Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story.. :)
_________________________________
Naura terbangun kala mendengar suara alarm di ponselnya, bersamaan dengan suara ketukan di jendela kamarnya. Dia membuka mata dengan lebar dan meraih ponselnya, mematikan alarm, dan menoleh kearah jendelanya yang masih tertutupi gorden. Suara ketukan kembali terdengar diselingi suara hembusan angin yang cukup kencang. Naura menoleh keselilingnya, tidur dengan nyaman di dalam selimut hangat di atas ranjangnya. Tangannya diregangkan perlahan sebelum menyibak selimut diatas tubuhnya, menendang benda itu perlahan hingga teronggok dibawah ranjang. Namun pergerakannya tiba-tiba terhenti saat perutnya terasa berat seperti tertimpa sesuatu.
Arah matanya seketika menatap kebawah, membelalak saat sebuah tangan kekar berada disana memeluknya dengan posesif. Dengan cepat arah matanya beralih kesamping, menatap terkejut wajah pulas yang begitu dekat dengan wajahnya. Bergerak sedikit lagi saja maka bibirnya akan bersentuhan dengan bibir Celo.
"Aih, kenapa aku bisa tidur dengannya!" Wajahnya dengan cepat beralih, menatap langit-langit kamar dengan kesal sekaligus terkejut.
"Berat sekali." Katanya, menyingkirkan tangan Celo dari atas perutnya. Dia melompat dari ranjang dan berdiri, tersenyum kecut saat menatap Celo yang masih terlelap diatas ranjang. "Pagi-pagi sudah mendapat kejutan seperti ini." Gerutunya lagi.
Kemudian kakinya melangkah menuju jendela saat kembali terdengar suara ketukan disana. Bibirnya perlahan menarik membentuk senyuman saat kedua tangannya menyibak gorden dan melihat beberapa burung bertebangan di depan jendela. Waktu masih terlalu dini tapi matahari sudah mulai menyingsing dan membentuk semburat cahaya yang perlahan naik.
Tangan Naura sibuk membuka kunci jendela dan membentangkannya kedua daun jendela besar itu dengan lebar. Seketika udara sejuk pagi hari menerpa kulit wajahnya, dan suara cicitan burung yang saling bersahutan memenuhi pendengarannya. Naura mengeluarkan separuh tubuhnya, menikmati suasana tentram itu dengan senyuman yang semakin mengembang.
"Morning!" tubuhnya seketika menegang dan jantungnya berderbar dengan keras. Sebuah selimut tersampir diatas pundaknya bersamaan dengan sepasang tangan kekar yang memeluknya dari belakang. Mendekapnya cukup erat dan hangat.
"Ini masih terlalu pagi untuk bangun." Suara dalam itu kembali terdengar, membuat jantung Naura semakin tak terkendali.
"Kenapa kau bangun sepagi ini?" Celo memajukan wajahnya agar bisa melihat Naura yang terdiam. "Padahal kita berangkat masih dua jam lagi."
Naura masih terdiam, bertanya-tanya karena Celo tiba-tiba berubah saat ini. Seingatnya semalam dia tidak melakukan apapun yang membuat kepala pria itu terbentur. Lalu kenapa Celo tiba-tiba seperti ini sekarang? Sikap hangat dan gaya bicaranya sama seperti beberapa tahun yang lalu. Ah, apa Celo mulai berubah karena ucapannya kemarin yang ingin membuat hubungan mereka sama seperti dulu?
"Nau?" Celo mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah Naura. "Naunau?"
"Eh?" Naura mengerjapkan, arah matanya langsung tertuju pada sepasang manik mata milik Celo.
"Kau melamun." Kata Celo. "Apa yang kau pikirkan?"
Naura menggeleng sambil tersenyum gugup, "Tidak, tidak ada apa-apa."
"Kau yakin? Dari kemarin kau selalu melamun."
"Ah, itu, aku hanya sedikit bingung saja dengan sikap kakak yang seperti ini."
Celo mengernyit, "Kenapa harus bingung?"
"Ya, karena rasanya sangat asing melihat kakak seperti ini." Balas Naura jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...