-[17]- Heart Attack

21.8K 1.2K 1
                                    

Jangan lupa VOTE dan COMMENT kalian guys

Happy reading yaa

.

.

.

.

.

.

.

AMARE duduk santai di depan sofa sambil menonton kartu animasi kesayangannya, Doraemon. Amaro juga ikut nimbrung dan duduk di sisi Amare. Kedua saudara itu sangat malas untuk melakukan hal – hal berat akhirnya mereka pun duduk santai sambil menonton televisi.

"Kalian ini, dari tadi di rumah makan, tidur, lihat tv. Keluar sana." Tegur Rhine.

"Malas Bun." Ujar Amare dengan nada malas.

"Kamu nggak ada janji sama temen Bunda yang kemarin kamu temui?"

"Belum ada kabar. Sibuk mungkin. Kemarin aja Ame harus nunggu satu jam. Tuh cowok telatnya kebangetan Bun."

"Terus maumu gimana, Me? Udah berapa laki – laki yang Bunda sodorkan ke kamu tapi kamu tolak terus, hmmm."

"Tenang Bun, ada cowok lain yang lagi deketin Ame kok." Ujar Amaro.

Rhine yang dari tadinya berkutat dengan buku arisannya, sekarang wanita paruh baya itu ikut nimbrung di sofa karena tertarik dengan pernyataan anak laki – laki semata wayangnya itu.

"Cowok? Bunda kenal nggak?" tanya Rhine.

"Kenal banget. Yang punya Müller Corp."

"Yang namanya Azhe Azhe itu?"

"Iya, Bun."

"Kan dia duda, kamu kenapa nggak ngehalangi dia sih?!"

Amaro tersentak kaget saat Rhine memukul pundak kanannya cukup keras. Amare yang melihat itu terkikik geli.

"Bang Aro tuh Bun yang ngeyel biar Ame deket sama dia." Ujar Amare dengan nada memprovokasi.

Amaro menatap tajam Amare dan PLAK. Amaro mengelus punggungnya yang langsung ditabok ole Bunda Tersayangnya.

"Iiiih sakit, Bun."

"Kamu itu, adiknya sendiri dipelototi. Nggak sopan tau."

Lha, dia yang ngetawain aku dulu, Bun. Wajar lah aku pelototin, batin Amaro.

"Iya, Bun. Iya."

"Kamu juga, Ame. Bunda kan udah bilang kerja di perusahaan kita aja biar nggak ketemu sama duda – duda di sana."

"Emang di sana banyak dudanya?" tanya Amaro

"Banyak. Udah deh kamu diam aja, Ro. Bunda lagi ngomong serius nih sama adek kamu."

Amaro mendengus kesal karena sifat pilih kasih Rhine. Kalo nggak ada Amare aja dia baru disayang – sayang. Tapi kalo ada Amare dia yang dianiaya, nasib emang.

"Ame nggak mau jadi bahan gosip, Bun. Nanti mereka mikir kalo Ame bisa masuk ke perusahaan gara – gara nepotisme."

"Yaudah, habis ini, gimana kalau kamu keluar dari perusahaan itu?"

Amare menghela napas panjang. Lagi – lagi membahas pengundur diri an pekerjaannya.

"Susah, Bunda. Nanti pasti Ame bakal resign tapi nggak dalam waktu dekat soalnya proyek di departemen Ame masih banyak dan belum tuntas."

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang