-[48]- The Trial

9.7K 605 1
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"BAIKLAH, sidang hari ini telah berakhir untuk hasil dari sidang hari ini akan kami umumkan pada pukul 4 sore nanti. Jadi kami harap kalian dapat hadir semua."

Ketiga hakim yang memimpin jalan sidang itu keluar dengan kewibawaan mereka. Amare yang dari tadi duduk tegang dan penuh dengan kecemasan dapat bernapas lega. Hari ini sungguh melelahkan, gumam Amare dalam hati. Tanpa menunggu yang lain, Amare berjalan keluar ruang sidang. Saat ia sudah keluar, ia melihat Azhevadino sambil menggendong Rhinvero. Keduanya tersenyum pada Amare lalu menghampiri gadis itu.

"Bundaaaaaa."

Rhinvero meminta Azhevadino untuk menurunkannya dan malaikat kecil itu langsung berlari ke arah Amare. Amare langsung menyambutnya dan memeluk malaikat kecilnya itu lalu mengangkatnya dalam gendongannya.

"Bunda, Inver kangen."

Rhinvero memeluk leher Amare dengan kedua lengannya lalu ia menyandarkan kepalanya di pundak kanan Amare dan kedua mata Rhinvero langsung tertutup rapat.

"Dasar, kalau sudah ketemu Bunda saja, Ayah dilupakan." Ujar Azhevadino.

Amare tersenyum geli melihat pertengkaran kecil antara ayah dan anak itu. Rhinvero menjulurkan lidahnya lalu menyandarkan kepalanya kembali senyaman mungkin.

"Kamu tidak kerja?"

"Tentu saja aku kerja. Aku hanya pulang cepat saja, yang lainnya aku serahkan pada Yovan. Kamu pasti lapar?"

"Ya. Sangat lapar. Tapi aku tidak bisa pulang. Jam 4 sore nanti hasil sidangnya akan diumumkan."

"Baiklah. Kita makan dulu saja nanti kembali ke sini lagi."

"Aku mau makan hokbeeeen." Ujar Rhinvero dengan semangat.

"Kamu kemarin sudah makan hokben sayang, ingat kan. Kamu sudah berjanji sama Bunda lhoo. Kalau makan hanya satu minggu sekali."

"Yhaaaa, tapi Bun."

"Yhaaa, kalau begitu Inver makan saja biar Bunda jadi sedih."

"Yaudah, Inver nggak jadi makan hokben."

"Nah gitu dong. Katanya Inver mau jadi anak baik sama nurut."

"Iya dong. Biar Bunda cepat tinggal sama Inver."

Amare dan Azhevadino tertawa mendengar ocehan dari malaikat kecil itu, Rhinvero.

"Ehem."


Amare's POV

"Ehem."

Gue memerhatikan sepasang suami istri dan juga seorang laki – laki yang sedang menatap gue penuh tanya. Gue menghela napas panjang saat mereka bertiga mendekati kami. Sebenarnya gue dari awal kedatangan ingin menghindari keluarga itu mati – matian tapi apalah daya.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang