SEMBILAN PULUH ENAM

14.2K 377 3
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_______________________________

"Sayang, kau yakin?" Celo menghampiri istrinya yang sibuk di depan cermin sambil mengenakan jilbabnya. "Ini pertama kalinya kau meninggalkan Ariq."

Naura memutar matanya jengah. Ini sudah kesekian kalinya Celo bertanya pertanyaan yang sama. "Aku yakin, sayang. Kan kakak sudah janji mengijinkanku pergi hari ini dan anak-anak bersama kakak." ujarnya. Tatapannya melunak saat melihat wajah suaminya yang cemberut. "Hanya sampai nanti sore. Setelah aku selesai dengan designer-nya, aku akan segera pulang."

Celo menghela napasnya lesu, dan kepalanya mengangguk pelan. Naura meraih wajah suaminya, mencium bibir kemerahan yang tengah mengerucut menggemaskan itu. "Jaga anak-anak ya, sayang. Susu untuk Rizi dan asi untuk Ariq sudah aku siapkan di tempat biasa."

"Rizi dan Ariq belum mandi, jadi nanti tolong kakak mandikan." ucap Naura lagi sambil menyiapkan tasnya. "Papa, jangan cemberut seperti itu." dia menatap suaminya geli.

"Aku hanya tidak yakin bisa menjaga anak-anak tanpamu." Celo menatap istrinya.

"Kenapa tidak yakin?" Naura mengangkat alisnya.

"Kenapa kau percaya padaku bisa menjaga anak-anak?"

"Karena aku menitipkan anak-anakku pada papa-nya." Naura menatap suaminya tak habis pikir. "Orang yang menanamkan benih yang membuat mereka ada sekarang."

Celo tertawa, "Sayang. Aku hanya takut."

"Aku percaya pada kakak. Lagipula selama ini kakak baik-baik saja saat menjaga mereka."

"Tapi itu kan karena ada dirimu, sayang."

Naura mengusap wajah suaminya, "Kakak pasti bisa. Lagian mereka anak kakak sendiri, bukan anak orang lain." kemudian Naura mencium punggung tangan suaminya. "Aku pergi dulu ya sayang."

Celo mengikuti langkah istrinya keluar dari dalam kamar. Naura berhenti di ruang keluarga dimana Kevin dan Kenzo tengah bermain bersama Rizi dan Ariq. Usia Ariq saat ini sudah memasuki bulan keempat, dan sekarang putranya itu sudah tumbuh menjadi bayi yang sehat juga menggemaskan. Hari ini dia berencana untuk menemui designer yang akan mengurus gaun resepsinya, sehingga dia harus meninggalkan anak-anak bersama suaminya.

"Aku pergi dulu. Rizi, mama pergi dulu sayang."

Rizi menatap ibunya, "Iya, ma."

"Jangan nakal bersama papa, oke? Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Celo menjatuhkan tubuhnya diatas sofa setelah mengantar Naura ke mobil. Dia benar-benar menyesal karena menyerahkan seluruh urusan resepsi mereka pada Naura, hingga membuat istrinya itu sibuk akhir-akhir ini. Mereka memang memutuskan melakukan resepsi pernikahan bulan depan, dan salahnya dia meminta Naura mengurus seluruh perlengkapan resepsi meskipun dia juga meminta Viona dan Kiara untuk membantu istrinya.

Kemudian dia menatap kearah Rizi yang tengah bermain diatas karpet bersama Ariq yang tengah tengkurap, sedangkan Kevin dan Kenzo duduk tak jauh dari kedua putranya. Keadaan rumah lebih sepi dari biasanya semenjak Ben dan Beve memutuskan kembali ke kediaman Martanegara bersama Bagas dan Farah. Saphire dan Axcel pun kini sudah kembali ke kediaman Denova, sehingga rumah hanya diisi oleh para pelayan dan penjaga.

Kevin tiba-tiba saja duduk disampingnya, membuat dia sedikit mengernyit menatap wajah pria itu yang tersenyum seperti orang gila. "Kau kenapa?"

"Aku punya ide, kak." Kevin berbisik pelan. "Kejutan untuk Naura." katanya lagi, membuat Celo sedikit tertarik mendengarnya. Kevin kemudian membisikan sesuatu di telinganya, membuat senyum yang tadinya hilang kini perlahan muncul.

"Ide bagus." puji Celo. "Tumben sekali otakmu berjalan dengan baik, Kev."

Kevin mendengus, "Otakku ini sangat brilian kak. Kak Celo saja yang terlalu memandang rendah diriku."

Celo tertawa pelan, "Iya-iya, aku percaya padamu." katanya, kemudian menghampiri putranya dan duduk diatas karpet. "Sayang, kau mau bantu papa?"

Rizi menatap kearah ayahnya penasaran, "Bantu apa, pa?"

"Papa ingin menyiapkan kejutan untuk mama. Kau mau ikut menyiapkannya?"

"Aku mau, pa." Rizi melebarkan matanya semangat. "Kejutan apa, pa?"

Celo berbisik di telinga putranya beberapa saat. "Ini ide uncle Kevin."

Rizi tersenyum lebar, "Idenya hebat, pa."

"Ariq juga mau bantu papa, nak?" Celo meraih tubuh Ariq dan menggendongnya. Bayi itu terlihat begitu bersemangat saat digendong oleh ayahnya dan tersenyum lebar hingga menunjukan lesung pipinya yang dalam. "Iya? Ariq mau bantu papa juga menyiapkan kejutan untuk mama?" Celo mencium wajah dan perut Ariq.

"Biar aku siapkan dulu, kak." Kenzo bangkit dan melangkah pergi untuk menyiapkan kejutan yang akan mereka berikan pada Naura saat resepsi nanti. Sebenarnya ide tersebut bukan hanya dari Kevin, namun juga darinya. Akhirnya, selama seharian penuh, mereka sibuk menyiapkan kejutan untuk Naura bersama.

Celo merebahkan tubuhnya diatas ranjang setelah dia memandikan Rizi dan Ariq yang kini tertidur di sampingnya. Dia bersandar dengan sebelah tangannya, tersenyum lembut menatap kedua putranya yang begitu menggemaskan. Dilihat semakin dekat, membuatnya semakin sadar jika Rizi dan Ariq adalah salinan dirinya secara utuh. Wajah mereka berdua benar-benar begitu mirip dengannya, tapi semoga saja sifat kedua putranya tidak seperti dirinya. Meskipun sifat Rizi mulai menunjukan kesamaan seperti dirinya.

Perlahan, Celo mengecup puncak kepala kedua putranya. Tersenyum lembut saat matanya kembali dua sosok seperti malaikat itu. Dia sangat bahagia, memiliki dua putra yang sangat dicintainya, juga dia sangat bahagia karena Allah mengijinkannya untuk terus bersama cintanya, Naura. Semua ini terasa begitu sempurna, dan semoga bisa selamanya hingga akhirat kelak.

"Assalamualaikum."

Celo mengalihkan pandangannya kearah pintu, tersenyum lebar saat melihat istrinya pulang. "Waalaikumsalam." dia menegakkan tubuhnya, berjalan mendekati istrinya dan memeluknya erat. "Aku merindukanmu sayang."

Naura tertawa pelan dipelukan suaminya, "Aku hanya pergi sekitar setengah hari sayang." katanya.

"Tapi itu terasa sangat lama untukku." Celo melepaskan pelukannya dan mengecup bibir istrinya.

"Kakak sering meninggalkanku kerja, tapi kaka biasa saja, tidak seperti ini." Naura mencubit hidung suaminya pelan. "Anak-anak baru tidur?" tanyanya, menatap kedua putranya dari balik bahu Celo.

Celo menatap kearah kedua putranya dan mengangguk, "Mereka baru saja mandi dan makan, jadi mereka langsung tertidur."

"Apa Ariq rewel selama aku pergi?" Naura mendudukan tubuhnya diatas ranjang, mulai melepaskan sepatu dan jilbabnya.

"Tidak sama sekali." Celo mengangkat tubuh istrinya secar tiba-tiba, membuat Naura memekik terkejut.

"Kak, apa yang kau lakukan?" Naura menatap suaminya terkejut.

Celo membawa Naura keatas sofa dan menciumnya dalam pangkuannya. "Kau tidak merindukanku memangnya sayang?" tanyanya sensual, dan kembali mencium bibir istrinya.

Naura membalas ciuman suaminya, "Tentu saja aku merindukan kakak."

"Kau jadi jarang memperhatikanku setelah melahirkan." Protes Celo, tangannya bergerak naik pada tubuh istrinya. "Aku menginginkamu." bisiknya sensual.

"Apa anak-anak tidak akan bangun?"

"Tentu saja tidak." Celo mengangkat tubuh istrinya. "Karena kita akan melakukannya bukan disini." katanya, lalu membopong istrinya memasuki kamar mandi. 

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang