Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
______________________
"Kakak yakin akan pergi ke kantor sekarang?" tanya Naura untuk kesekian kalinya pagi ini.
Celo tersenyum, tangannya mencubit gemas kedua pipi istrinya yang semakin bulat. "Yakin, sayangku. Aku sudah lama melalaikan kewajibanku di kantor, lagipula aku tidak tega jika harus membiarkan papa atau Herwit menangani masalah kantor sendiri."
Sudah seminggu semenjak kepulang Celo, dan selama seminggu itu Celo banyak menghabiskan waktunya bersama Naura dan Rizi. Sekarang sudah waktunya dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang tak disentuhnya selama beberapa bulan ini. Dia masih harus bertanggung jawab pada seluruh karyawan yang berada dibawah naungan perusahaan, apalagi posisinya saat ini adalah presiden di 3 perusahaan besar. Dan dia juga ingin menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin, supaya dia bisa mengambil cuti panjang untuk menemani Naura disaat menjelang kelahiran anaknya.
Naura mengerucutkan bibirnya, tangannya meraih kedua tangan Celo dan menjauhkannya dari pipinya. "Tapi aku masih ingin bersama kakak."
Celo tertawa, "Aku hanya akan pergi ke kantor, sayangku. Nanti sore juga aku akan pulang." katanya. "Kau bisa menyusulku ke kantor jika kau ingin bersamaku terus."
"Bolehkah?" Naura memiringkan kepalanya, membuat Celo tak bisa menahan rasa gemasnya.
"Tentu saja boleh, sayang. Kau istri pemilik perusahaan, jadi tidak akan ada orang yang bisa melarangmu untuk datang. Dan apa kau lupa, sayang? Namamu tertulis sebagai pemegang saham terbesar kedua setelah aku."
Naura membelalakan matanya, "Aku tidak tahu soal itu." katanya, terkejut.
Celo mengernyit, "Kau sungguh tidak tahu?" Naura menggeleng. "Saat tahu kau tengah mengandung, papa Bagas segera mengurus perpindahan nama atas saham yang dimilikinya menjadi milikmu. Kukira papa sudah memberitahumu soal itu."
"Papa tidak memberitahuku soal itu." balas Naura. "Tapi, papa pernah bilang jika dia tengah menyiapkan kado istimewa untukku dan akan memberikannya padaku setelah anak kita lahir."
"Berarti aku sudah membocorkan sesuatu yang seharusnya tidak kau tahu." Celo meringis karena kecerobohannya. Bagas pastinya telah menyiapkan semua ini untuk Naura dan cucunya, dan sekarang dia malah menghancurkan rencana mertuanya.
Naura tertawa melihat ekspresi suaminya, "Tidak apa, kak. Nanti aku akan pura-pura terkejut saat papa memberitahuku soal ini."
"Tidak seperti itu sayang."
"Aku mengerti, sayang." Naura meraih sebuah dasi dari dalam laci, memakaikannya di leher kemeja Celo dengan rapi. "Sepulang Rizi dari sekolah aku akan kesana. Biar Rizi juga bisa ikut."
Celo tersenyum, kemudian mengecup bibir istrinya singkat. "Oke, sayang. Ajak salah satu paman putraku itu, atau bawa saja keduanya."
"Iya, kak." Naura terkekeh. "Tanpa diajak pun mereka berdua pasti akan ikut. Rizi seperti magnet mereka saat ini." cibirnya.
"Mereka seperti menemukan teman sepermainan." Celo kemudian memakai jas-nya dibantu Naura.
"Teman sepermainan yang membuat mereka semakin kekanakan."
"Biarkan saja, sayang. Mereka hanya meluapkan kebahagiaan mereka karena kehadiran Rizi." Celo tersenyum lembut, kembali mengecup bibir istrinya yang mengerucut. "Bukankah kau sendiri yang bilang jika saat Rizi lahir dulu, mereka berdua selalu berebut menggendong Rizi?"
Naura mengangguk, "Ya. Mungkin mereka hanya ingin menebus waktu mereka untuk Rizi." katanya, mengenang. "Seperti janji mereka padaku, jika mereka akan selalu membuat Rizi bahagia semampu mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...