-[64]- Shush

8.2K 386 0
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AZHEVADINO bingung hingga frustasi. Ingin rasanya ia berteriak sekarang juga tapi rapat yang ia hadiri belum selesai. Laki – laki itu menatap layar handphone miliknya lagi. Yovan yang merasa risih dengan tingkah Azhevadino yang selalu begitu saja setiap sepuluh menit sekali itu menyenggol atasannya yang juga sahabatnya itu.

"Ehem. Mohon konsentrasi ya, Pak." Bisik Yovan.

Azhevadino mendengus kesal. Ingin rasanya dia menjepit mulut Yovan itu dengan jepitan jemuran. Sepertinya Yovan belum mengalami rasanya teraniaya seharian ini. Pasalnya setelah Azhevadino mencium Amare, kekasihnya itu entah mengapa mendiamkannya sampai sekarang. Azhevadino kembali berkonsentrasi pada rapat yang sedang ia jalani dan nihil.

Laki – laki itu tetap tidak bisa berkonsentrasi hingga juru bicara rapat hari ini membacakan kalimat penutupnya Azhevadino belum juga tahu. Yovan kesal dengan sahabatnya dan juga atasannya ini. Ia pun menyenggol pinggang Azhevadino. Azhevadino yang tersadar dari lamunannya pun melihat slide yang sudah menampilkan kalimat 'Thank You'. Azhevadino menghela napas panjangnya, hari ini dia tidak bisa berpikir tenang bahkan rapat yang sudah menjadi rutinitasnya pun dia masih tidak bisa berkonsentrasi.

"Baiklah. Untuk keputusan selanjutnya nanti langsung ke Pak Yovan saja. Karena setelah ini tidak ada rapat, saya akan pulang lebih awal. Masalah lainnya nanti biar Pak Yovan yang menanganinya."

Azhevadino langsung melesat pergi sebelum mendengar kalimat protesan yang dilontarkan Yovan. Yovan yang melihat Azhevadino langsung melesat pergi setelah mengambil keputusan secara sepihak tanpa berunding dulu dengannya itu meyumpahi Azhevadino dengan kata serapah yang ada di dunia ini. Sahabat laknat lo, rutuk Yovan.

Yovan pun kembali menatap para karyawan yang sedang rapat dan tersenyum semanis mungkin walau terpaksa. Azhe sialan, rutuk Yovan.

"Jadi mari kita tuntaskan hari ini." Ujar Yovan tegas.


Amare's POV

"Bundaaaaa, bunda hari ini menginap kan?" tanya seorang malaikat kecil yang saat ini duduk di atas pangkuanku dan sedang berhadapan denganku.

"Iya. Nggak boleh ya? Kalau gitu Bunda pulang aja deh."

Aku terkekeh geli saat merasakan dua lengan mungil itu melingkar di leherku.

"Jangaaan Bunda. Bunda boleh sering nginap di sini kalo bisa setiap hari."

Aku pu membelai lembut rambut Inver lalu aku menghujani Inver dengan ciumanku mulai dari pipi kanan, pipi kiri, lalu yang terakhir puncak kepala Inver dan aku langsung membawa tubuh mungil itu dalam pelukanku. Haaaish, aku pasti akan sangat merindukan malaikat kecilku ini. Aku menepuk lembut pantat Inver lalu tangan yang satunya membelai punggung Inver. Aku menengok ke Inver dan bisa kulihat malaikat kecilku itu mulai mengantuk dengan perlakuan lembutku ini.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang