaknya ada yang aneh deh sama tubuh gue. Gue melotot saat tangan gue digerakkan sama Azhe. Tangan Azhe menggenggam tangan gue yang lagi megang pisau dan Azhe menuntun tangan gue untuk motong kue sponge itu dengan tangannya. Punggung gue bisa merasakan dada bidang Azhe dan leher belakang gue bisa merasakan hembusan nafas Azhe yang hangat. Astagaaa, belum lagi kaki gue rasanya meleleh saat lengan Azhe yang bebas merengkuh pinggang gue dari belakang.
Sejak kapan kita seintim ini? Gilaaa, gue nggak bisa napas. Butuh asupan oksigen. God please help me!!!
"Bunda, sakit?"
Gue menoleh dan mendapati Inver yang mandang gue dengan wajah bingung dan khawatirnya. Iya, kayaknya gue sakit deh dari tadi tubuh gue bereaksi aneh.
"Iiiih, pipi Bunda merah semua."
"Hik...hik...hik."
Gue langsung menutup mulut gue dengan telapak tangan gue saat gue tiba – tiba cegukan. Napas gue tercekat saat tiba – tiba wajah Azhe dan gue saling berpandangan dengan jarak dekat. Duuuh, jantung plis berdetaklah dengan normal.
TBC...

KAMU SEDANG MEMBACA
AMAZHE
ChickLitTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #1st SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since March 2019 "Bundaaaaa!" Ame hampir terjengkang saat seorang malaikat mungil nan imut menghambur ke arahnya dan memelukn...