-[52]- Avowal

10.1K 573 3
                                    

Budayakan klik BINTANG dulu (VOTE) sebelum membaca

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT kalian yaaa plus minta tolong rekomendasikan cerita ini 😁😁🤗

Happy reading all ^_^

.

.

.

.

.

.

.

AMARE menggerakkan kedua kakinya dengan lincah dan sepasang matanya bergerak teliti mengikuti instruktur dari mesin Dance Dance Revolution itu. Kedua matanya membulat saat ia melirik score milik kekasihnya. Merasa dirinya akan kalah, Amare mengganggu Azhevadino dengan menggelitik pinggang laki – laki itu dengan tangan kanannya, sedangkan kedua kakinya dan kedua matanya masih melekat pada mesin permainan itu.

"Eh, ini namanya curang." Ujar Azhevadino.

Amare tidak menggubris perkataan Azhevadino. Gadis itu sibuk bermain sekaligus mengganggu Azhevadino di saat bersamaan. Azhevadino merasa sebal dengan kelakuan Amare yang curang. Laki – laki itu menggenggam erat tangan Amare agar gadis itu tidak bergerak seenaknya. Amare mendengus kesal saat tangannya terkunci rapat dalam genggaman Azhevadino. Dasar modus, rutuk Amare dalam hati.

"Yuuuuhuuuuu, aku menang." Ujar Azhevadino dengan nada senang.

Amare mendengus kesal. Dia pun merebut kartu yang dipegang Azhevadino lalu menuju Street Basketball tanpa memedulikan Azhevadino.

"Eheey, Tuan Putri tidak boleh begini dong. Jadi orng harus sportif. Jadi, kamu berhutang satu permintaan." Ujar Azhevadino dengan nada menggoda.

"Ya ya ya, terserah. Dasar bawel."

Amare menggesek kartu lalu meletakkannya pada saku belakang jeans miliknya. Amare fokus dengan bola basket yang menggelinding ke arahnya. Amare memasukkan satu per satu bola itu dengan ritme yang stabil dan luar biasanya, semua bola yang Ame masukkan tidak ada satu pun yang tidak masuk. Amare tersenyum senang saat ia melihat score yang didapatkannya.

"Yeheee, 1150 poin." Ujar Amare senang.

"Ckckck. Kamu mantan atlet basket ya?"

"Ehem. Bisa dibilang begitu. Waktu SMP sama SMA masuk ke club basket. Waktu kuliah juga ikut basket club di univ."

"Kalau aku dapat score lebih tinggi dari kamu gimana?"

"Eheeey, nggak mungkin."

Azhevadino mengedikkan kedua bahunya. Ia lalu mengambil kartu di saku Amare dan menggesekkannya lalu menyerahkan kartu itu pada Amare.

"Kalau aku mendapatkan score lebih tinggi kamu harus menuruti satu permintaan dariku."

"Yayaya, terserah."

Azhevadino mulai melempar satu per satu bola itu dengan ritme yang stabil tapi lebih cepat dari Amare. Amare mememerhatikan pergerakan kedua tangan Azhevadino yang lincah itu lalu ia menatap ring basket itu secara bergantian. Tidak mungkin, batin Amare. Kedua mata Amare membelalak kaget saat score Azhevadino mencapai lebih dari 900. Score itu semakin cepat bertambah dan bertambah tapi waktu permainan masih panjang. Detik demi detik berlalu. Azhevadino menyelesaikan permaianannya dengan senyum merekah.

AMAZHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang