Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca
Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗
Happy reading all ^_^
.
.
.
.
.
.
.
"BUNDAAAA."
Amare tersenyum saat memasuki mansion mewah itu. Gadis itu merentangkan kedua lengannya sambil menyejajarkan tubuh dengan tinggi badan malaikat kecil itu lalu malaikat kecil itu langsung menghambur padanya dan memeluk leher Amare. Amare segera merengkuh tubuh kecil itu dan berdiri dari tempatnya sambil menggendong malaikat kecil itu.
"Inver kangen, Bunda." Ujar malaikat kecil itu.
Amare tersenyum geli dan mengelus puncak rambut Inver sambil menciumi kedua pipi Rhinvero secara bergantian.
"Bunda juga kangen sama Inver."
"Oh, oh. Inver punya hadiah buat Bunda."
"Hadiah?"
"Yap. Inver habis dari rumah Uncle Adam di Jerman. Terus Inver beli sesuatu di sana buat Bunda. Ayo kesana, Bundaaa."
Amare tertawa geli lalu mengikuti arah telunjuk Rhinvero. Rhinvero ingin turun dari gendongan Amare lalu Amare segera menurunkan malaikat kecil itu. Setelah turun, Rhinvero segera menggenggam tangan Amare sambil membawa gadis itu ke dalam ruang keluarga. Amare melihat sebuah kotak persegi panjang yang besar di atas sofa di ruang keluarga itu.
Rhinvero segera berlari menuju kotak itu dengan melepaskan genggamannya dari Amare. Anak itu segera mengambil kotak itu lalu berlari kembali ke Amare untuk memberikan kotak itu pada Amare.
"Buat Bunda?" tanya Amare.
"Iyaaa. Bunda, ayo dibuka. Cepat dibuka."
Amare tertawa geli saat melihat betapa antusiasnya Rhinvero soal hadiah itu. Gadis itu pun segera membuka kotak hadiah itu. Sebuah pakaian yang menurut Amare adalah sebuah gaun ada di dalam kotak itu. Amare menyentuh gaun itu dan ia merasakan lembutnya kain gaun itu. Gaun itu berwarna maroon dan ada pernak pernik kelap kelip yang menghiasi bagian dadanya.
"Bunda suka?"
"Sangat. Inver tahu darimana ukuran pakaian Bunda."
"Ayah yang bilang ke Inver."
Amare mengalihkan pandangannya dari Rhinvero ke Azhevadino, merasa ditatap Azhevadino hanya mengangkat kedua bahunya.
"Apa? Aku hanya menjawab pertanyaan dari anakku." Ujar Azhevadino.
Anggi tersenyum geli saat melihat tingkah laku Azhevadino, Amare, dan Rhinvero. Ia sangat bahagia melihat mereka bertiga. Pandangannya lalu berfokus pada Azhevadino.
"Zhe, Bunda ingin berbicara denganmu sebentar."
"Baiklah."
Anggi dan Azhevadino meninggalkan Amare dan Rhinvero di ruang keluarga. Anggi dan Azhevadino berjalan menuju taman belakang.
Anggi's POV
"Zhe, sepertinya kita harus memberitahu yang sebenarnya pada Ame."
"Tapi tidak saat ini, Bun."
Aku memandang anak semata wayangku itu. Kenapa tidak sekarang? Bukannya lebih cepat lebih baik, batinku.
"Dia sedang ada masalah, Bun. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu." Ujar Azhe lagi.
Masalah? Ame memiliki masalah. Kenapa aku tidak mengetahuinya, gumamku dalam hati.
"Masalah apa?"
"Aku tidak bisa memberitahu, Bunda. Bukan hakku walaupun aku tahu masalahnya. Bunda tidak perlu khawatir. Dia pasti akan segera memberitahu, Bunda."
"Baiklah. Bunda akan menunggu. Oh, iya. Tiga hari lalu kamu bertemu dengan mantan tunanganmu itu?"
"Ya."
"Bagaimana perasaanmu?"
"Nothing. Tidak ada apa – apa. Datar. Sudah kubilang dari awal aku tidak ada perasaan apa – apa padanya tapi entah mengapa aku merasa kesal padanya."
"Kenapa?"
"Dia sangat jahat pada Ame, padahal mereka bersaudara. Ame bahkan tidak membalas perbuatan buruk Mandy padanya dan itu membuatku sangat jengkel pada Mandy."
"Sabar. Ame pasti memiliki alasan sendiri mengapa dia seperti itu. Sepertinya Ame terlalu baik untukmu. Kurasa anakku ini yang kurang pantas untuk Ame."
"Oh, ayolah. Sekarang Bunda membela Ame?"
"Hahahaha, Bunda sudah menganggap Ame seperti anakku sendiri."
"Hah, padahal aku anak kandungmu sendiri."
"Tapi Ame lebih baik dari anak kandungku sendiri."
"Hish, sudahlah. Ayo kita masuk, Bun. Sepertinya Ame dan Inver mencari kita."
Aku pun mengikuti langkah Azhe. Aku tersenyum saat melihat Ame tertidur di atas sofa dengan posisi duduk dan Inver yang tidur dengan menjadikan paha Ame sebagai bantalnya. Betapa manisnya mereka. Sepertinya kali ini aku tidak salah memilih Ame sebagai calon istri Azhe, batinku.
"Biarkan Ame tidur di sini. Kamu bisa mengantarnya besok pagi. Aku akan memindahkan Inver. Kamu pindahkan Ame di kamar tamu."
"Baik, Bun."
Aku melihat Azhe sedang berhati – hati memisahkan Ame dan Inver. Lalu aku memerhatikan Azhe yang menggendong Ame dengan hati – hati. Aku tersenyum saat melihat tatapan penuh kasih milik Azhe terhadap Ame. Hahahaha, sepertinya putraku sudah terlalu jatuh cinta pada Ame, gumamku dalam hati.
TBC...

KAMU SEDANG MEMBACA
AMAZHE
Chick-LitTHIS IS MY ORIGINAL STORY. DON'T COPY MY STORY IF YOU WANT TO GO TO THE HELL #1st SERIES OF DUDA'S WORLD This story I make since March 2019 "Bundaaaaa!" Ame hampir terjengkang saat seorang malaikat mungil nan imut menghambur ke arahnya dan memelukn...