-[76]- Amare is Missing

8.2K 416 3
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

TUJUH hari telah berlalu. Tiga minggu lagi pernikahan Amare dan Azhevadino akan dilaksanakan dan sampai saat ini sang calon pengantin wanita tidak bisa dihubungi sama sekali. Azhevadino sudah lelah karena selalu pulang larut malam dari kantor untuk menghindari rengekan Rhinvero. Rhinvero yang selalu saja menanyakan keberadaan Amare pada Anggi maupun Azhevadino dan berakhir dengan Rhinvero yang menangis karena tidak bisa menemukan Amare. Azhevadino saat ini menghela napas panjang sambil menatap wajah Rhinvero yang sembab sehabis menangis dan kedua mata malaikat itu yang tertutup rapat.

Azhevadino mengelus lembut rambut Rhinvero, ia tidak menyangka Rhinvero sangat lengket dengan Amare padahal mereka bukanlah ibu dan anak yang sedarah. Sepertinya aku akan menikahi perempuan yang sangat didambakan para pria di dunia ini, pikir Azhevadino. Azhevadino mendengar suara pintu yang berderit dan ia melihat Anggi berdiri di ambang pintu dengan wajah khawatir. Ada apa ini, pikir Azhevadino. Azhevadino pun beranjak dari tempat tidur Rhinvero dengan perlahan – lahan lalu mengikuti Anggi. Ia terkejut saat melihat Skylar, Rhine, dan Amaro berada di ruang keluarganya.

"Kenapa kalian ada di sini?" tanya Azhevadino sambil menatap Amaro, Skylar, dan Rhine bergantian.

"Ini soal Ame. Dia menghilang, Zhe." Ujar Amaro dengan lirih namun Azhevadino masih bisa mendengarnya dengan jelas karena suasana yang sepi dan saat itu sudah malam.

Tunggu dulu, menghilang? Amare menghilang, Batin Azhevadino.

"Ka-kalian tidak bercanda kan?" tanya Azhevadino.

Tanpa ia sadari tubuhnya mulai bergetar, ia pun duduk di sofa ruang keluarga itu sambil mendengarkan cerita Amaro.

"Seminggu yang lalu, gue terakhir berhubungan dengannya. Dia bilang dia menemukan Mandy, lalu ia bilang ke gue kalo dia akan ngikutin Mandy. Siapa tau dia bisa menemukan Paman Gerard. Terus dia bilang kalo gue nggak bisa ngontak dia sama sekali, gue bisa minta bantuan lo. Gue nggak tau harus gimana lagi, karena hanya lo satu – satunya harapan kami untuk menemukan Amare."

"Tunggu dulu. Se-sebentar. Bisa lo jelasin dari awal?"

Amaro menghela napas panjangnya. Ia pun mulai bercerita dari awal tentang permasalahan perusahaan mereka, lalu Gerard yang kabur di tengah perjalanan menuju tahanan dan membawa kabur uang perusahaan lagi, entah bagaimana mereka membawa kabur uang perusahaan lagi. Sepertinya mobil yang membawa Gerard sekeluarga itu sengaja ditabrak untuk membawa Gerard dan sekeluarga kabur dan sekarang mereka menjadi buronan. Melihat situasi keluarganya semakin memburuk, ada kemungkinan jika Mandy mulai ingin mencelakai Amare.


FLASH BACK ON

Tujuh hari yang lalu.....

Amare mendengus kesal, ia benar – benar kesal dengan Azhevadino karena pertanyaannya yang konyol itu. Udah tau aku lagi datang bulan masih aja nyosor, gumam Amare dalam hati. Pandangannya yang awalnya terfokus pada jalanan, teralihkan pada sosok yang sedang dia dan keluarganya cari – cari selama ini. Bahkan Amare dan keluarganya sudah mengerahkan tenaga kepolisian dan detektif elit sewaan mereka dan alangkah terkejutnya Amare saat melihat sosok itu. Tanpa memberitahu Mervina, Amare segera menepikan mobil itu di dekat halte bus yang memperlihatkan sosok itu.

"Elah, Me. Lo kok main berhenti aja. Untung jalanan sepi." Ujar Mervina dengan nada jengkel.

"Gue cabut."

"Lo mau apa?"

"Gue mau naik bus. Udah lama nggak naik bus."

"Really? Right now?"

"Iya, Vina. Lo ke rumah Azhe aja, Yovan pasti ke sana soalnya nganter Azhe. Gue duluan ya."

"Lho, Me. Tunggu dulu. Oiiiii."

Amare tidak menggubris teriakan Mervina. Sambil mengikuti sosok itu Amare memeriksa barang yang sudah ia persiapkan saat keadaan mendesak dan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak ia inginkan. Klip kertas besar. Semprotan mini bubuk merica. Saat Amare melihat sosok itu berdiri tenang di halte bus, Amare segera ke toilet di belakang halte bus. Ia masuk ke bilik kamar mandi dan melihat pisau lipat yang kecil di balik bajunya. Aman. Amare segera keluar dan ia langsung mengikuti sosok itu saat sosok itu menaiki sebuah bus. Amare duduk paling belakang dan sosok itu duduk di depan dengan jarak lima baris. Amare melihat sekeliling dan melihat papan jalur di jendela pintu belakang bus. Depok? Amare segera mengangkat ponselnya saat ponselnya bergetar. Amare melihat nama Amaro tertera di layar ponselnya.

"Halo?"

"Lo di mana Me? Katanya mau pulang."

"Gue lagi ngikuti buronan kita, Bang."

"Buronan?"

"Iya, buronan kita. Gue nggak sengaja ketemu Mandy, sekarang gue lagi ngikuti dia."

"Sendirian?"

"Yap."

Amare langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar teriakan Amaro.

"Amare?! Lo gila?! Harusnya lo bilang dong dan tunggu bala bantuan."

"Hish. Ini kesempatan yang sempurna, Bang. Udah ngga ada waktu lagi. Kalo gue lepasin dia sambil nunggu bala bantuan, gue nggak tau lagi kita bakal ketemu mereka lagi."

"Okey deh. Terus kontak gue."

"Hmmm, kayaknya gue nggak bakal janji deh, Bang."

"Masa permintaan sepele kayak gitu lo nggak bisa?"

"Masalahnya permintaan sepele lo itu riskan banget, Bang. Bisa – bisa gue nggak konsen buat ngikuti sosok itu."

"Okey, deh. Hubungi gue saat lo bisa. Hati – hati Ame. Kita nggak bakal tau siapa dalang yang menyembunyikan mereka. Lo harus hati – hati."

"Siap, Bang. Oh iya satu lagi, misalkan nih ya. Ini semisalnya, kalo lo nggak bisa ngontak lo lebih dari yang lo perkirakan. Lo minta tolong Azhe ya buat nyari gue."

"Apa sih, Me? Maksud lo apa an coba ngomong kayak gitu?"

"Udah ya, Bang. Bye. Love you."

Amare segera menghentikan percakapan itu. Sejak itu pun Amaro tidak bisa menghubunginya dan betapa gelisahnya dia, hingga akhirnya ia berangkat ke kediaman Müller.

FLASH BACK OFF


Azhevadino terdiam, begitu pula dengan Anggi. Ternyata itu alasannya kenapa kekasihnya tidak bisa dihubungi selama tujuh hari ini. Amaro menatap Azhevadino dengan penuh harap, saat ini hanya Azhevadino satu – satunya harapan mereka untuk menemukan Amare.

"Jadi, lo bisa nyari Ame kan?"

"Ya, bisa. Selama dia masih memakai kalung pemberian gue."




TBC...




AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang