-[42]- Holiday

11.8K 669 0
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

RHINVERO berlarian kesana kemari saat Amare, Azhevadino, dan Rhinvero sudah sampai di penginapan mereka. Amare tidak menyangka mereka akan mengnap di salah satu penginapan paling terkenal di Singapura, Resorts World Sentosa.

"Kenapa kita nginap di sini?" tanya Amare.

"Kenapa memangnya? Bukannya lebih mudah bagi kita ya kalau mau ke Universal Studio, terus ke Sea Aquarium Singapore, belum lagi Inver kemarin minta ke wahana air."

"Iya sih. Tapi kan-"

"Sweetheart, jangan berpikir macam – macam. Sekarang nikmati saja liburan ini, okay?"

Amare menghela napas panjang. Jika berdebat dengan Azhevadino tidak akan ada habis – habisnya.

"Baiklah, tapi bisakah kamu menangani anakmu yang mulai berlarian tidak karuan itu."

"Hahahaha, tentu saja, my lady."

Hah, gue butuh istirahat dulu untuk mengisi energi gue, gumam Amare dalam hati.


Amare's POV

Gue menggendong Inver sambil sesekali menengok sekeliling kami. Energi gue sudah terisi penuh karena gue sudah beristirahat selama dua jam an. Gue melihat beberapa wisatawan yang lumayan banyak menuju tempat wisata yang akan kami tuju.

"Bunda, kita nanti lihat ikan hiu kan?"

Gue mengalihkan pandangan gue dan sekarang gue menatap lekat - lekat Inver. Malaikat kecil dalam gendongannya ini sangat antusias. Gemas rasanya, gumam gue dalam hati.

"Iya, tentu saja. Inver, Bunda mau ngomong sesuatu."

Guee melihat Inver memandang gue dengan wajah bingung khas anak kecil plus wajah polosnya. Gue segera menurunkan Inver dalam gendongan gue. Gue berjongkok agar tinggi badan gue sejajar dengan Inver lalu kedua tangan gue memegang kedua bahu Inver.

"Nanti kan kita ada di tempat ramai, Inver boleh jalan ke sana kemari tapi ajak Ayah atau Bunda ya?"

"Kenapa memangnya, Bun?"

"Hmmm, kalau Inver nggak ngajak Ayah atau Bunda nanti Inver nggak bisa ketemu kita lagi. Inver mau?"

Gue melihat Inver langsung menggeleng cepat. Gue juga melihat Inver langsung memeluk leher gue seolah – olah nggak ingin berpisah sama gue.

"Inver digendong aja biar tetap dekat sama Ayah sama Bunda." Ujar Inver dengan nada polosnya.

Gue tertawa geli melihat tingkah Inver. Ah, betapa polosnya malaikat kecil gue yang satu ini, gumam gue dalam hati.

"Iiiih, Inver udah besar masa harus minta gendong terus."

"Tapi Inver nggak mau pisah sama Bunda sama Ayah."

Ah, kenapa jadi gini sih, rutuk gue dalam hati.

"Sudahlah, Sweetheart." Ujar Azhe.

Gue pun pasrah dan berdiri sambil menggendong Inver. Gue merasakan pelukan Inver semakin erat. Setakut itukah dia, pikir gue.

"Inver kenapa? Inver takut?"

"Inver takut pisah sama Bunda."

Gue tersentuh saat mendengar perkataan Inver itu.

"Tenang saja, Bunda di sini kok. Lihat kita sebentar lagi lihat ikan hiu. Masa Inver sembunyi terus sih di leher Bunda."

Gue merasa lega saat Inver sudah nggak terlalu memeluk leher gue dengan erat.

"Bundaaa, ayo ke sana. Ada ikan nemo."

"Hahahaha, ayo."


Azhevadino's POV

"Bundaaa, ayo ke sana. Ada ikan nemo."

"Hahahaha, ayo."

Gue mengikuti kepergian kedua orang kesayangannya itu. Gue tersenyum geli saat Inver dengan antusiasnya mengajak Ame kesana kemari. Beberapa jam pun berlalu dan kam juga udah melewati dan melihat banyak akuarium. Gue melihat Ame terlihat sangat kelelahan. Sepertinya gue harus mengambil alih, lagipula gue juga sudah mendapat beberapa obyek foto yang bagus, gumam gue dalam hati. Gue pun memeluk pundak Ame.

"Biar aku saja yang menggendong Inver. Kamu bawa kamera ini saja."

Gue melihat Ame tersenyum ke gue sambil mengangguk lemah. Awalnya susah untuk membujuk Inver, tapi akhirnya anak itu sudah duduk manis di kedua pundak gue sambil mengalungkan tangannya ke kepala gue.

"Waaaah, Bunda, Ayah. Aku jadi tinggi."

Gue tertawa geli melihat tingkah laku anak gue yang satu itu.

"Tadi katanya nggak mau digendong sama Ayah." Ejek Ame

"Kan Inver nggak tau kalau Inver jadi tinggi kalau digendong Ayah."

Gue tertawa lagi dan gue melihat Ame juga ikut tertawa saat mendengar celotehan Inver.

"Eh, kita cepat ke akuarium utama. Kayaknya acaranya sebentar lagi dimulai deh." Ajak Ame.

Guepun mengangguk lalu lengan kanan gue yang bebas memeluk pinggang langsing Amedan lengan gue satunya yang masih bebas menopang badan Inver yang duduk di ataspundak gue agar nggak jatuh. Kami pun sampai di studio akuarium utama danmelihat ada beberapa tempat duduk yang disusun seperti bangku di stadion sepakbola. Gue pun mengajak mereka untuk duduk di bangku paling depan. Lampu mulaimeredup dan gue menjadi sangat gugup. Gue berharap rencana gue nggak akan gagal. Lampu mati and it's showtime.




TBC...

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang