Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story.. :)
____________________________________
Dari semua makan malam yang dilaluinya selama ini, kali ini Naura merasakan suasana makan malam yang begitu sepi. Tanpa Kevin yang berisik, tanpa Kenzo dengan tawa renyahnya, tanpa olokan Beve kepada Kevin, dan tanpa teguran Paman Ben. Rasanya sangat berbeda dari makan malam kemarin sebelum mereka kembali ke Indonesia terlebih dulu tadi pagi.
Biasanya dia bisa menggerakan tangannya untuk mengambil makanan diantara tangan-tangan yang juga menginginkan hal yang sama. Berebut lauk dan sambal dengan Kevin yang akhirnya akan mengundang tawa seluruh orang disana. Baru sehari dia terpisah dengan mereka, namun sudah serindu ini.
Dia sudah terbiasa makan bersama dengan mereka, bahkan tak jarang makan bersama para pelayan yang bekerja di rumahnya. Ketiadaan orang tuanya tak membuatnya begitu kesepian karena hidupnya selalu diramaikan oleh orang-orang yang menyayanginya tanpa pamrih.
"Apa yang kau pikirkan?" suara dalam Celo membuat Naura kembali menarik pikirannya yang tengah melayang.
"Kau melamun lagi seperti saat sarapan tadi pagi." Lanjut Celo. "Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
Naura menggeleng, "Tidak, tidak ada yang ingin aku bicarakan."
"Benarkah?"
"Ya, tidak ada." Naura kembali mengangguk.
"Kau sudah menyiapkan semua barang-barangmu?" tanya Celo sekali lagi.
"Sudah sejak kakak berniat mengajakku pergi tadi siang." Balas Naura setengah mencibir.
Celo mengangguk, "Jangan sampai ada yang ketinggalan."
Naura mengangguk, "Kakak juga jangan sampai ada barang yang tertinggal." Katanya, entah kenapa membuat Celo menyeringai.
"Celana dalamku yang tertinggal semalam itu yang terakhir." Celo kembali menyuapkan makanannya untuk menahan tawa dan menghindari tatapan tajam Naura.
"Bisa tidak membahas hal itu lagi?" Naura menatap Celo kesal.
"Memangnya kenapa?" tanya balik Celo, seolah tidak mengerti.
Naura mendelik, "Lupakan, kak." Katanya. "Aku sudah selesai." Lanjutnya, lalu membawa piring yang habis dipakainya ke dapur untuk dicuci.
Naura menghela napasnya, merasakan kedua pipinya menghangat, dan mungkin saja memerah. Sebenarnya dia tidak merasa marah sedikit pun kepada Celo, hanya saja dia merasa sangat malu dan gugup apalagi jika harus mengingat kejadian saat di kamarnya. Semua kejadian di kamarnya bersama Celo. Rasanya dia ingin langsung berlari saja tadi.
"Kau melamun lagi." Sebuah tepukan halus di pundak membuat Naura mengalihkan perhatiannya, tatapannya tepat pada sepasang mata indah yang menatapnya juga. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"
Naura hanya menggelengkan kepalanya tanpa melepaskan tautan matanya. Namun dia masih sadar jika tubuh Celo semakin mendekat kearahnya, dan mendesaknya diantara wastafel dapur. Dan dia hanya bisa menghela napasnya saat wajah Celo semakin mendekat kearahnya. Sangat dekat hingga dia mampu merasakan hembusan hangat dan aroma musk khas pria itu. Refleks, dia memejamkan matanya saat bibir Celo semakin mendekat.
"Jika terjadi sesuatu, jangan sungkan katakan padaku." Katanya, sebelum Naura merasakan hawa panas di seluruh wajahnya.
Yaampun, apa yang baru saja dilakukannya? Kenapa dia berpikir Celo akan menciumnnya? Tidak mungkin kan dia berharap Celo melakukan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...