DUA PULUH EMPAT

9.4K 398 4
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story.. :)

_______________________________

Mereka sampai di sebuah pabrik besar dengan orang-orang yang tengah berlalu lalang. Jam kerja baru beberapa jam dimulai, dan orang-orang tersebut sudah terlihat sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Sesekali mereka yang melihat Celo berhenti beraktifitas sesaat hanya untuk menyapa atau hanya sekedar tersenyum sopan. Belasan orang yang tengah bergelantungan mengecat tembok pabrik bahkan menyempatkan menyapa Celo yang dibalas ramah oleh pria itu.

"Orang-orang disini sangat sibuk, tapi mereka menyempatkan untuk menyapa kakak." gumam Naura sambil terus memperhatikan sekitarnya. Tangan mereka masih bertaut, sehingga Nuara tidak bisa melangkah jauh dari Celo untuk melihat hal lainnya dan memilih melihat apa yang terlihat olehnya sekarang.

"Karena pada dasarnya warga disini ramah semua. Bukan hanya padaku saja mereka melakukan semua itu, tapi pada rekan-rekan kerja mereka juga setiap harinya. Seperti sebuah tradisi untuk menjalin ukhuwah katanya." jelas Celo, membuat Naura mengangguk mengerti.

"Di kota sudah sangat jarang ada yang seperti itu. Bahkan di sekolahku saja yang mengusung budaya 5S sudah jarang melakukannya. Paling hal itu berlaku jika masa pengenalan sekolah saja."

"Apa itu 5S?"

Naura menatap Celo, "Senyum, sapa, salam, sopan, santun." balasnya, dan Celo mengangguk.

"Selamat pagi, pak Celo." Mereka mengalihkan pandangan bersamaan kearah seorang pria paruhbaya yang tengah tersenyum sopan.

"Selamat pagi, pak Asep." balas Celo sambil tersenyum. "Oh ya pak Asep, perkenalkan ini istri saya, Naura." kemudian Celo melepaskan tangan Naura agar wanita itu bisa menyalami Asep.

Asep tersenyum lebar, "Ternyata pak Celo sudah menikah. Istri bapak cantik sekali."

Naura hanya tersenyum saat Asep terang-terangan memujinya. "Senang berkenalan dengan pak Asep."

"Saya juga senang berkenalan dengan bu Naura."

"Panggil saya Naura saja, pak. Jangan pakai bu." Naura tertawa kecil, diikuti Asep.

"Siap, saya panggil neng Naura saja bagaimana? Lebih cocok sepertinya."

"Boleh, pak."

"Pak Asep ini mandor di pabrik, beliau yang bertanggung jawab dengan pabrik ini." jelas Celo. Naura mengangguk mengerti.

Tiba-tiba seorang wanita tua berjalan menghampiri mereka, namun tatapan wanita itu hanya tertuju kearah Naura. Naura sedikit tersenyum kikuk saat wanita itu terus menatapnya seperti melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya. Asep menarik tangan wanita itu perlahan dan menuntunnya mendekat.

"Pak, neng, perkenalkan ini istri saya, Nur." Asep tersenyum memperkenalkan istrinya. "Mak, ieu pak Celo nu gaduh pabrik, sareung istrina neng Naura." Mak, ini pak Celo pemilik pabrik, dan istrinya Naura.

"Istri saya tidak bisa bahasa Indonesia, jadi mohon maklum ya pak, neng."

Celo mengangguk, "Tidak masalah pak Asep."

"Yuswa sabaraha neng Naura teh? Katingal anom keneh?" Usia berapa neng Naura? Kelihatannya masih sangat muda. Tanya Nur.

Asep hendak membuka mulutnya untuk menerjemahkan maksud istrinya saat Naura tiba-tiba menjawab. "Yuswa abi nembe 19 taun, bu." Usia saya baru 19 tahun, bu. Balas Naura, membuat Celo, Asep, dan Nur terkejut.

"Kau bisa bahasa sunda, sayang?" tanya Celo terkejut.

Naura mengangguk, "Hanya sedikit, kak." balasnya. Celo semakin menatap takjub, lagi-lagi dia dibuat terkejut oleh istrinya sendiri. Dia memang benar-benar belum mengenal istrinya dengan sangat baik. Lebih tepatnya dia belum mengenal perubahan Naura selama mereka berpisah 7 tahun ini.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang