-[75]- She's Angry

8.3K 415 4
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"HAHAHAHA."

Yovan masih tertawa terbahak – bahak sambil mengendarai mobil milik Azhevadino ke mansion Müller. Azhevadino menatap Yovan dengan wajah jengkelnya sambil mengompres tulang kering sebelah kanannya dengan es batu yang diletakkan di dalam kantung kompresan. Dia tidak menyangka tendangan Amare bisa membuat tulang keringnya mati rasa dan bengkak.

"Hahahahahaha."

Tawa Yovan semakin meledak saat mereka berhenti di lampu merah. Yovan sampai memukul setir mobil untuk meredam tawanya. Azhevadino semakin jengkel dengan sikap Yovan yang menertawakannya itu, tapi emang dirinya cocok untuk diketawain sih.

"Bisa diem nggak lo? Nggak membantu sama sekali." Ujar Azhevadino dengan nada kesal.

"Lo sih. Tau Ame marah gitu masih aja lo godain. Jangan sampai pernikahan lo batal cuma gara – gara masalah sepele kayak gini."

"Lo doakan gue?"

"Nggak, Bro. Gue hanya memperingati aja ke lo. Kalo mode amarah Ame on lebih baik lo nggak usah berulah deh dan lo pasti akan berakhir dengan mendapatkan tendangan maut itu. Sakit sekali deh itu."

"Kayak lo pernah nerima aja nih tendangan maut."

"Pernah. Dua kali malah."

Azhevadino menatap heran Yovan. Seorang Yovan ditendang oleh Amare? Really?

"Yang pertama gara – gara gue godain dia hingga bikin dia jengkel sekaligus gue mempermalukan dia di depan umum. Kayaknya sekalian aja deh dia mempermalukan dirinya, akhirnya gue ditendang juga. Di tulang kering gue sebelah kanan."

"Terus yang kedua?"

"Yhaaa, itu gara – gara gue buat Vina nangis. Ame yang nggak terima itu ngelabrak gue di rumah. Nggak hanya nyeramahi gue, setelah selesai ceramah dia langsung nendang gue hampir kena junior gue. Lebih tepatnya di selangkangan gue yang sebelah kiri dan sialnya kedua orangtua gue lagi di rumah. Mereka hanya menyaksikan anaknya yang menderita itu dengan tatapan takjub dan Ame langsung pulang gitu aja."

"Hahahahahaha, parah lo ya ternyata."

"Ya begitulah. Gara – gara tendangan keduanya, gue harus cuti selama seminggu."

"Hoooo, jadi itu alasannya lima tahun yang lalu saat gue lagi sibuk – sibuknya di kantor pusat yang ada di London lo tiba – tiba aja cuti seenak jidatnya lo. Tau kalo alasannya kayak gitu gue nggak ngabulin cuti lo."

"Sakit banget, Zhe. Tuh kaki lo sampe bengkak kayak gitu."

Iya juga sih. Apalagi kalo di selangkangan. Hohohoho, rasa sakitnya luar biasa sekali, pikir Azhevadino sambil bergidik ngeri.

"Nah itu mobil gue. Gue bilang juga apa. Pasti dia balik ke mansion lo."

Yovan segera turun setelah memarkirkan mobil Azhevadino. Azhevadino merasa kesal lagi, karena Yovan meninggalkannya begitu saja tanpa menolong dirinya. Azhevadino mendekati Yovan yang sedang berbicara serius dengan Mervina. Anehnya, Amare tidak tampak sama sekali.

"Dia nggak di sini?"

"Nggak."

"Terus kenapa kamu di sini?"

"Yhaa, aku nunggu kamu lah. Kan kamu pasti ke sini buat nganter Azhe."

"Terus sekarang dia dimana?"

"Nggak tau. Tadi waktu diperjalanan dia seenaknya berhenti entah kemana yang pasti tadi berhenti di halte sih. Terus Ame langsung naik bus."

"Ame kemana?" sela Azhevadino.

Mervina dan Yovan hanya mengangkat kedua bahunya. Yovan mendekati Azhevadino lalu memegang kedua pundak sahabatnya itu.

"Lo sekarang istirahat aja, Zhe. Sembuhin dulu bengkak lo itu. Gue yakin Ame bakal baik – baik aja. Fyi, Ame nggak bakal marah lama – lama kok. Paling lama cuma tiga hari doang."

"Oke deh."

"Oh, iya. Lo kayaknya harus nenangin Inver juga deh, Zhe. Si Inver dari tadi nyari Ame terus." Ujar Mervina.

"Oke. Thanks ya. Gue masuk dulu."

Azhevadino memasuki mansionnya dengan langkah lunglai. Saat Azhevadino memasuki ruang keluar, seorang malaikat kecil bernama Rhinvero sudah berdiri di hadapannya dengan wajah penasaran.

"Bunda dimana Yah? Kok Ayah pulang sendirian?" tanya malaikat kecil itu.

Azhevadino membawa Rhinvero dalam gendongannya, wajahnya sesekali meringis karena rasa sakit dari tendangan Amare.

"Hari ini Bunda lagi ada urusan, jadi Inver bobok sama Ayah ya?"

"Tapi Inver mau bobok sama Bunda. Katanya Bunda udah jadi Bunda Inver dan udah janji sama Inver selalu tidur sama Inver."

"Iya, Ayah tau. Tapi Bunda lagi ada urusan, Sayang. Besok Bunda bakal ke sini lagi untuk nemani Inver."

"Benarkah?"

"Iya, my little angel."

"Oke deh."

Rhinvero turun dari gendongan Azhevadino dengan tidak antusias. Tubuh Rhinvero terlihat lesu dan walaupun dia bermain dengan mainannya, malaikat kecil itu terlihat tidak antusias.

"Kamu bertengkar ya sama Ame?"

Azhevadino tersentak kaget. Ia melihat Anggi, Bundanya berdiri di sisinya sambil memandangi Rhinvero.

"Ya dan aku yang salah."

"Ame itu sudah sabar Azhe jadi jangan menggodanya atau membuatnya jengkel lagi. Karena kamu sudah membangunkan harimau yang sedang tidur, akhirnya seperti ini kan? Jangan sampai pernikahanmu batal hanya masalah seperti ini."

Kening Azhevadino berkerut saat mendengarkan kalimat akhir Anggi.

"Kok apa yang Bunda bicarakan sama dengan apa yang Yovan bicarakan."

"Yhaaa, itu artinya orang yang benar – benar tau tentang Ame sedang mengkhawatirkanmu. Walaupun kamu sudah mengenalnya selama hampir empat tahun ini, yhaa walau hanya mengenal 2 tahun lebih dalam kejauhan masih dibilang kenal, kamu masih belum benar – benar mengenal Ame."

"Aku akan mengenalnya lebih dekat lagi setelah pernikahan kita."

"Ya, semoga saja."




TBC

.

.

.

Minta tolong kasih pendapat kalian tentang AMAZHE dong. Kira - kira layak nggak ya ikut Wattys2020???

Segala saran dan kritik diterima dengan lapang dada ^_^

See yaa

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang