TIGA PULUH DELAPAN

7K 333 4
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________

"Naura sudah tidur?" Celo yang tengah duduk di halaman samping menengok seketika saat suara ayahnya terdengar.

Setelah Naura benar-benar tidur, dia memutuskan untuk mencari udara segar diluar sambil merokok. Dan juga berpikir tentang apa yang harus dilakukannya agar Naura tidak seperti kejadian sore tadi sebelum ayahnya tiba-tiba datang dan mengejutkannya.

Axcel mengambil tempat duduk disamping putranya, meletakkan cangkir kopi yang dibawanya diatas meja diantara mereka, lalu menghela napasnya sambil menyandarkan tubuhnya. Tanpa bertanya pun dia tahu apa yang tengah putranya pikirkan saat ini. Sangat kentara dari kerutan dan kekhawatiran di wajah yang hampir 90% diwariskan olehnya. Celo pasti tengah memikirkan kondisi Naura yang juga tengah dipikirkannya saat ini.

"Sudah." balas Celo singkat, lalu kembali menyesap rokoknya dalam.

Axcel melirik sekilas, lalu kembali menatap kedepan dimana sebuah perapian besar berada. "Papa tidak akan memaksa jika kau belum bisa memberitahu papa tentang apa yang terjadi pada Naura sebenarnya. Papa hanya berharap kau dapat melakukan yang terbaik untuk istrimu."

Celo kembali menyesap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan. "Aku pasti akan melakukan semua itu, pa." Kemudian dia meletakkan rokoknya diatas asbak dan menatap pada ayahnya. "Dan soal Naura, aku akan menjelaskan saat semuanya sudah tepat."

"Ya, papa akan mengerti itu." balas Axcel, tak menuntut apapun. Disaat seperti inilah Celo selalu merasa beruntung memilik ayah seperti Axcel yang selalu berusaha mengerti tentang apa yang dia lakukan tanpa menuntut apapun darinya. Axcel adalah sosok ayah sekaligus sahabat yang luar biasa baginya, apalagi ayahnya itu juga partner yang sangat dipercayanya dalam hal apapun.

"Kau sudah tidak menganggap Naura sebagai pengganti adikmu kan?" tanya Axcel tiba-tiba, membuat Celo kembali menatapnya. Setelah bertahun-tahun lamanya, baru kali ini dia mendengar kembali ayahnya mengungkit soal Alexa. Selama ini dia merasa jika ayahnya tidak pernah mau membahas apapun soal adiknya lagi, dan akhirnya dia tak pernah membahas apapun lagi soal Alexa pada ayahnya.

"Kenapa papa tiba-tiba membahas soal Alexa?" Celo mengernyit menatap ayahnya yang menghela napasnya.

"Papa tidak bisa selamanya menghindari percakapan soal ini. Papa sangat menyayangi Naura seperti putri papa sendiri, dan papa juga tahu jika sejak Naura lahir kau menjadikan Naura sebagai pengganti Alexa. Papa hanya tidak ingin kau menyakiti Naura."

"Aku tidak pernah menjadikan Naura sebagai pengganti siapapun, termasuk Alexa." balas Celo. "AKu memang menyayangi Naura karena bagiku Naura adalah obat terbaik disaat keluarga kita sakit. Bukankah papa juga merasakan hal sama soal Naura? Jika Naura sebenarnya obat bagi keluarga kita dulu?"

Axcel terdiam sesaat kemudian mengangguk. "Ya, papa menyadari itu. Bahkan Naura yang membuat mama-mu pulih semenjak kelahirannya." balasnya, merenung kejadian belasan tahun lalu. Masa dimana paling terburuk untuk keluarganya.

"Percalah, pa. Aku tidak pernah menganggap Naura seperti itu, bahkan papa tidak akan pernah tahu seperti apa Naura bagiku."

Axcel tertawa pelan, "Papa mencium bau-bau yang tak beres denganmu."

Celo ikut tertawa, "Jangan berpikiran buruk tentangku, pa. Tapi jangan juga terlalu berpikiran baik tentangku." balasnya, membuat Axcel semakin tertawa.

"Kau sangat membingungkan anak muda." canda Axcel.

"Jika tidak membingungkan, berarti saya bukan anak Anda, tuan. Ingat, darah itu lebih kental daripada air."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang