= Spin-Off Ch.4 = Gifts

13.2K 432 4
                                        

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AZHEVADINO memasuki kediamannya dengan langkah terburu – buru. Setelah rapat terakhirnya Azhevadino segera pulang karena ia mendapatkan pesan kalau Amare, istrinya sedang tidak enak badan. Anggi terlonjak kaget setelah menutup kamar Amare dan Azhevadino. Ia melihat anaknya itu berdiri di hadapannya dengan napas memburu.

"Am-ame?" tanya Azhevadino dengan napas tersengal – sengal.

"Dia baru saja tidur. Bunda lagi manggil Dr. Nabil ke sini."

"Kok laki sih, Bun?" protes Azhevadino yang langsung mendapat jitakan dari Anggi, Bunda Tercintanya.

"Kan Nabil udah jadi dokter keluarga kita. Biasanya kamu nggak protes dari dulu, kenapa baru sekarang protes?"

Iya aku nggak protes soalnya aku belum tau kalo Nabil itu suka Ame diam – diam, batin Azhevadino.

"Udah kamu nggak usah protes. Kamu ganti baju dulu sana terus bawakan bubur ke Ame." Ujar Anggi dengan tegas.

Azhevadino pun berjalan dengan langkah gontainya. Azhevadino menaruh pakaian kotornya di keranjang pakaian yang terletak di sudut kamar setelah ganti baju plus bersih diri. Ia menatap wajah istrinya yang pucat pasi dan damai saat tidur. Tidak ingin mengganggu istrinya, Azhevadino segera turun dan membawakan bubur untuk Amare-nya.

"Ini kamu suapin Ame. Kalau sudah selesai minumkan air gula hangat ini ke Ame." Ujar Anggi sambil memberikan nampan makanan itu setelah melihat anaknya ke dapur.

"Iya, iya Bundaku."


Azhevadino's POV

Aku mengawasi semua gerak gerik Nabil, dokter laki – laki yang seusiaku yang sudah dipercaya menjadi dokter keluarga kami. Aku masih memerhatikan Nabil mulai berkemas.

"Jadi, Dok. Menantu saya sakit apa?" tanya Bunda.

"Ah, Ame hanya kelelahan saja sama kurang nutrisi."

"Nggak ada penyakit yang parah kan, Dok?" tanya Bunda lagi.

"Nggak ada kok, Bu. Lagian wajar kok. Kehamilan trimester pertama memang butuh ekstra perhatian. Jadi jangan sampai Ame kelelahan dan kurang nutrisi ya. Nutrisi makanannya harus terpenuhi. Apalagi kayaknya Ame hamil anak kembar. Jadi saya sarankan kurangi aktivitas di ranjang karena anak kembar lebih butuh ekstra perhatian."

Hamil? Tunggu dulu hamil, batinku.

"Hamil?" tanya Bunda dengan nada tidak percaya.

"Iya. Apakah kalian semua baru tahu?"

"Saya juga baru tahu, Dok." Ujar Ame.

"Kamu nggak merasa morning sickness gitu?"

"Nggak sih, Dok. Tapi kalau bau amis biasanya kayak mau muntah gitu." Ujar Ame.

"Yaudah, lebih baik kamu dan Azhe besok ke dokter kandungan saja untuk memastikan. Kalau begitu saya undur diri dulu ya."

Aku melihat Bunda mengantar Nabil untuk keluar kamar. Aku pun mendekat pada Ame dan mengelus rambut Ame dengan lembut.

"Masih lelah?" tanyaku lembut.

"Iya."

"Yaudah kamu tidur aja. Besok kita ke Dokter Rini. Tugas untuk nemani Inver dan merawat Renzhi biar aku aja. Bunda juga bantu buat masak."

"Makasih ya. Maaf ngerepoti."

"Semuanya tidak ada yang repot untuk orang yang kucintai."

"Gombal."

Aku terkikik geli melihat wajah jengkel Ame. Aku pun menidurkan Ame dengan memeluknya lembut. Setelah melihat Ame yang sudah tertidur pulas. Aku pun meninggalkan Ame dan mulai menjalankan tugas istri tercintaku itu.


Amare's POV

Hari ini aku dan Azhe mengunjungi Dokter Rini setelah kemarin istirahat total. Aku menangis terharu saat melihat dua gambar mirip kacang di layar USG itu. Aku merasakan Azhe mengelus lembut tanganku dan suamiku itu tersenyum terus padaku.

"Waaah, selamat ya. Kalian dikaruniai anak kembar." Ujar Dokter Rini.

"Hahaha, makasih Dok." Ujarku sambil tersenyum.

"Jangan lupa pesan saya. Penuhi nutrisi terutama di empat bulan pertama kehamilan. Terus kalo lagi kena morning sickness kamu bisa mencampurkan susumu dengan jahe."

"Iya, Dok." Ujarku.

"Ah, satu lagi. Yang ini khusus untuk Pak Azhe."

Aku dan Azhe manatap bingung Dokter Rini dan Dokter Rini malah menatap kami dengan wajah senyum jahilnya?

"Istirahatkan istrinya ya, Pak. Anak kembar itu butuh ekstra perhatian dan kurangi aktivitas di ranjang."

Aku terkikik geli saat memerhatikan Azhe yang wajahnya berubah menjadi merah.

Aku dan Azhe segera meninggalkan rumah sakit setelah sesi pemeriksaan kandungan selesai. Aku langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur setelah kami sampai di rumah. Aku melihat suamiku mendekat padaku dan anehnya aroma tubuh Azhe yang sudah menemani pernikahan kami yang hampir menginjak tiga tahun ini sangat mengusik indera penciumanku.

"Kamu kenapa?" tanya Azhe.

Aku langsung menutup hidungku karena tidak tahan dengan aroma tubuh Azhe itu.

"Kamu bau, mandi sana." Ujarku merengek.

Aku menahan tawanya saat melihat wajah cengo suamiku itu. Untungnya saja, suamiku itu menuruti perkataanku. Aku melepaskan tanganku dan aku pun kembali merebahkan diri sambil menunggu suamiku selesai mandi.

Aku membaca wattpad salah satu aplikasi menarik yang menampilkan cerita – cerita menarik mulai dari fantasi, romance, hingga thriller. Lima belas menit kemudian aku melihat Azhe yang sudah segar dan memakai baju tidurnya. Aku melihat Azhe mendekat padaku dan suamiku itu memeluk pinggangku dengan posesif. Tapi aku kembali menutup hidungku saat aku masih tidak suka mencium aroma tubuh Azhe saat ini.

"Kamu kenapa lagi?"

"Kamu masih bau. Kamu yakin sudah mandi?"

"Astaga, Ame. Aku sudah mandi bahkan aku menyabun tubuhku dua kali."

"Tapi kamu masih bau."

"Bau apanya sih. Ini aku udah wangi." Ujar Azhe sambil membaui ketek dan bajunya yang memang masih wangi.

"Nggak. Nggak bisa begini. Kamu tidur sama Inver aja. Aku nggak kuat sama bau tubuh kamu."

"APA?!"




TBC...

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang