EMPAT PULUH

8.1K 346 14
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________________

Sebuah mobil hitam tampak berhenti tepat di depan gerbang SMK Bhakti Negara. Sedang dua mobil sedan hitam lainnya berhenti di depan dan belakang mobil tersebut. Pintu-pintu dari mobil sedan itu terbuka dan keluarlah beberapa orang berpakaian formal lengkap dengan kacamata hitam dan juga alat komunikasi di telinga mereka. Jika dihitung mungkin ada sekitar 8 orang bodyguard yang berjaga, dan itu membuat para penjaga sekolah menatap kearah mereka bingung.

"Ini terlalu berlebihan, bahkan Kevin dan Kenzo selalu menjagaku dengan cara yang wajar." Naura menatap suaminya yang terkekeh pelan. Sekilas dia menatap kearah Herwit yang tengah sibuk dengan ipadnya di kursi depan.

"Kau harus terbiasa, sayang. Suamimu ini bukan orang sembarangan." balas Celo.

"Aku tahu itu." Kemudian Naura meraih tangan Celo dan menciumnya. "Hati-hati dijalannya nanti, dan jangan lupa mengabariku."

Celo menghela napasnya, merasa berat harus meninggalkan istrinya selama dua minggu untuk pekerjaan. "Aku akan terus mengabarimu." balasnya, lalu mencium puncak kepala istrinya. "Semangat belajarnya, oke? Nanti Kenzo akan menjemputmu."

Naura mengangguk, "Iya, kak." balasnya lagi. "Aku masuk dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kemudian Naura keluar dari dalam mobil, menatap sesaat kearah suaminya sebelum mulai melangkah memasuki area sekolah. Sekarang masih sangat pagi, sehingga tak banyak murid yang sudah datang. Dan sebenarnya itu juga alasannya datang sepagi ini, agar tak banyak orang yang melihat kedatangannya dengan diantar seperti itu.

Sesekali Naura menyapa beberapa penjaga sekolah dan petugas kebersihan yang berpapasan dengannya. Langkahnya tiba-tiba terhenti di sebuah koridor yang menghadap langsung lapangan berumput dengan jejeran tiang bendera di sisi kirinya. Rasanya sudah sangat lama dia tidak berada disini, menikmati suasana sekolah yang selalu mampu membuatnya bahagia. Ya, terkadang memang membuatnya merasa bosan dan kesal, tapi selalu ada kebahagiaan saat dia berada disini.

"Wah, wah, ada angin apa hingga kau datang sepagi ini?" Naura segera mengalihkan pandangannya kesamping, menatap sosok lelaki jangkung yang kini tengah menatapnya sambil tersenyum.

"Hei, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" sapa lelaki itu sambil melangkah mendekat.

"Alhamdulillah baik. Kau terlihat semakin tinggi saja, Zil."

Zildan tertawa mendengar ucapan temannya itu. "Ya, ibuku sangat rajin memberiku segalas susu setiap malam." balasnya, membuat Naura ikut tertawa.

"Kau akan ke kelas?" Naura menatap Zildan sekilas sebelum melangkah diikuti oleh lelaki itu. Dia dan Zildan masuk kedalam jurusan yang sama, hanya saja kelas mereka berbeda. Zildan kelas A, sedangkan dia kelas B.

"Mulai besok kita harus sudah berlatih untuk pensi bulan depan." ujar Zildan kembali membuka obrolan.

Naura mengangguk mengerti, "Ya, lebih baik besok kita mulai berlatih. Apa Aleta sudah menghubungimu soal lagu yang akan kita bawakan?"

Zildan mengangguk, "Sudah, seperti biasa dia selalu mengaransemen lagunya dengan sangat luar biasa. Jika kau mendengarnya, pasti kau akan langsung menyukainya."

"Ya, aku tidak akan meragukan hal itu. Aleta pasti akan membuat kita mendapat pujian yang luar biasa lagi." kekeh Naura. "Sepertinya aku punya ide yang bagus untuk pertunjukan terakhir kita."

"Apa itu?" tanya Zildan.

"Kita bahas nanti saat bersama Aleta."

"Baiklah. Tapi jika Aleta datang hari ini."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang