ENAM PULUH EMPAT

7.1K 306 5
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________

Celo tersenyum lembut menatap istrinya yang setengah berbaring diatas ranjang seraya mengusap perut buncitnya. Kakinya melangkah mendekat, kemudian duduk disamping istrinya dan ikut mengusap perut itu. Hatinya selalu menghangat tatkala melakukan hal itu, dimana saat seperti ini semuanya terasa semakin nyata jika didalam perut istrinya ada buah hati mereka. Anaknya.

Usia kandungnya Naura akan memasuki bulan keempat, dan selama beberapa bulan ini dia bersyukur bisa mendampingi istrinya dimasa-masa trisemester awal. Berusaha sebisa mungkin menempatkan dirinya dimanapun istrinya membutuhkan, entah itu saat Naura mengidam, atau saat Naura mengalami morning sick dan moodswing. Dirinya selalu berusaha berada disamping istrinya, dan tentunya berusaha bersabar menghadapi emosi istrinya yang terkadang tak bisa ditebak.

"Kau mengidam sesuatu lagi sayang?" tanyanya perhatian. Naura sangat jarang mengutarakan apa yang diinginkannya secara langsung dan lebih banyak memberikan kode-kode tak jelas, sehingga dia selalu lebih dulu menanyakan apa yang diinginkan oleh istrinya sebelum semuanya berakhir dengan ketidakpekaannya menangkap maksud istrinya.

Naura berpikir sesaat lalu menggeleng, "Sepertinya tidak, kak. Aku hanya ingin diam saja di kamar." katanya.

Celo mengangguk, "Baiklah. Kita istirahat saja." balasnya. Kini kedua tangannya menangkup perut istrinya dan mengusapnya pelan. "Aku tidak sabar menanti kehadirannya. Apakah wajahnya akan mirip denganku?"

"Aku juga, kak. Dan aku sangat yakin jika wajahnya akan mirip 100% dengan kakak." Naura terkikik pelan, merasa yakin dengan tebakannya.

"Kenapa kau seyakin itu?" Celo menatap istrinya dengan tertawa kecil.

Naura mengangkat bahunnya, "Aku hanya yakin saja."

Celo mencubit hidung istrinya gemas. "Pastinya dia akan seluarbiasa dirimu, sayang."

"Benarkah? Memangnya aku luar biasa dalam hal apa?"

"Dalam segala hal." Celo kemudian mengecup bibir istrinya sekilas. "Kau istriku yang paling luar biasa."

Naura tersenyum, "Kakak juga suamiku yang paling luar biasa."

"Benarkah? Lebih luar biasa aku atau Namjoon?" tanya Celo jahil.

"Tentu saja." Naura terkikik, sengaja menggantung ucapannya. "Tentu saja kakak yang paling luar biasa. Namjoon memang luar biasa dengan semua karyanya, tapi dia milik jutaan orang. Tapi kakak milikku seorang, sehingga kakak begitu luar biasa."

Celo tertawa, "Baiklah."

Tiba-tiba ponsel Naura berbunyi, otomatis membuat keduanya menatap ponsel itu. Nomor tak dikenal lagi.

"Jangan diangkat." ucap Celo.

Naura menatap suaminya, "Dia akan terus menghubungiku nantinya, kak." tangannya menggenggam tangan Celo lembut, meyakinkan. "Aku harus menghadapinya."

Celo menatap istrinya sesaat, merasa tak yakin. Dia takut jika Naura akan seperti dulu dan membahayakan kesehatan juga kandungannya. Namun dia melihat keyakinan dan percaya diri di mata istrinya, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi biarkan aku mendengarnya juga."

Naura mengangguk kemudian mengangkat panggilan di ponselnya, dan suara sapaan dari seberang sana mampu membuat tubuhnya meremang ketakutan. Tapi dia berusaha sebisa mungkin mengontrol ketakutannya dengan menggenggam jemari Celo yang hangat dan lembut.

"Halo, sunshine. Bagaimana kondisi kandunganmu? Apa bayimu sehat?"

Celo mengeraskan rahangnya mendengar suara yang cukup familiar itu. Pria itu sudah berani menghubungi istrinya lagi, dan sekarang semakin berani dengan melibatkan calon anaknya. Jika saja Naura tidak menggenggam tangannya, dia pasti sudah meneriaki sosok di seberang sana dengan berbagai umpatan di mulutnya.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang