Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_________________________________________
Naura tak henti mematut dirinya di depan cermin sejak beberapa menit yang lalu, memastikan penampilannya memang sesuai dengan yang diharapkannya. Beberapa kali dia mengusap ujung jilbabnya dan tersenyum melihat pantulan dirinya yang terlihat cantik dari biasanya. Sepertinya dia tidak akan terlalu risih seperti biasanya saat menggunakan riasan. Setidaknya untuk kali ini dia harus terbiasa untuk itu. Menggunakan riasan bukanlah kebiasaan yang dia sukai, sehingga merasa nyaman menggunakan riasan seperti ini merupakan hal yang langka untuknya.
Apa ini karena efek emosionalnya sejak hamil? Mungkin saja.
Celo yang memperhatikan gerak-gerik istrinya sejak tadi, berjalan mendekat. Kedua tangannya yang sudah terlapisi jas yang berwarna biru melingkari tubuh istrinya dari belakang. Memeluk tubuh istri kecilnya itu dengan lembut dan penuh perasaan sambil menyandarkan dagunya diatas bahu tertutup itu. Keduanya berdiri penuh kehangatan, di depan cermin besar yang memperlihatkan kemesraan mereka berdua dengan begitu nyata.
"Apa aku terlihat cocok dengan ini?" Naura memiringkan kepalanya, menatap suaminya dari pantulan cermin.
"Kau terlihat cocok dengan apapun sayang, sekalipun kau tidak berpakaian kau tetap terlihat cantik untukku." Celo membalas jahil, membuat Naura mengerang kesal sambil mencubit lengan suaminya.
"Kak, aku bertanya serius."
"Aku juga menjawab serius. Lagipula kau sudah menanyakan itu lebih dari 10 kali pagi ini." Kemudian Celo membalik tubuh Naura agar menghadapnya. Kedua tangan Celo merangkum bahu istrinya, sedangkan matanya menatap penuh senyuman. "Kau sangat cantik hari ini, sayang. Semua yang kau pakai hari ini sangat cocok untukmu. Kau tahu? Setiap hari saja kau selalu terlihat cantik, dan sekarang menggunakan semua ini membuatmu semakin terlihat cantik."
Celo ikut tersenyum menemukan senyum istrinya terbit. Dia mengerti kondisi emosional Naura sedang naik turun sehingga perlu banyak kata untuk membuatnya mengerti dan tidak menyinggung perasaannya. Emosi Naura saat ini cenderung seperti anak kecil yang perlu berkali-kali diyakinkan tanpa perlu dihakimi. Keinginannya untuk dipuji semakin besar dari biasanya.
"Aku memang cantik menggunakan apapun." Naura tersenyum jahil. Tangannya kemudian turun mengelus perutnya yang mulai membuncit. "Benarkan sayang?"
"Tentu saja benar." Celo ikut mengusap perut Naura. Rasa haru masih menyelimutinya, dan kebahagiaan itu masih kentara jelas di kedua mata indahnya. Celo berjongkok, menyetarakan wajahnya dengan perut Naura lalu mencium perut itu lembut beberapa kali. "Jangan membuat mama-mu kesusahan hari ini, oke? Papa menyayangimu."
Naura menatap hal itu dengan mata berkaca-kaca. Dadanya berdesir merasakan sensasi luar biasa saat Celo mencium dan berbicara dengan perutnya. Dia bahagia, dia bersyukur karena dapat melihat kebahagiaan itu di mata suaminya. Kemudian tangannya berpindah ke kepala Celo, mengusap lembut rambut rapi itu.
"Iya papa, aku tidak akan menyusahkan mama hari ini." Naura membalas menggunakan suara seperti anak kecil. "Dia anak yang baik."
"Aku tahu, dia memang anak yang baik." Celo mendongak sebelum kembali mencium perut Naura. "Jangan biarkan mama-mu kelalahan. Mama kau mendengarkan?"
Naura terkikik sambil mengusap rambut Celo. "Iya, kak."
"Jangan terlalu aktif disana, kau harus ingat dengannya."
"Aku selalu ingat itu, papa." Balas Naura lagi. "Kenapa rasanya aneh memanggil kakak seperti itu? Aku merasa sedang memanggil papa Bagas atau papa Axcel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...