-[33]- Bad Feeling

13.2K 661 3
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AMARE memandang sosok yang ada di hadapannya dengan wajah terkejutnya. Dia yakin kalo kemarin dia tidak mengundang sosok yang ada di hadapannya. Tapi sekarang sosok yang tak diundang itu sudah ada di hadapannya. Sosok itu, laki – laki itu melambaikan tangannya dengan senyum merekah.

Azhevadino memandang laki – laki itu dengan rasa tidak suka. Setelah Amare kemarin cerita tentang sosok laki – laki itu, Azhevadino tahu jika laki – laki itu masih memiliki perasaan pada Amare namun kekasihnya ini sepertinya masih belum sadar. Mantan mana sih yang nggak masih aja ngehubungi dengan gencarnya? Kalo masih punya perasaan sih, beda ceritanya.

"Mantan pacarmu yang nggak diundang itu kayaknya senang banget ya ketemu sama kamu. Padahal mantan pacar lho." Ujar Azhevadino dengan nada dingin dan ketus.

"Lo yang undang?" tanya Amare pada Mervina dan Yovan yang dibalas dengan gelengan mereka.

Terus siapa yang ngundang dia? Atau dia cuma sekedar bertemu secara kebetulan, pikir Amare.

Amare hanya bisa tersenyum masam. Hah, sepertinya hari ini adalah hari terpanjang dalam hidupnya. Laki – laki yang tak diundang itu mendekati Amare, Azhevadino, Yovan, dan Mervina. Bahkan laki – laki itu tanpa meminta izin yang bersangkutan langsung berdiri di sisi Amare tanpa menyadari kehadiran Azhe.

"Halo, Amare. Gue kangen banget sama lo."

Azhevadino menghalangi laki – laki tak diundang itu yang berusaha memeluk Amare dengan menempatkan dirinya di antara Amare dan laki – laki itu. Laki – laki itu, Marleon baru menyadari adanya orang lain lalu ia memandang bingung Azhevadino kemudian menatapnya tajam. Apa – apa an sih nih cowok, batin Marleon.

Amare menatap Azhevadino dan Marleon secara bergantian yang mana kedua laki – laki itu masih saling bertatapan dengan tajam. Yovan dan Mervina yang tidak ingin terkena masalah langsung menjauhi Marleon dan Azhevadino tanpa membantu Amare. Sahabat macam apa itu?

Amare menghela napas panjangnya.Gadis itu pun mendekati Azhevadino lalu meraih lengan Azhevadino dan mengusap lembut lengan itu.

"Kita makan dulu yuk." Ujar Amare lembut pada Azhevadino.

Marleon yang melihat kedekatan Amare dan laki – laki asing yang tidak ia kenal itu entah kenapa dia menjadi benci pada Azhevadino pada pertemuan pertama mereka.

"Dan lo kenapa bisa ada di sini, Leon?" tanya Amare pada Marleon yang sudah penasaran dari tadi, pasalnya Yovan, Mervina, dan dirinya tidak mengundang laki – laki itu.

"Ah, gue kebetulan aja ada di sini. Terus waktu gue mau ke resto itu lihat kalian, yaudah gue samperin kalian dulu."

Aneh, dari sekian banyak resto di Bandung gimana bisa ketemu Leon secara kebetulan, pikir Amare.

"Yaudah kalo gitu, kita makan bareng aja karena tujuan restonya sama. Kalo nunggu lo sama Azhe lomba adu tatap dulu, bisa – bisa, gue, Yovan, sama Vina udah mati kelaparan."

Marleon mendengus kesal. Padahal dia sangat senang saat akhirnya bertemu dengan Amare. Lebih kesalnya lagi, laki – laki yang tidak ia ketahui latar belakangnya entah mengapa laki – laki itu mencegah dirinya untuk memeluk Amare.

"Oke." Ujar Marleon lesu.

"Nah gitu dong. Let's go." Ujar Amare sambil tersenyum.

Amare berjalan sambil mengaitkan tangannya pada lengan Azhevadino mendahului Yovan, Mervina, dan Marleon. Yovan, Mervina dan Marleon berjalan di belakang Azhevadino dan Amare dengan Mervina yang berada di antara mereka.

"Kenapa mereka akrab sekali?" tanya Marleon setelah ia melihat Azhevadino dan Amare sudah berjalan jauh dari mereka.

"Fyi, dia kekasihnya Ame sekarang. Sepertinya perjuangannya telah terbayarkan." Ujar Yovan sambil tersenyum.

"Gue juga senang melihat mereka berdua. Setidaknya Ame sudah move on dari kakak brengsek gue." Ujar Mervina sambil tersenyum lebar

"Really? Are you happy with that?" tanya Marleon.

"We're happy with that for Amare. Lagian kenapa lo nggak bahagia?" tanya Yovan balik pada Marleon.

Marleon terdiam. Emosinya sudah tak tertahankan setelah mendengar kalo Amare-nya sudah dimiliki laki – laki lain. Semudah itu kah Amare-nya untuk move on dari mantan tunangannya, Mervino?

"Gue cuma takut aja kalo Azhe hanya dijadikan tempat pelampiasan Ame." Ujar Marleon bohong untuk menyembunyikan emosinya

"Astagaa, Leon. Ame nggak bakal berbuat hal itu. Kita tau sendiri kan bagaimana Ame itu."

"I know. Hanya saja gue masih nggak percaya jika Ame sesingkat ini bisa move on dari Vino."

"Dia berusaha untuk membangun kepercayaan dengan Azhe. Lagipula Ame nggak sesingkat itu memulai hubungan dengan Azhe. Mereka baru official kemarin. Enam bulan bukan waktu yang singkat lho, Leon."

"Really? Kayaknya dari yang gue tangkep Azhe itu laki – laki yang hebat ya. Dia bisa menjinakkan hati dari seorang Amare. Mereka udah tunangan?"

"Mereka masih belum ke tahap itu tapi seenggaknya gue bisa lihat Ame mulai serius sama Azhe. Lo juga harus tau gimana Azhe terus ngeyakini Ame untuk mulai sebuah hubungan dengannya. Awalnya Ame menolak mentah – mentah. Tapi entah dengan cara apa akhirnya Ame menerimanya. Gue masih belum tau gimana Azhe bisa ngerayu Ame." Sahut Yovan

Luckily for me. Seenggaknya dia belum tunangan, batin Marleon sambil tersenyum tipis dan menatap lekat tubuh belakang Amare.

"Really? Apakah dia tau kalo Ame baru saja putus dari mantan tunangannya?"

"Ya dan Ame juga tau tentang masa lalu Azhe. Azhe juga masih berusaha dan belajar untuk membuka hatinya pada Ame. Mereka masih sama – sama belajar dan berusaha, Leon."

"Lo nggak ada pikiran buat ngerebut Ame dari Azhe kan?" sela Mervina.

Yap. Mervina sedari tadi mengamati sikap aneh Marleon. Entah lah, dia merasa ada firasat buruk kalo Amare, sahabatnya berdekatan dengan Marleon.

Marleon tersenyum dan menyembunyikan emosi aslinya di balik senyuman itu.

"Absolutely not. Lo aja yang terlalu sensitif, Vin."

Mervina menatap tajam Marleon. Sensitif? Yang benar aja, dari gelagatnya dia aja gue udah curiga, batin Mervina.

"Whatever." Jawab Mervina malas dan gadis itu sekali lagi mengamati Marleon.

Gue harus mengamati Marleon dengan seksama, entah kenapa gue punya perasaan buruk, batin Mervina.

Marleon kembali menatap lekat sepasang kekasih yang baru ia ketahui yang ada di depannya. Is she yours, Azhe? Absolutely not, batin Marleon.




TBC...

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang