ENAM PULUH TIGA

7.2K 303 1
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_____________________________________________________

"Herwit, kau melihat Kevin?" Kenzo berhenti dihadapan Herwit yang baru saja keluar dari kamarnya dengan memakai pakaian yang sama dengannya. Baju pelayan wanita memalukan saat dikenakan oleh orang yang salah. Tawanya seketika keluar dan tak bisa terbendung melihat bagaimana penampakan Herwit yang selama ini memiliki image serius dan cerdas.

"Kau berniat bertanya atau menertawakanku?" Herwit menyipitkan matanya kesal. Lalu sebelah tangannya terangkat menunjuk kearah lapangan basket. "Tadi aku melihatnya berjalan kearah sana. Pergilah dan jangan menertawakanku."

Kenzo masih tertawa, namun dia mengangguk. "Terimakasih, dan kau bisa mengganti bajunya lagi." katanya, lalu melangkah menuju lapangan basket. Dan benar saja, Kevin berada di pinggir lapangan basket, terduduk seperti anak yang dibuang orang tuanya begitu saja. Wajahnya bahkan dilingkupi kekhawatiran dan rasa takut yang sudah lama tak pernah dilihatnya lagi.

"Kau membuatnya khawatir." Kenzo ikut menjatuhkan tubuhnya di samping Kevin yang sepertinya menyadari kehadirannya. "Seharusnya kau tidak melakukan itu di depannya. Setidaknya berpura-puralah sedikit."

Kevin yang awalnya menunduk perlahan mendongakkan kepalanya, menatap lurus kearah ring basket di hadapannya. Menghela napasnya keras. "Aku refleks melakukannya."

"Kau tidak bahagia mendengar kehamilan Naura?"

Kevin menggeleng, "Aku bahagia, sangat."

"Lalu?" Kenzo menatap Kevin dari samping. "Jangan berpikir terlalu jauh, Kev. Dia pasti akan baik-baik saja."

"Aku hanya tidak ingin kejadian itu terulang lagi." Kevin kini menatap Kenzo, terlihat jelas jika pria itu merasa sangat ketakutan. "Peneror itu belum kita tangkap, dan kondisi Naura juga belum sepenuhnya pulih. Aku hanya takut jika kehamilan itu membawa pengaruh lain baginya sehingga membuat kesehatan mentalnya kembali turun."

Kenzo menghela napasnya, sebelah tangannya menepuk bahu Kevin pelan. Jika soal itu, dia juga merasakan kekhawatiran yang sama. Tapi semua itu juga bukan hal baik jika membuatnya terus mempengaruhi pikiran mereka. "Semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin Naura pasti bisa menjaga dirinya sendiri sekarang, apalagi dengan kehamilannya. Naura tipe orang yang sangat bertanggung jawab dengan apa yang dimilikinya."

"Dia memang seperti itu, tapi sekarang yang kita bicarakan adalah sebuah nyawa bukan barang." Balas Kevin semakin khawatir.

"Aku tahu." Kenzo tersenyum kecil. "Tapi cobalah percaya padanya, Kev. Aku yakin dia bisa melakukannya. Kita hanya perlu mendukungnya." katanya lagi.

Kevin terdiam sesaat. "Apa aku terlalu berlebihan?" tanyanya.

Kenzo mengangguk, "Ya, dan aku yakin saat Naura tengah khawatir memikirkan penyebab kau tiba-tiba pergi begitu saja."

"Kau membuatku merasa bersalah padanya dan juga calon keponakanku." Kevin mendengus kesal, membuat Kenzo terkekeh.

"Kau memang pantas merasa bersalah soal itu." ejeknya. Perhatiannya seketika beralih kearah ponselnya yang berbunyi. Keningnya mengernyit menatap nama yang tertera di layar ponselnya. Ada apa Maura menghubunginya?

"Halo." katanya saat mengangkat panggilan itu.

"Kenzo ini aku, Maura." suara Maura terdengar angkuh seperti biasanya.

"Aku tahu." balas Kenzo dingin. Kevin yang mendengar nada tak bersahabat pria disampingnya, menoleh bingung. "Ada apa?"

Suara tawa Maura terdengar memenuhi pendengarannya. "Kau terlalu dingin untuk seorang bawahan yang berbicara kepada atasannya."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang