Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
______________________________________
"Lelah?" Celo membantu Naura berbaring diatas ranjang sesampainya didalam kamar. Acara wisuda tadi terlaksanakan dengan begitu meriah dan semarak, apalagi setelah Ragata menaiki panggung dan membuat semua tamu disana ikut dalam kemeriahan. Belum lagi ditambah dengan beberapa guru yang ikut bergabung hingga membuat suasana di lapangan seperti sebuah konser band besar.
"Lumayan, kak." Naura tersenyum menatap suaminya yang begitu perhatian. Tamgannya menarik Celo agar ikut berbaring disampingnya. "Kakak juga harus istirahat. Aku tahu kakak lelah memperhatikan dengan khawatir."
"Aku hanya takut terjadi sesuatu dengan kalian." Celo berbaring setelah melepas jas dan kemejanya, membiarkan tubuh berototnya tak tertutupi apapun. "Hatiku tidak tenang sepanjang acara tadi melihatmu begitu bersemangat menabuh drum." bahkan Celo masih bisa merasakan ketakutannya itu sampai saat ini. Melihat bagaimana Naura begitu bersemangat saat memukul drumnya, apalagi tidak dilakukan istrinya itu sesaat melainkan hampir setengah acara, membuatnya berkeringat dingin. Ingin rasanya dia naik keatas panggung tadi dan membawa istrinya pergi dari sana saat itu juga.
Naura terkikik, "Kami baik-baik saja, kak." katanya sambil mengusap lembut perutnya. Celo mengangkat tangannya dan melakukan gerakan yang sama seperti istrinya. Mengusap lembut perut sedikit membuncit itu dengan penuh perasaan.
"Aku tidak sabar menanti kelahirannya." Celo bergumam kecil, tubuhnya sedikit terangkat untuk mencium perut Naura.
"Masih lama, kak. Masih sekitar 7 bulan lagi." Naura tahu betapa bahagianya Celo atas kehamilan, apalagi Celo selama ini sangat menginginkan seorang anak darinya. "Kak, apa kita harus memberitahu yang lainnya tentang kehamilanku sekarang?"
"Semuanya terserah dirimu, sayang." balas Celo, wajahnya masih didekat perut Naura. "Tapi mungkin kau bisa membiarkannya dulu hingga perutmu bertambah besar, dan biarkan orang-orang menebaknya sendiri."
Naura tertawa pelan, "Sepertinya aku akan memilih opsi terakhir." kemudian dia teringat sesuatu yang membuatnya sedikit mengganjal sepanjang acara tadi. "Tadi ada seseorang yang menemuiku di sekolah."
Celo mendongak, "Lalu apa yang terjadi?"
"Pria itu mengucapkan selamat atas kelulusanku dan memperkenalkan dirinya. Dia seperti sudah lama mengenalku, tapi kenapa aku tidak mengingatnya sama sekali?" Naura mengernyit. "Bukankah kejadiannya begitu berdekatan dengan pesan yang kudapat kemarin malam?"
Celo memilih mendengarkan setelah merubah posisinya menjadi memeluk Naura. "Apa mungkin orang itu adalah orang yang sama dengan seseorang yang selalu menerorku?" lanjut Naura. "Kak."
Celo mengerjab lalu menatap istrinya dan tersenyum. "Aku akan menyelidikinya untukmu." meskipun dia sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia tidak boleh membiarkan Naura mengetahui semua fakta yang ada. Dia tidak mau istrinya menjadi terlalu khawatir hingga berpengaruh pada kondisi kandungannya. "Semuanya akan baik-baik saja mulai saat ini."
Naura menganngguk setuju. Bagaimana pun dia perlu berjaga-jaga sekarang, dia tidak tahu apakah pria yang ditemuinya tadi siang adalah sosok yang menerornya selama ini atau bukan. "Kapan kita akan mengumumkan pernikahan kita, kak?"
"Kau ingin kapan, sayang? Bukankah kau bilang beberapa waktu jika kau lebih suka hubungan kita tidak terekspos?"
"Entahlah. Disatu sisi aku ingin seperti ini, tapi di satu sisi juga aku ingin semua orang tahu jika aku istri kakak yang sebenarnya, bukan kak Maura." Jelas Naura.
Celo tersenyum lebar. "Jadi kau cemburu karena orang-orang menganggap Maura adalah istriku?"
Naura mengangguk, "Tentu saja aku cemburu. Aku yang berstatus sebagai istri kakak saat ini, kenapa orang lain yang mengklaimnya? Aku benar-benar tidak rela."
"Lalu kau ingin seperti apa sekarang?"
"Mungkin kita memang harus mengumumkannya, tapi saat kehamilanku sudah cukup besar."
"Baiklah, biar kita juga sekalian mengumumkan soal kehamilanmu. Bagaimana?"
"Aku setuju." sahut Naura. "Apa kita harus meminta maaf pada pihak sekolah karena sudah melanggar peraturan sekolah?"
Celo sedikit mengernyit, "Sepertinya iya." kemudian dia memeluk istrinya lembut. "Sayang, kau ingin mandi bersamaku?" bisiknya.
Naura tersenyum, pipinya bersemu. "Apa hanya mandi saja?"
"Haruskah aku menjawab hal selanjutnya?" Celo menciumi telinga dan leher istrinya.
"Apa kakak tidak lelah?" Naura merasa napasnya mulai tercekat karena apa yang dilakukan suaminya.
"Aku tidak pernah lelah untuk ini, sayang."
Naura mendengus, tapi napasnya mulai terengah saat Celo menyentuh lengannya lembut. "Ayo kita mandi." katanya menyerah.
Celo tersenyum puas, dan langsung menegakkan tubuhnya. "Aku akan melakukannya dengan sangat lembut." katanya sebelum mengangkat tubuh istrinya ke kamar mandi.
Sedangkan diluar rumah Axcel, Ben, Kevin, Kenzo, Herwit, dan beberapa bodyguard lain tengah berkumpul sambil meminum kopi bersama. Mereka semua mengobrol dengan asyik, membahas apapun yang tengah banyak diperbincangkan media saat ini. Apapun mereka bahas, bahkan hingga gosip terbaru selebriti akhir-akhir ini.
"Aku tidak menyangka jika artis itu bisa hamil diluar nikah." Kevin menyahut ucapan Axcel sebelumnya.
"Terkadang banyak artis yang terlibat pergaulan bebas." balas Axcel.
Ben terkekeh pelan, "Mungkin artis itu memang sengaja hamil diluar nikah agar bisa menikah dengan kekasihnya. Kudengar mereka tidak direstui ibu si artis."
"Bisa jadi seperti itu. Siapa tahu mereka memang sengaja melakukannya." Kini Herwit yang berbicara. "Bukankah itu sungguh luar biasa. Orang tua si artis yang dari awal tidak setuju dengan hubungan anaknya tiba-tiba mendapatkan seorang cucu?"
"Aku pasti akan sangat terkejut." Axcel terkekeh pelan.
"Apa Anda juga akan merasa terkejut jika Anda tiba-tiba memiliki seorang cucu?" tanya Kevin.
"Tentu saja. Aku akan sangat terkejut, sekaligus bahagia." balas Axcel.
Ben tersenyum. "Saya tidak sabar melihat Anda terkejut." katanya penuh makna.
Maafkan seadanya :(
Kondisi author sedang tidak memungkinkan untuk menulis..
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...