-[58]- The Occurence

9.3K 515 1
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

"BUNDAAAA!"

Amae berdiri dengan wajah terkejutnya. Bagaimana bisa Inver berada di kantor, batin Amare. Di hari Senin, hari tersibuknya dan malaikat kecil itu datang dengan suara gaduhnya ke wilayah kerjanya. Beberapa pasang mata memerhatikan Amare dan Rhinvero dengan tatapan geli mereka. Sudah bukan rahasia lagi jika pimpinan mereka sering dikujungi oleh anak atasan mereka. Walaupun begitu mereka tidak menyebarkan gosip yang merugikan pimpinan mereka, mereka tahu bagaimana sifat Amare sebagai pemimpin. Ya. Mereka sudah terbiasa dengan kehadiran Rhinvero selama hampir sepuluh bulan ini.

"Aduh, Bu Ame. Si Inver datang lagi ya?" ujar Tama, manajer pemasokan dan penyimpanan bahan yang berada di bawah pimpinan Amare.

"Iya nih. Kayaknya Inver lebih sayang sama Bunda dibanding sama Ayahnya." Ujar Diana, sekertaris Amare.

"Kayaknya kita tinggal nunggu undangan pernikahan Bu Ame nih." Ujar Indra, manajer operasi dan pemeliharaan sumber daya sekaligus yang mewakilkan Amare untuk rapat jika Amare berhalangan hadir.

Amare merasakan wajahnya sangat panas. Selalu saja bawahannya ini menggodanya jika Rhinvero datang padanya.

"Iya. Iya. Sebentar lagi kok. Kalian tunggu saja ya. Tuh lihat, kayaknya Pak Azhe tadi ngelamar Bu Ame deh. Cincinnya bagus banget ya, Bu Ame." Ujar Mervina, wakil Amare.

"Wah mana - mana, ya ampun itu kan cincin berlian yang mahal banget." Ujar Diana dengan wajah kagum.

Semua mata yang berada di ruangan itu menatap di satu titik. Jari manis di tangan kiri Amare.

"See, kalian bentar lagi diundang kok. Undangan sudah siap." Ujar Mervina.

"Kok kayaknya dari tadi lo ikut campur urusannya Bu Ame sama Pak Azhe deh." Ejek Indra.

"Kan gue sahabat deketnya, Ame. Jadi kalau ada apa – apa pasti dia cerita lah." Ejek Vina.

"Huh, Yovan kok bisa tahan sama lo sih." Goda Tama.

"Heh, daripada lo Tam, masih jomblo ngenes banyak omong aja lo." Hardik Mervina.

"Sudah, sudah. Kalian nggak malu nih dilihatin sama Inver?" ujar Amare berusaha menengahi perdebatan yang akan terjadi antara Mervina dan Tama.

"Iya ih. Masa Om sama Tante udah besar masih bertengkar. Kayak Inver nih. Patuh sama Bunda sama Ayah dan nggak pernah bertengkar. Sebenarnya yang anak kecil tuh Inver atau Tante sama Om sih?" ujar Rhinvero sambil menunjuk Tama dan Mervina.

Amare dan para karyawan yang lain tertawa terbahak – bahak saat melihat Tama dan Mervina diceramahi oleh Rhinvero.

"Tuh dengar apa kata anak. Anak selalu jujur lho." Ujar Diana.

"Sudah, sudah. Sekarang kalian lanjutkan perkerjaan kalian. Ah, dan jangan lupa laporan akhir tahun kalian. Lusa dikumpulkan sesuai dengan yang saya bilang tadi pagi. Ini hukuman kalian karena terlalu berleha – leha sampai lihat berita tak bermutu tadi pagi." Ujar Amare dengan nada tegas.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang