DUA PULUH SEMBILAN

7.8K 366 1
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story.. :)

___________________________________________

Celo membuka matanya perlahan ketika mendengar suara adzan subuh berkumandang. Udara dingin yang melewati celah-celah kecil membuatnya semakin merapatkan jaketnya seraya menegakkan tubuhnya. Beberapa kali dia mengerjabkan matanya, menyesuaikan dengan penerangan ruangan itu yang hanya diterangi oleh obor kecil. Matanya menatap keluar jendela yang masih gelap, dan seketika mengalihkan pandangannya ketika pintu dihadapannya terbuka.

"Pak Celo sudah bangun?" Euis tersenyum kecil diambang pintu.

Celo mengangguk sekilas, "Naura sudah bangun?" tanyanya.

Euis menggeleng, "Belum, pak."

"Boleh aku masuk kedalam? Aku ingin membangunkannya?" tanya Celo, sedikit menangkap raut tak suka di wajah Euis yang segera digantikan dengan senyuman. Dia terlalu pandai menilai wajah seseorang, dan itu yang membuatnya tahu penilaian seseorang terhadapanya meskipun orang itu menyembunyikannya dengan cukup baik.

"Boleh, pak. Silahkan." balas Euis sopan.

Celo berdiri perlahan, melirik sekilas kearah Kevin dan Kenzo yang masih tertidur kemudian melangkah masuk kedalam kamar. Sudut bibirnya terangkat melihat istrinya yang tidur meringkuk seperti bayi. Dia selalu suka setiap melihat Naura tertidur, wajahnya terlihat tenang dan semakin cantik. Mengingatkannya akan Naura kecil yang menggemaskan.

"Sayang bangun." dia mengguncang tubuh Naura pelan.

Perlahan Naura menggeliatkan tubuhnya dan membuka matanya. "Sudah subuh kak?" tanyanya serak.

Celo mengusap pipi Naura lembut, mengecupnya sekali. "Iya sayang."

Naura menyingkirkan selimut di tubuhnya, menegakkan tubuhnya sambil mengusap wajahnya. "Tidurku nyenyak sekali." katanya, dan Celo terkekeh.

"Perjalanan kita sangat melelahkan, jadi tidurmu nyenyak. Justru aku yang tidak tidur dengan nyenyak."

"Kenapa kak? Diluar tidak nyaman ya?" tanyanya.

Celo menggeleng, "Aku tidak terbiasa tidur tanpamu." balasnya, membuat Naura tertawa.

"Masih pagi, kak. Jangan menggodaku."

"Aku tidak menggodamu, itu kenyataannya." Celo tertawa.

Naura hanya terkekeh, "Yasudah, ayo kita sholat kak." ajaknya.

Celo menarik tangan istrinya lembut, "Istriku yang manja." gumamnya. Naura melingkarkan tangannya di pinggang Celo sambil berjalan keluar kamar mengikuti langkah suaminya. Setelah membangunkan Kevin dan Kenzo mereka segera mengambil wudhu dan sholat berjamaah bersama.

"Dingin sekali." keluh Kevin sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok seusai sholat berjamaah. Sarung yang digunakannya sholat tadi melilit menutupi tubuhnya hingga leher.

"Pergi mandi sana!" Kenzo mengibaskan sarungnya kearah Kevin pelan.

Kevin mendengus. "Aku ingin tidur lagi." kemudian dia merebahkan kepalanya keatas bantal disampingnya, meringkuk.

Kenzo berdecak pelan, kemudian merebahkan kepalanya diatas pinggang Kevin. "Pak Rahmat setelah ini akan pergi?" tanyanya saat melihat Rahmat yang tengah memakai jaket lusuhnya.

"Saya harus pergi ke balai warga, pak. Setelah itu baru ke pabrik." balas Rahmat.

Kenzo mengangguk mengerti, kemudian mengalihkan tatapannya kearah Naura yang tengah menatap keluar jendela. Diluar masih terlihat gelap karena kabut yang turun begitu tebal, sehingga semakin menambah hawa dingin disana. "Kau tidak tidur lagi, Nau?" tanyanya, ternyata tak hanya Naura yang langsung menatap kearahnya saja tapi juga Celo yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang