ENAM PULUH ENAM

6.9K 320 13
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________________

Ditengah hujan yang semakin deras, seorang anak lelaki mulai tersadar. Rintihan dan ringisan kecil terdengar dari mulutnya saat seluruh kepalanya terasa begitu sakit. Air hujan yang mengenai wajahnya diseka perlahan seraya menegakkan tubuhnya. Seluruh pakaiannya basah, termasuk tas yang dibawanya, namun itu semua tak dihiraukannya karena apa yang dipikirkannya saat ini adalah keberadaan Naura. Dengan sedikit sempoyongan, anak lelaki itu berdiri sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat terbentur tembok trotoar. Pria misterius tadi mendorongnya sangat keras hingga dia terjatuh dan kepalanya terbentur.

Setelah merasa kepala sedikit membaik, kakinya segera melangkah menuju halte yang tadi dijadikannya tempat berteduh. Dia harus menghubungi keluarga Naura sekarang juga. Dan sesampainya di halte anak lelaki itu segera menghubungi satu-satu nomor keluarga Naura, nomor yang diberikan salah satu bodyguard Naura. Setelah berhasil menghubungi orang yang berhubungan dengan Naura, anak lelaki itu terdiam beberapa saat sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Tapi tiba-tiba, dari kejauhan, sosok pria itu melintas menembus hujan dan berjalan di sepanjang trotoar.

Menggunakan instingnya, anak lelaki itu pun dengan cepat melangkah mengikuti sosok misterius itu. Menembus hujan deras dan melangkah penuh kehati-hatian. Sosok misterius itu berjalan cukup jauh dari halte, dan anak lelaki itu pun terus mengikuti. Anak lelaki itu pun berhenti melangkah saat sosok misterius itu berhenti di depan sebuah mobil. Mobil hitam keluaran terbaru yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Mengandalkan kekuatan ingatannya, anak lelaki itu berusaha menghapal nomor kendaraan mobil tersebut.

Tak lama, mobil tersebut pun melaju meninggalkan tempatnya. Meninggalkan anak lelaki itu sendiri dengan tekad penuh amarahnya. Anak lelaki itu berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelidiki semuanya dan mencari bukti tentang semua yang terjadi. Demi Naura yang dia yakin tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang.

Giordano mengepalkan kedua tangannya saat ingatan itu kembali muncul memenuhi otaknya. Kakinya melangkah disepanjang lorong rumah keluarga Martanegara menuju ruang bersantai. Janjinya pada Naura beberapa tahun lalu, sebentar lagi akan terpenuhi. Dia akan mengungkap siapa pelaku kejadian itu yang sebenarnya, dan tentunya, pelaku itu harus menerima apa akibatnya.

"Kau sudah menyerahkan semua petunjuk dan bukti itu?" Giordano berdiri di dekat balkon setelah memasuki ruang bersantai di lantai dua. Maura mengangguk singkat seraya menenggak anggur merahnya ditemani udara tengah malam yang dingin.

"Kenapa kau tidak mengatakan semua yang terjadi?" Maura mengernyit sambil terus menyesap minumannya. "Bukankah itu bisa membuat rencana kita semakin cepat?"

Giordano menyeringai, menenggak anggurnya perlahan setelah seorang pelayan menuangkan minuman kedalam gelasnya. "Mereka pasti akan segera mengetahui semuanya."

Maura ikut menyeringai, "Kenapa kau bisa seyakin itu?"

"Semua bukti dan petunjuk yang aku berikan sudah sangat jelas, jadi mereka hanya tinggal mencari tahu siapa pelakunya. Dan itu pastinya hal mudah bagi mereka, terutama Herwit." Jelas Giordano. "Besok pagi kita tunggu apa yang akan terjadi pada Naura dan Celo."

"Ngomong-ngomong," Maura meletakkan gelas anggurnya diatas meja, menatap Giordano. "Kau masih akan menerima adikku meskipun dia tengah hamil sekarang?"

Giordano mengangguk. "Aku begitu mencintainya, dan kehamilannya bukan sebuah masalah besar bagiku."

"Tapi masa lalunya?"

"Aku akan menerimanya, tak peduli apapun itu." Giordano berkata lugas dan jelas, membuat Maura menyeringai.

"Kau sungguh-sungguh mencintainya, betapa beruntungnya adikku itu hingga bisa dicintai oleh dua pria sekaligus." Maura menenggak kembali minumannya, merasa kasihan pada dirinya yang tak mendapatkan cinta dari siapapun. Bahkan cintanya bertepuk sebelah tangan sejak dulu hingga sekarang.

"Setelah ini kau bisa kembali bersama Celo dan membuat pria itu mencintaimu." hibur Giordano.

"Kau yakin akan secapat itu mereka mengetahui siapa pelaku yang sebenarnya?" Tanya Maura tak yakin.

Giordano kembali menyeringai, penuh keyakinan. "Aku sangat yakin. Herwit pasti sudah mengetahui semuanya saat ini."

Dan benar, Herwit kini mengetahui semua kebenarannya. Di dalam kamarnya, pria itu berdiri penuh keterkejutan di depan meja kerjanya. Semua yang terpampang di depannya seakan mengambang dan berbayang. Semua bukti yang didapatnya, kini menemukan titik terang. Pelaku yang sebenarnya berhasil dia temukan.

Tubuhnya terduduk lemas diatas kursi, namun matanya tak berhenti menatap layar komputer yang masih menyala di hadapannya. Ingatannya kembali menggali semua memori, mencoba mengingat dan menghubungkan setiap memori yang terekam di otaknya dengan semua bukti yang ada. Kenyataan ini sungguh mengejutkannya. Kecurigaan dan rasa penasarannya selama ini seakan terjawab semua. Satu persatu kejadian yang membebani otaknya, kini terjawab kebenarannya.

Herwit mengusap wajahnya gusar, dan napasnya tercekat. Tidakkah ini terlalu mengejutkannya? Kenapa semua ini bisa terjadi dan semua kejadian yang terhubung satu sama lain, kini mendapatkan sebuah titik terang. Namun titik terang itu membuatnya tak percaya dan dihantui keraguan yang mendalam, tapi semua bukti itu sudah jelas dan benar adanya.

Maka, untuk menghalau lagi keraguannya, Herwit memutuskan untuk segera menemui Kevin dan Kenzo. Pagi masih menunjukan pukul 7 pagi saat dia mengetuk pintu kamar Kenzo dengan cukup keras, membuat orang yang didalamnya segera keluar dengan wajah bantalnya.

"Kev, aku sudah menemukan siapa pelakunya."

Kevin masih setengah mengantuk saat seseorang mengetuk pintu kamar dengan keras. Namun rasa kantuk itu segera hilang saat mendengar kalimat singkat dan lugas Herwit di hadapannya. Matanya menatap Herwit penuh pertanyaan dan rasa penasaran yang besar. Mulutnya bahkan terus menganga jika saja Kenzo tidak muncul dibelakangnya dan menutup mulutnya.

"Kau sudah menemukan siapa pelakunya?" Tanya Kenzo serius.

Herwit mengangguk, kemudian menyerahkan kumpulan kertas ditangannya pada Kenzo. Kenzo meraih kertas tersebut dan membacanya bersama Kevin. Tubuh Kenzo bergetar seketika saat membaca apa yang ada didalam kertas tersebut. Matanya melebar penuh keterkejutan dan rasa tak percaya yang begitu besar.

"Ini tidak mungkin." Kevin merebut kertas tersebut dari genggaman Kenzo. Matanya melebar dan memerah saat menatap Herwit. "Ini tidak mungkin, Herwit!" geramnya.

"Kau pasti salah."

Herwit terdiam sesaat. "Aku sudah menyelidiki nomor kendaraan yang diberikan oleh Maura kemarin. Aku juga sudah mencari tahu siapa saja yang memiliki mobil tersebut karena mobil tersebut adalah edisi terbatas. Mobil tersebut hanya di produksi sebanyak 10 unit, dan hanya ada dua orang di Indonesia yang memilikinya. Berarti hanya ada dua tersangka yang menjadi kemungkinan salah satunya adalah sang pelaku." jelasnya.

Kevin mengeram penuh amarah, matanya semakin memerah karena sakit hatinya. Sedangkan Kenzo hanya bisa terduduk di lantai. "Ini tidak mungkin, Herwit." gumam kenzo. "Kenapa bisa seperti ini."

"Semua yang tertulis disana adalah bukti yang berhasil aku dapatkan. Semuanya sudah jelas." Jelas Herwit. "Pemilik mobil itu hanya ada dua di Indonesia, satu tinggal di kota lain, dan satu lagi tinggal di kota ini. Lembayung Jayabaya adalah nama yang terkonfirmasi sebagai pemilik mobil jenis ini, dan pria itu tinggal jauh dari kota ini. Sedangkan satu lagi tinggal di kota ini, dan 6 tahun lalu memang ada di kota ini. Mobil tersebut terkonfirmasi atas nama---" Herwit menggantung ucapannya, kerongkongannya terasa tercekat.

"Mobil tersebut dimiliki oleh Axcelord James Denova."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang