-[69]- Little Devil

8.4K 475 2
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AZHEVADINO menghirup udara di sekitarnya dalam – dalam. Mint dan raspberry menguar begitu saja di indera penciumannya, aroma yang selama ini ia rindukan. Sebuah lengan tersampir begitu saja di samping perut yang six packs itu. Merasa ada yang aneh Azhevadino membuka kedua matanya

Azhevadino masih melihat Rhinvero, malaikat kecilnya yang masih memejamkan kedua matanya dengan setia. Terus tangan siapa ini, pikir Azhevadino bingung. Azhevadino melirik ke bawah dan melihat sebuah lengan wanita mengalungkannya di pinggangnya. What? Jangan bilang aku nggak sengaja membawa wanita ke rumahku. Tapi kan aku sudah tidak ke club sejak Inver lahir, pikir Azhevadino.

Azhevadino segera memutar tubuhnya ke arah sebaliknya dan betapa terkejutnya ia melihat wajah cantik –yang sangat ia rindukan selama 5 bulan ini– yang tertidur dengan pulasnya seperti tidak ada beban yang menimpanya. Azhevadino tersenyum lalu ia pelan – pelan menyentuh rambut wanita itu dengan tangannya, ia takut semua ini hanya lah mimpi atau ilusi saja. Rambut halus yang lembut itu ia rasakan pada indera perabanya.

"Amare." Panggil Azhevadino dengan lembut.

"Hmmm, 5 menit lagi. Masih ngantuk." Ujar Amare dalam keadaan tidak sadar.

"Amare."

Gadis itu hanya bergumam tidak jelas lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Azhevadino karena ia merasa tidurnya terganggu. Azhevadino mendekatkan dirinya pada wanita itu, Amare, kekasihnya itu. Azhevadino menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher Amare dan menghirup dalam – dalam aroma tubuh yang ia rindukan selama 5 bulan ini. Azhevadino mempererat pelukannya itu berharap gadis itu tidak lagi pergi meninggalkannya. Lima bulan ini adalah kehidupan neraka baginya.

"I miss you so much, Amare." Ujar Azhevadino lembut.

Azhevadino, laki – laki itu nampak syok dan juga rapuh di saat bersamaan. Amare masih tidak bergeming sepertinya gadis itu terlalu lelah untuk membuka kedua matanya. Azhevadino pun membalikkan tubuh Amare perlahan – lahan untuk menghadap padanya. Amare bergerak sedikit karena ia merasa terganggu.

Azhevadino tersenyum lalu laki – laki itu mencium kening Amare, lalu ia mencium kedua mata Amare yang terpejam secara bergantian lalu ia bergerak turun mencium hidung Amare dan yang terakhir ia melumat bibir soft pink itu dengan lembut dan cukup lama karena ia ingin meresapinya lebih lama. Azhevadino melepaskan ciumannya dan kekasihnya masih memejamkan kedua matanya.

"Amare."

"Aku lelah Azhe. Bisakah aku tidur dengan tenang?"

"Tidak, kamu tidak bisa tidur dengan tenang setelah kamu muncul tiba – tiba seperti ini."

"Ayolah. Aku semalam pulang larut malam dan baru bisa tidur tengah malam setelah berbincang dengan Bunda."

"Kenapa kamu tidak memberitahuku?"

Amare membuka kedua matanya karena acara tidurnya sudah terganggu dan ia sudah malas untuk kembali tidur.

"Kejutan?"

"Kejutan? Wah, selamat Nona Amare kamu benar – benar membuat kejutan yang hampir membuat jantungku copot. Bahkan karena kamu muncul tiba – tiba aku takut kalau ini hanya ilusiku saja."

"Lebay." Ujar Amare lalu gadis itu beranjak dari tempatnya.

Melihat Amare yang beranjak jauh dari tempat tidur, membuat Azhevadino terbangun dari posisi tidurnya.

"Mau mandi."

"Kalau gitu ayo kita mandi bersama."

Amare menatap tajam Azhevadino dan yang ditatap hanya nyengir lebar dengan wajah tanpa dosanya.

"Kita belum sah okay?"

"Hmmm, kalau gitu kita nikah minggu depan saja. Bagaimana?"

"Azhe sepertinya kamu bertambah gila ya?"

"Iya. Aku gila karenamu."

"Gombal. Udah sana kamu sebentar lagi ngantor kan?"

"Nggak ah."

"Lho emangnya hari ini hari libur Nasional?"

"Iya. Hari Libur Nasional menyambut tunangan yang kembali ke rumah."

Amare hanya menggeleng – gelengkan kepalanya. Hah, sepertinya tingkah absurd Azhe semakin menjadi – jadi, batin Amare.


Azhevadino's POV

Aku menatap tajam malaikat kecil di hadapanku yang entah kenapa berubah menjelma menjadi iblis cilik. Aku merasa dongkol setengah mati saat Inver membuka kedua matanya dan menemukan Ame di area penglihatannya, iblis cilik itu nggak pernah lepas dari kekasihku, Amare. Hah, kalau gini terus kapan aku bisa berduaan dengan Ame, padahal aku sengaja cuti karena Ame, gumamku dalam hati. Aku mendengus kesal saat melihat Inver yang dengan liciknya mengalihkan perhatian Ame saat Ame ingin berinteraksi padaku. Dasar jelmaan cilik Zheva, bisa – bisanya iblis cilik itu memonopoli Ame.

"Yang sabar ya, Nak."

"Bunda nggak bisa ngajak Inver kemana gitu. Azhe nggak papa kok di rumah aja sama Ame."

"Kayaknya untuk hari ini Bunda susah membujuk Inver deh. Mending kamu kerja aja, besok Bunda akan mencoba untuk membujuk Inver jadi kamu cutinya besok aja. Mumpung masih ada waktu ke kantor."

Ya. Sepertinya saran Bunda itu sangat bagus, daripada harus melihat Inver yang nggak mau melepas Ame dan hal itu pasti akan membakar hatiku, lebih baik aku berangkat kerja saja.

"Mau berangkat kerja?"

Aku melihat Ame yang menatapku dengan tatapan bingung dan tatapan penuh tanya.

"Iya."

"Maaf ya, sepertinya Inver tidak mau meninggalkanku. Sebagai gantinya besok kamu cuti saja kita kencan berdua saja. Bagaimana?"

Refleks aku tersenyum bahagia. Memang, Ame itu selalu tahu isi hatiku.

"Okeeee." Jawabku dengan semangat.

Aku pun mencium kening Bunda lalu aku berlari menciumi wajah Inver bertubi – tubi dan aku juga tidak lupa untuk mencium bibir soft pink yang manis itu, milik Amarenya.

"Hati – hati jangan pulang malam – malam." Ujar Ame.

"Tenang saja. Aku akan pulang cepat."

Aku tersenyum bahagia saat memikirkan kegiatan ini akan menjadi rutinitas keseharianku saat berangkat kerja.

Tentu saja aku akan pergi ke kantor untuk merencanakan acara kencanku besok dengan Ame. Hahaha, bye bye little demon, gumamku dalam hati dengan hati yang berbunga – bunga.




TBC...

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang